Dokumentasi Petrografi Batuan Beku Indonesia

Badan Geologi, melalui Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP), menerbitkan buku bertajuk Atlas Petrografi Batuan Beku. Buku yang disusun oleh Muhammad Wafid A.N., Agung Pribadi, Denni Widhiyatna, Sarah Mutia dan rekan-rekan, ini merupakan bagian dari upaya Badan Geologi dalam kerangka menginventarisasi potensi sumber daya mineral di seluruh Indonesia, di antaranya dengan cara melakukan analisis petrografi terhadap sampel-sampel batuan dari berbagai daerah sejak tahun 2016 hingga 2024. Hasil kerja tersebut kemudian dihimpun dan disusun secara sistematis dalam buku ini sebagai dokumentasi ilmiah.

 

Buku setebal 294 halaman dan diterbitkan tahun 2024 ini disusun dalam enam bab, yaitu Pendahuluan, Metodologi, Geologi Regional Indonesia, Batuan Beku Basa dan Ultrabasa, Batua Beku Intermediet, dan Batuan Beku Asam. Dari sisi pengertiannya, batuan beku adalah “batuan yang tersusun atas satu atau beberapa kristal mineral dan bisa berupa gelas, secara langsung terbentuk dari pembekuan suatu magma”. Prosesnya disebutkan demikian: “Ketika magma mendingin dan mengkristal, maka magma tersebut akan menyesuaikan kembali tubuhnya membentuk mineral-mineral pembentuk batuan beku dengan ukuran kristal mulai dari berukuran kecil sampai besar dan keduanya membentuk kristal yang bervariasi”.

 

Di dalam Bab Pendahuluan dijelaskan bahwa batuan beku dari pembekuan magma terdiri atas kristal mineral maupun gelas. Karakteristiknya dijabarkan melalui aspek tekstur, struktur, komposisi mineral, dan klasifikasi. Tekstur batuan mencakup kristalinitas, granularitas, bentuk kristal (euhedral, subhedral, anhedral), serta hubungan antarkristal yang dikenal sebagai fabric atau kemas. Struktur batuan beku dibahas dari sisi kenampakan makroskopis maupun mikroskopis, termasuk struktur vesikular dan amigdaloidal. Komposisi mineral disusun berdasarkan kehadiran mineral utama dan asesoris, dengan rujukan pada seri reaksi Bowen. Klasifikasi batuan disajikan dalam dua pendekatan utama, yakni klasifikasi berdasarkan komposisi mineral (klasifikasi Streckeisen dan Travis), serta klasifikasi normatif yang berbasis analisis kimia melalui diagram Total Alkali-Silika (TAS).

 

Selanjutnya di dalam Bab Metodologi diuraikan proses teknis yang dilakukan dalam penyusunan Atlas Petrografi Batuan Beku ini. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan pengambilan sampel lapangan, dilanjutkan dengan proses preparasi di laboratorium untuk menghasilkan sayatan tipis yang diamati di bawah mikroskop. Tahap preparasi mencakup pemotongan, penipisan, dan pemasangan sampel batuan pada kaca objek hingga mencapai ketebalan 0,03 mm. Setelah itu dilakukan pengamatan mikroskopis dengan metode cahaya terpolarisasi (PPL dan XPL) untuk mendeskripsikan mineral secara optik, termasuk warna, bentuk, ukuran, dan teksturnya. Selain itu, analisis kimia batuan dilakukan menggunakan metode X-Ray Fluorescence (XRF) untuk menentukan unsur-unsur kimia dalam sampel, yang berguna untuk pengklasifikasian batuan secara normatif.

 

Bab berikutnya Geologi Regional Indonesia yang menyajikan informasi terkait Tektonik Regional dan Litologi (Stratigrafi) Regional. Pada bab ini disajikan latar belakang geotektonik dan stratigrafi sebagai konteks yang mempengaruhi sebaran dan karakter batuan beku. Dalam hal ini Indonesia disebutkan sebagai wilayah kompleks yang terletak di zona pertemuan tiga lempeng besar dunia—yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Akibat tumbukan tersebut, terbentuklah berbagai busur magmatik dan jalur subduksi yang menghasilkan batuan beku dengan karakteristik yang khas di setiap wilayah. Wilayah barat Indonesia didominasi oleh kerak benua, sedangkan wilayah timur tersusun oleh kerak samudera. Proses geologi antarlempeng menghasilkan busur-busur magmatik dari berbagai zaman, mulai dari Pra-Tersier hingga Neogen, yang menjadi sumber utama terbentuknya batuan beku di Indonesia.

 

Bagian utama buku disajikan dalam tiga bab secara terpisah, yaitu Batuan Beku Basa dan Ultrabasa, Batuan Beku Intermediet, dan Batuan Beku Asam. Dalam praktiknya, Batuan Beku Basa dan Ultrabasa dibagi dua yaitu Batuan Beku Basa dan Ultrabasa Intrusif dan Batuan Beku Basa dan Ultrabasa Ekstrusif. Batuan Beku Basa dan Ultrabasa Intrusif yang diperikan di dalam buku ini terdiri atas Gabro, Gabronorit, Olivin Gabronorit, Gabro Olivin, Olivin Websterit, Harzburgit, Lherzolit, Wehrlit, dan Dunit. Sementara yang termasuk Batuan Beku Basa dan Ultrabasa Ekstrusif adalah Basal, Basal-Analsim-Piroksen, dan Leusit Basal.



Fotomikrograf sampel Gabro (ACN-1) dari Pidie, Aceh

 

Pemerian dan pembahasan Batuan Beku Intermediet dijadikan sebagai Bab V. Sebagaimana Batuan Beku Basa dan Ultrabasa, Batuan Beku Intermediet juga dibagi dua yaitu Batuan Beku Intermediet Intrusif yang terdiri atas Diorit, Diorit Kuarsa, Monzodiorit, Granodiorit, Monzodiorit Kuarsa, dan Tonalit dan Batuan Beku Intermediet Ekstrusif yang terdiri atas Andesit, Andesit Vesikuler, Lava Andesit, Andesit Amigdaloidal, Andesit Skoria, Andesit Basaltik, Andesit Piroksen, Andesit Trakitik, Andesit Hornblenda, dan Dasit.