Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penyelidikan gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur berdasarkan surat permohonan mitigasi bencana gerakan tanah yang bernomor 360/786/405.29/2022 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Hasil penyelidikan sebagai berikut:
A. Dukuh Krajan, Desa Talun
1. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah
Lokasi gerakan tanah berada di perbukitan Gunung Banyon secara administrasi berada di Dukuh Krajan, Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Berdasarkan geografis lokasi gerakan tanah berada pada koordinat 111.658588? BT dan 7.808162? LS. Menurut informasi dari warga setempat gerakan tanah pernah terjadi pada tahun 2006, kemudian bulan April 2017, September 2021 dan terakhir aktif kembali pada hari Selasa 18 Oktober 2022 sekitar pukul 19.00 WIB.
2. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi di daerah perbukitan Gunung Banyon, Desa Talun dan sekitarnya berelief sedang sampai kasar dengan kemiringan lereng curam sampai sangat curam 10? -- 35?. Secara setempat lebih terjal terutama pada bagian lembah/gawir sungai.
Lokasi gerakan tanah berada pada hulu sungai tipe parenial dimana air mengalir sepanjang tahun di sungai tersebut. Daerah gerakan tanah/tanah iongsor berada pada ketinggian 1010 - 1160 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Madiun, Jawa (U. Hartono, Baharuddin dan K. Brata, 1992) secara regional daerah gerakan tanah termasuk dalam Morfonit Ngebei (Qjn). Satuan ini terdiri dari breksi gunungapi berkeping andesit piroksen, andesit hornblende dan diorite, tuf dan konglomerat (Gambar 3).
Berdasarkan hasil pengamatan Iapangan, batuan di daerah bencana berupa breksi vulkanik dalam kondisi agak Iapuk berwarna coklat kehitaman, dominan komponen dibandingkan matriksnya, ukuran komponen dari kerakal sampai bongkah.
Secara umum, tata guna Iahan di daerah gerakan tanah berupa kebun campuran yang didominasi tanaman pinus pada bagian atas (Mahkota) sampai ke tengah lereng. Di bagian bawah/hilir sungai terdapat pemukiman warga dan lahan pesawahan.
Kondisi keairan di daerah bencana sangat berlimpah karena lokasi berada pada catchment area (daerah tangkapan air). Pada musim hujan banyak muncul rembesan - rembesan air dari bagian atas. Alur sungai termasuk kedalam SubDas Kali Kesugihan. Pola aliran sungai dilokasi ini berupa pola aliran radial sentrifugal, yang biasa ditemui di daerah pegunungan/perbukitan yang curam. Untuk keperluan sehari-hari warga menggunakan air dari sumber mata air yang dialirkan dengan pipa. Walaupun sudah terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan pada sisi jalan, namun dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik.
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Lokasi gerakan tanah termasuk kedalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah -- Tinggi (Gambar 4).
Berdasarkan Peta Prakiraan VVilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Oktober 2022 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Oktober 2022), daerah bencana di Kecamatan Ngebel terletak pada potensi terjadi gerakan tanah Tinggi (Gambar 5). Artinya, Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kernbali.
3. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang berada di perbukitan Gunung Banyon, tepatnya di kebun pinus milik PT. Perhutani merupakan gerakan tanah lama yang aktif kembali dan berkembang menjadi luas. Dibagian atas terjadi amblesan yang sudah membentuk mahkota yang terjadi pada tahun 2017 dan dibagian bawah terjadi longsoran bahan rombakan tipe rotasi (cepat) yang mengakibatkan material longsoran tersebut terakumulasi ke lembah sungai dan sebagian material tersebut berubah menjadi lumpur dan aliran bahan rombakan yang diakibatkan oleh air yang cukup berlimpah di sungai tersebut. Terdapat banyak retakan pada bagian atas mahkota longsor diakibatkan adanya faktor tarikan
(tension crack) dari bawah yang mengurangi nilai kestabilan lereng tersebut. Panjang retakan sekitar 30 -- 150 m dengan kedalaman 0,5 -- 4 m dan lebar 5 -- 40 cm. Secara umum arah gerakan tanah N 260? W (relatif barat daya). Luas area yang terdampak pada lokasi ini sekitar 2 Ha (Gambar 6).
Gerakan tanah ini menyebabkan:
- Lahan perkebunan yang didominasi tanaman pinus dengan luas sekitar 2 Ha milik PT. Perhutani rusak dan terancam.
- Sedikitnya 20 unit bangunan di areal pemukiman di bagian hilir sungai tepatnya di Dukuh Krajan, Desa Talun menjadi terancam.
- Jalan Desa sebagian tertutup material lumpur dari aliran sungai.
4. Faktor Penyebab Gerakan Tanah
Secara umum, faktor penyebab gerakan tanah di lokasi ini adalah:
- Kemiringan lereng yang agak curam sampai sangat curam 10? -- 35?;
- Lokasi gerakan tanah berada pada area cekungan, daerah tangkapan air (catchment area) sehingga pada musim penghujan air berlimpah dilokasi tersebut:
- Sifat fisik tanah pelapukan (breksi vulkanik) yang cukup tebal 3 -- 5 meter, gembur, bersifat lepas dan sarang.
? Adanya retakan sebelumnya yang telah terjadi pada tahun 2017, lalu sehingga air hujan banyak masuk kedalam retakan tanah sehingga meningkatkan bobot massa tanah,
- Adanya zona lemah berupa bidang gelincir antara tanah pelapukan dan batuan dasar (breksi vulkanik dan breksi tuf);
- Curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Daerah gerakan tanah merupakan lereng yang terjal yang dibentuk oleh batuan vulkanik dengan tanah pelapukan yang tebal ( > 5 m), bersifat gembur dan sarang, maka air hujan mudah meresap kedalam tanah menyebabkan tanah menjadi jenuh, sehingga bobot masanya bertambah dan tekanan air pori tanah meningkat. Hal ini diperburuk dengan adanya retakan yang telah terjadi sejak 5 (lima) tahun yang lalu (Tahun 2017). Gabungan dari beberapa faktor penyebab tersebut menyebabkan terjadinya longsoran pada lereng bagian tengah dan diikuti dengan nendatan pada lereng atasnya.
Material longsoran yang terakumulasi pada lembah sungai bercampur air dan mengalir ke arah hilir dan berkembang menjadi aliran bahan rombakan/banjir bandang yang mengancam pemukiman di Dukuh Krajan, Desa Talun. Pada saat pemeriksaan, material aliran bahan rombakan berupa lumpur dan kerikil sudah sampai ke jalan di tengah pemukiman di Dukuh Krajan, Desa Talun.
B. Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung
1. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah
Lokasi gerakan tanah berada secara administrasi berada di Lingkungan Kayumas RT.02 & 03 RW.01, Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 2). Berdasarkan geografis Iokasi gerakan tanah berada pada koordinat 112.053932? BT dan 8.203919? LS. Menurut informasi dari warga setempat gerakan tanah pernah terjadi pada tahun 1957 dan aktif kembali pada tahun 1984, 2009 dan yang terakhir aktif kembali pada hari Selasa 18 Oktober 2022 setelah diguyur hujan Iebat dengan durasi yang cukup lama. Kejadian gerakan tanah pada tahun 1957 dimensinya lebih besar dan luas dari kejadian terakhir pada 18 Oktober 2022.
2. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi di Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan berelief sedang samapai kasar dengan kemiringan lereng curam -- sangat curam 12? - 35?. Secara setempat sangat terjal >40? terutama pada lembah sungai dan tebing jalan.
Lokasi gerakan tanah berada pada cathment area (daerah tangkapan air) yang merupakan lembah sungai tepatnya di bagian hulu sungai. dimana banyak muncul rembesan -- rembesan air di daerah tersebut. Daerah bencana berada pada ketinggian 660 - 697 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Madiun, Jawa (U. Hartono, Baharuddin dan K. Brata, 1992) secara regional daerah gerakan tanah termasuk dalam Morfonit Ngebel (Qjn). Satuan ini terdiri dari breksi gunungapi berkeping andesit piroksen, andesit hornblende dan diorite, tuf dan konglomerat (Gambar 3).
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, batuan di daerah bencana berupa breksi vulkanik dalam kondisi agak lapuk berwarna coklat kehitaman, dominan komponen dibandingkan matriksnya, ukuran komponen dari kerakal sampai bongkah.
Secara umum, tata guna lahan di daerah gerakan tanah berupa kebun campuran dibagian atas dan pemukiman dibagian bawah. Pada bagian tengah terdapat akses jalan Kabupaten yang menghubungkan antar dua kecamatan. Namun pada saat terjadi gerakan tanah, akses jalan tersebut terputus total dilanda longsor.
Kondisi keairan di daerah bencana sangat beriimpah karena lokasi gerakan tanah berada di alur sungai pada bagian atas (hulu sungai). Untuk keperluan sehari-hari warga menggunakan air dari sumber mata air dari yang dialirkan dengan pipa. Walaupun sudah terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan pada sisi jalan, namun dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik.
Timur Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Lokasi gerakan tanah di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, termasuk kedalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah (Gambar 4). Berdasarkan Peta Prakiraan VVilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Oktober 2022 di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Oktober 2022),daerah bencana di Kecamatan Bakung terletak pada potensi terjadi gerakan tanah Tinggi (Gambar 5). Artinya, Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
3. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang berada di bagian badan jalan sampai ke tebing jalan dengan luas area yang terdampak sekitar 0,9 Ha. Lokasi gerakan tanah berada pada cathment area (daerah tangkapan air) yang merupakan hulu sungai. Secara Umum arah gerakan tanah N 240? W (relatif barat daya) yang mengarah ke atur sungai dibawahnya (Gambar 8). Pada bagian selatan mahkota longsor terdapat retakan baru yang memanjang akibat tarikan dari longsor yang mengakibatkan kestabilan lereng berkurang dengan panjang retakan sekitar 80 meter, lebar 5 20 cm dan kedalaman 0,5 -- 1 m. Material longsoran sudah masih terkonsentarsi di bagian lembah Iongsor, apabila curah hujan tinggi material tersebut berubah menjadi lumpur yang mengikuti alur sungai sepanjang 1 kilometer.
Gerakan tanah ini menyebabkan:
- 0,9 Ha lahan kebun warga rusak dan terancam
- 4 unit bangunan terancam
- Akses Jalan Kabupaten sepanjang 100 meter rusak terbawa Iongsor dan tertimbun material longsor.
4. Faktor Penyebab Gerakan Tanah
Secara umum, faktor penyebab gerakan tanah di lokasi ini adalah:
- Kemiringan lereng yang agak curam -- sangat curam 12? 35?. Secara setempat sangat terjal >40? terutama pada Iembah sungai dan tebing jalan;
? Lokasi gerakan tanah berada pada area cekungan, daerah tangkapan air (catchment area) yang merupakan hulu sungai sehingga pada musim penghujan air berlimpah dilokasi tersebut;
- Sifat fisik tanah pelapukan (breksi vulkanik) yang cukup tebal 3 -- 5 meter, gembur, bersifat lepas dan sarang;
- Adanya retakan -- retakan yang berkembang akibat kejadian gerakan tanah sebelumnya (tahun 2017);
- Adanya zona lemah berupa bidang gelincir antara tanah pelapukan dan batuan dasar (breksi vulkanik);
- Aliran air permukaan pada bagian jalan dan kebun yang kurang tertata dengan baik;
- Curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Daerah gerakan tanah merupakan lereng yang terjal yang dibentuk oleh batuan vulkanik dengan tanah pelapukan yang tebal ( > 3 m), bersifat gembur dan sarang, maka air hujan mudah meresap kedalam tanah menyebabkan tanah menjadi jenuh, sehingga bobot masanya bertambah dan tekanan air pori tanah meningkat. Lokasi gerakan tanah yang merupakan daerah tangkapan air (cathment area) sehingga air sangat berlimpah terutama pada saat curah hujan tinggi yang ditandai dengan banyak munculnya rembesan -- rembesan air pada tebing jalan dan tebing sungai. Gabungan dari beberapa faktor penyebab tersebut menyebabkan terjadinya Iongsoran pada lereng bagian tengah dan diikuti dengan aliran bahan rombakan pada bagian bawah (kaki longsoran) yang mengarah ke Iembah sungai.
Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
- Gerakan tanah di Dukuh Krajan, Desa Talun dan Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan terutama pada bagian retakan;
- Gerakan tanah merupakan tipe cepat berupa longsoran bahan rombakan, apabila terjadi pembendungan akibat material longsoran yang terakumulasi di lembah sungai dapat berkembang menjadi aliran bahan rombakan/banjir bandang dengan area yang terdampak cukup luas mengikuti alur sungai;
- Beberapa bangunan rumah warga yang terancam di Dukuh Krajan Desa Talun dan Dukuh Ngrogung Desa Ngrogung sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman gerakan tanah berupa longsoran dan aliran bahan rombakan;
Rekomendasi Teknis
Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi pada dan gerakan tanah yang masih berpotensi berkembang, direkomendasikan sebagai berikut:
- Masyarakat di sekitar lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah turun hujan lebat dengan durasi yang cukup lama, terutama sekitar alur yang berhulu pada daerah gerakan tanah harus selalu waspada karena retakan tanah masih terus berkembang dan membentuk tapal kuda dan berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan:
- Masyarakat agar selalu mengamati perkembangan retakan tanah. Jika gerakan tanakan terus berkembang maka agar masyarakat di sekitar gerakan tanah mengungsi atau melapor kepada Aparat Desa dan BPBD Kabupaten Ponorogo
- Untuk memperlambatlmenghindari peresapan/penjenuhan air ke tanah dan mengantisipasi terjadinya perkembangan gerakan tanah agar dilakukan:
- Jangka pendek diupayakan penutupan retakan dengan tanah lempung atau material kedap lain dan dipadatkan.
- Jangka panjang perlu penataan drainase (aliran air permukaan) harus dikendalikan dengan saluran yang kedap air, dengan ditembok atau pemipaan, diarahkan menjauhi daerah longsoran/area terdampak.
- Melandaikan lereng, bisa juga dengan membuat terasering yang berguna untuk memecah/mempersempit dimensi terjadinya gerakan tanah;
- Lokasi Dukuh Krajan, Desa Talun; membuat Dam pengendali aliran bahan rombakan atau Sabo Dam pada alur sungai yang berpotensi terjadinya aliran bahan rombakan terutama pada bagian alur sungai datar atau dari lembah tipe V ke tipe U (Gambar 7 );
- Lokasi Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung; membuat rekayasa teknis seperti tembok penahan tebing (TPT) atau perkuatan lereng pada tebing sesuai dengan kaidah geologi teknik. Dinding penahan disarankan menembus batuan dasar/keras dan dilengkapi dengan lubang air dan parit atau selokan kedap air untuk aliran air permukaan (Gambar 9);
- Apabila rekayasa teknis tidak bisa dilakukan dilokasi bencana, masyarakat yang bermukim di sekitar alur sungai pada lereng bagian bawah di Dukuh Krajan, Desa Talun sebanyak 20 unit bangunan rumah warga (Gambar 6) dan di Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung di bagian bawah mahkota longsor sebanyak 4 unit bangunan (Gambar 8) sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman bencana gerakan tanah dan aliran bahan rombakan/banjir bandang;
- Merubah pola tanam/vegetasi di zona gerakan tanah (daerah terdampak dan sekitarnya) yang sebelumnya vegetasi tanaman akar pendek (pinus, palawija) menjadi tanaman keras yang memiliki akar yang kuat dan dalam sehingga berfungsi memperkuat kestabilan lereng;
- Memasang rambu atau tanda peringatan dan pembatas agar tidak ada warga maupun pengguna jalan yang beraktifitas di sekitar lokasi gerakan tanah maupun aliran bahan rombakan/ banjir bandang;
- Pihak BPBD dan aparat pemerintah setempat agar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah;
- Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah / BPBD setempat.