Pembelajaran kegunungapian serta mengetahui perkembangan gunungapi yang ada di sekitar masyarakat sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan aktivitas gunungapi tidak dapat di kontrol oleh manusia, namun hanya bisa dilakukan pencegahan terhadap kerusakan dan bahaya yang besar yang diakibatkan oleh aktivitas tersebut.
Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara Pasifik dari timur.
Aktivitas vulkanik pada gunungapi yang terus berlangsung dan tidak dapat ditentukan kapan akan terjadi letusan karena setiap gunung meiliki karakteristik tersendiri. Maka hal ini sangat diperlukan pemantauan gunungapi dengan penerapan ilmu geofisika.
Gunung Guntur telah berada dalam fase istirahat (dormant) selama 162 tahun. Salah satu upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Guntur yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan MItigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah dengan melakukan pengamatan setiap hari dari Pos Pengamatan Gunungapi Gunutr dengan metode visual dan seismik.
Dalam penanggulangan bahaya letusan gunungapi diperlukan pemantauan yang sangat ketat. Salah satu metode pemantauan untuk mendeteksi denyut dari suatu gunungapi adalah dengan mempelajari gembumi di sekitar dan dibawah gunungapi (volcano seimology)
Pengamatan terhadap gunungapi salah satunya bertujuan untuk mendekteksi pergerakan magma dan struktur batuan di dalam tubuhnya. Magma yang terkandung dalam gunungapi merupakan faktor penting yang mengontrol aktivitas gunungapi tersebut, mulai dari pergerakan aliran lava atau letusan (erupsi).
Gunungapi Gamalama adalah sebuah gunung strato volcano yang terletak pada zona penujaman miring ke timur dengan sudut yang kecil sehingga vulkanisme sangat aktif. Penyelidikan ini menggunakan GAD Method (Geiger's method with Adaptive Damping), hasil yang diperoleh berupa hiposenter gempa bumi di dalam tubuh gunungapi.
Gunung api Gamalama merupakan Gunung api strato dengan tinggi puncak 1715 meter dan berada pada zona penujaman celah Sangir-Halmahera. wilayah ini merupakan zona penujaman yang cukup aktif yang dikenal dengan Punggungan Mayu.
Pada Juni - Juli 1998 terjadi peningkatan aktifitas kegempaan di G. Papandayan, rata-rata terekam 4 gempa vulkanik per hari. Selama periode peningkatan tersebut sebanyak 7 stasiun perekam gempa digital disebar sekitar G. Papandayan. Sebanyak 60 gempa vulkanik dapat di tentukan lokasi sumber gempanya menggunakan metode Geiger.
Erupsi gunungapi pada umumnya didahului oleh peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan tekanan akobat aktivitas magmatik pada sistem konduit gunungapi. Aktivitas magmatik akan menimbulkan terjadinya gempa-gempa mikro di gunungapi serta mengakibatkan perubahan sifat fisis medium dan mempengaruhi kecepan gelombang seismik.