Metoda tomografi yang telah berhasil digunakan untuk mengungkap citra struktur litosfer bumi yang menujam ke dalam lapisan mantel menggunakan gelombang gempa bumi tektonik global dicoba diterapkan di daerah yang lebih kecil yaitu daerah gunungapi.
Pada umumnya, solusi dua frekuensi digunakan dalam pengolahan data GPS untuk pemantauan deformasi gunungapi. Namun secara teoritis karena kondisi ionosfir antar titik pengamatan yang tidak jauh berbeda, solusi satu frekuensi seharusnya tidak akan terlalu jauh berbeda dengan solusi dua frekuensi.
Dalam penelitian ini tomografi seismik gunungapi ini data waktu tiba gelombang P dan waktu tiba gelombang S digunakan untuk mencitrakan struktur bawah permukaan Gunung Guntur.
Analisis deformasi bertujuan untuk menentukan kuatifikasi pergeseran dan parameter-parameter deformasi, yang mempunyai karakteristik dalam ruang dan waktu. Kuantifikasi pergeseran di dalam analisis deformasi gunungapi dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang lokasi dari dapur magma dan mekanisme erupsi, serta dapat memberikan informasi mengenai pola dan kecenduran pergerakan gunungapi.
Penelitian ini untuk menganalisis aktivitas tektonik Gunung GUntur berdasarkan data rekaman seismik gempa. Dalam pengolahannya, penelitian ini menggunakan rekaman seismik gempa periode Januari - April 2011. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui frekuensi gempa yang terjadi selama empat bulan terhitung dari bulan Januari - April 2011 yaitu 125 gempa dengan magnitudo gempa sekitar 0,3…
Deformasi pada tubuh gunungapi yang disebabkan oleh kegiatan magma yang berada dibawahnya. Hal ini diasumsikan berbentuk bola didalam media semi elastik yang menekan kesegala arah sehingga mampu mendorong tubuh gunungpi. Deformasi pada tubuh gunungapi biasanya terjadi sebelum letusan (inflasi) atau setelah letusan (deflasi).
Data kegempaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari pemantauan seismik di Pos Pengamatan Gunungapi Guntur, yakni data seismik (kegempaan) dalam kurun waktu 1 Januari 2008 - 26 Agustus 2008.
Upaya yang dilakukan dalam menghindari bahaya letusan gunungapi salah satunya adalah dengan melakukan pemantauan secara periodik atau berkala. Hal ini dimaksudkan untuk melihat besarnya pergerakan dan tingkat aktivitas dari tubuh gunungapi.
Pemantaun aktivitas gunungapi dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain metode seismik, thermal, kimia gas, dan deformasi. Salah satu metode yang cukup efektif, disamping metode seismik yang umum digunakan adalah metode deformasi yang berbasiskan pada pengukuran geodetik terhadap deformasi horizontal dan vertikal dari daeah gunungapi tersebut.