Badan Geologi menyelenggarakan Talkshow Amblesan Tanah

Badan Geologi menyelenggarakan Talkshow Amblesan Tanah Untuk Mendukung Kesiapsiagaan Masyarakat di Wilayah Pantura Jawa Tengah

Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam sambutannya memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan Talkshow Amblesan Tanah yang dilaksanakan pada tanggal 20 Nov 2019 di Kota Semarang dengan tema "Kesiapsiagaan Masyarakat Pantura Jawa Tengah Menghadapi Amblesan Tanah" yang mengambil tempat penyelengaraan di Kota Semarang, dimana acara talkshow ini mengundang peserta dari unsur Kementerian/Lembaga dari Pusat, Dinas ESDM Provinsi seJawa, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jateng, BNPB, Bapeda Kab/Kota, JICA, Civitas Akedemik, Perusahaan serta Wetland Internasional

Dalam sambutannya Kepala Badan Geologi menyampaikan jika kita lihat perkembangan kota-kota besar di Indonesia dalam tiga dekade terakhir terlihat sangat pesat, terutama jika dilihat dari sektor industri, perdagangan, transportasi, real estat, serta infrastruktur lainnya. Kota-kota tersebut diantaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, serta kota-kota lain di pesisir utara Pulau Jawa.

Pesatnya perkembangan di kota-kota tersebut mau tidak mau akan berdampak pada kondisi daya dukung wilayah. Salah satu hal yang dirasakan oleh masyarakat di daerah ini adalah adanya penurunan muka tanah (land subsidence), terutama terjadi pada wilayah yang berada di daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Penurunan muka tanah atau biasa disebut dengan amblesan tanah adalah sebuah peristiwa turunnya permukaan tanah yang disebabkan karena adanya perubahan volume lapisan batuan yang terkandung di bawahnya. Menurunnya muka tanah ini biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama, sehingga kita tidak dapat secara langsung menyadari peristiwanya. Karena hal tersebut, maka amblesan tanah juga sering dinamakan sebagai "The Silent Killer", yaitu karena proses kejadiannya berlangsung secara perlahan namun pasti.

Rudy Suhendar juga menyampaikan hal yang harus diketahui bahwa penyebab adanya penurunan tanah di beberapa wilayah di Pantai Utara Jawa dapat dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor alamiah (natural) dan faktor manusia (antropogenik). Faktor alamiah yang dapat mempengaruhi amblesan tanah adalah: (1) sifat alami konsolidasi tanah, umumnya berada pada endapan yang relatif muda (Kuarter) dan (2) pengaruh adanya tektonik, biasanya disebabkan oleh adanya struktur geologi.

Sementara itu, faktor antropogenik atau faktor yang disebabkan oleh manusia adalah: (1) pengambilan air tanah yang tidak terkontrol dan (2) pembebanan, melalui infrastruktur yang berlebihan.

Dari empat tipe penurunan tanah ini, penurunan tanah sebagai akibat dari pengambilan air tanah yang berlebihan, dipercaya sebagai salah satu penyebab penurunan tanah yang cukup signifikan untuk kota-kota besar di Indonesia. Saat ini

Badan Geologi memiliki peran selaku unit eselon I di bawah Kementerian ESDM, mempunyai tugas untuk melakukan penelitian, penyelidikan dan pelayanan di bidang geologi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan untuk menangani amblesan tanah ini adalah kegiatan penyelidikan amblesan tanah, yang telah dilakukan pada beberapa Kota di Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Kendal dan Demak.

Kegiatan penyelidikan amblesan tanah yang dilakukan oleh Badan Geologi-KESDM di daerah Semarang dan sekitarnya, telah dimulai sejak tahun 2011 dan sudah mendapatkan hasil berupa indikasi pola penurunan permukaan tanah di bagian utara Semarang. Perlu diketahui laju kecepatan penurunan tanah di daerah ini adalah antara 2 cm/tahun hingga lebih dari 10 cm/tahun.

Kondisi ini perlu disikapi oleh seluruh pemangku kepentingan dengan bijaksana dan berusaha mendapatkan penyelesaian yang dapat diakomodir oleh semua pihak.

Diharapkan melalui acara ini perlu adanya sinergitas informasi hasil penyelidikan dari Badan Geologi dapa dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan, terutama yang berada di wilayah pesisir Pantai Utara Pulau Jawa dan harus selalu waspada serta berupaya untuk menangkal semua penyebab terjadinya penurunan muka tanah ini.

Selain itu, perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana amblesan tanah serta bahaya ikutannya, seperti banjir rob, intrusi air laut, kerusakan infrastruktur, serta kerugian lainnya. Upaya-upaya tersebut perlu senantiasa ditingkatkan, dipantau dan dievaluasi karena ancaman bencana amblesan tanah ini semakin hari semakin nyata dan berada di depan mata.(ads)

Ikuti Berita Kami