PEMUTAKHIRAN PETA CEKUNGAN SEDIMEN INDONESIA, DEMI TINGKATKAN EKSPLORASI PENEMUAN CADANGAN MIGAS

Peta Cekungan sedimen adalah sebuah peta yang memuat informasi mengenai area cekungan dengan kriteria tertentu sebagai tempat akumulasi sedimen. Cekungan - cekungan tersebut terbentuk melalui proses tektonik dan pengisian batuan yang berbeda - beda.

Sejarah pembentukan dan pengisian sebuah cekungan menentukan apakah cekungan tersebut bisa berpotensi menghasilkan hidrokarbon ataupun tidak. Sebuah cekungan sedimen berpotensi hidrokarbon harus memenuhi syarat - syarat keterdapatan sistem perminyakan yang bekerja, seperti keterdapatan batuan induk, batuan reservoir, batuan penutup, dan sistem perangkap yang efektif.

Peta Cekungan Sedimen Indonesia telah diresmikan peluncurannya oleh Menteri ESDM dan Badan Geologi pada tahun 2009. Peta yang disusun oleh Pusat Survei Geologi dibawah Badan Geologi ini terdiri dari 128 cekungan, di mana kegiatan eksplorasi dan produksi migas masih terkonsentrasi di sebagian kecil cekungan-cekungan tersebut.

Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen, 47% yang sudah dieksplorasi dimana 16% (20 cekungan) dengan sumur produksi, 21% (27 cekungan) dengan sumur penemuan hidrokarbon, serta 6% (8 cekungan) dengan potensi sistem perminyakan, data seismik dan sumur tersedia, 5% (6 cekungan) dengan keterdapatan rembesan hidrokarbon, data seismik tersedia, tidak ada data sumur. Masih ada 52 persen (67 cekungan sedimen) yang belum dieksplorasi dan sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia baik onshore maupun offshore dimana 20% (26 cekungan) belum dieksplorasi, data seismik, non-seismik, dan data geologi tersedia, 32% (41 cekungan) belum dieksplorasi, data seismik terbatas, tidak ada data sumur.

Pada peta cekungan sedimen yang diterbitkan pada tahun 2022 telah dilakukan beberapa pembaharuan dari peta tersebut, utamanya pada status cekungan, dan memuat informasi antara lain: batas dan luasan cekungan, klasifikasi cekungan berdasarkan tataan tektonik, serta posisi cekungan.

Badan Geologi, melalui Pusat Survei Geologi telah melaksanakan survei umum dan akuisisi data geologi migas terhadap berbagai cekungan dari tahun 2010 - 2022. Pusat Survei Geologi telah melakukan survei umum minyak dan gas bumi. Di antaranya survei G&G, survei migas non konvensional (MNK), rembesan mikro, akuisisi seismik 2D dan Passive Seismic Tomography (PST), di lebih dari 40 lokasi. Data - data dari survei umum tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data-data seismik dan sumur dari Pusdatin KESDM, dan digunakan sebagai bahan penyusunan Rekomendasi Wilayah Keprospekan Migas. Dari kegiatan ini dihasilkan sebanyak 49 rekomendasi Wilayah Kerja (WK) Migas yang dikeluarkan dari tahun 2015-2022.

Sejak penerbitan peta cekungan sedimen Indonesia, Pusat Survei Geologi - Badan Geologi, memiliki tugas untuk mengisi informasi geologi dan geofisika di cekungan-cekungan yang masih kekurangan data dan melakukan pembaruan konsep eksplorasi. Selain itu, pemilihan lokasi survei juga mempertimbangkan kecenderungan area yang diminati oleh industri dan fenomena geologi yang berkembang.

Di Kawasan Timur Indonesia, kegiatan survei geologi dan geofisika (G&G) terutama ditujukan untuk memperoleh data-data baru di area-area yang belum dilakukan kegiatan eksplorasi detail dan kurangnya data (frontier basin).

Sedangkan di Kawasan Barat Indonesia, dimana terdapat lebih banyak memiliki cekungan telah berproduksi, dilakukan survei untuk mencari potensi dan pengembangan konsep eksplorasi yang saat ini telah berjalan. Beberapa area yang memiliki data-data yang relatif lengkap, dipilih untuk dilanjutkan analisis keprospekan migas, perhitungan sumber daya, serta diajukan untuk penyusunan Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Konvensional dan Non-Konvensional.

Selama rentang waktu 2015 - 2022, penyusunan rekomendasi wilayah kerja minyak dan gas bumi telah dilakukan di 36 lokasi. Semua hasil Rekomendasi Wilayah Keprosepekan Migas yang telah disusun oleh Badan Geologi, diserahkan kembali ke pemerintah melalui Pusdatin KESDM, untuk dimanfaatkan dalam kegiatan eksplorasi migas oleh para stakeholders.

Hingga saat ini, dari total 36 area rekomendasi, sekitar 40% nya telah berkontribusi dan digunakan sebagai data pendukung Wilayah Kerja Migas yang telah berhasil dilelangkan, dan yang sedang ditawarkan oleh pemerintah. Sisanya, akan digunakan sebagai data pendukung bagi area-area terbuka, yang akan dilakukan joint study maupun penyusunan sebagai wilayah kerja migas baru yang akan ditawarkan di masa yang akan datang.

Badan Geologi melalui Pusat Survei Geologi telah melakukan akuisisi seismik 2D di 8 lokasi, yaitu di Cekungan Sahul (Agats Barat) pada 2015; Arafura Barat dan Halmahera Barat pada 2016; Buru, Selaru Timur, dan Arafura Selatan pada 2017; serta Singkawang dan Selabangka pada 2018. Metode Passive Seismic Tomography (PST) dilakukan di total 4 lokasi, yaitu di daerah Atsy pada 2013; daerah Boka pada 2015; daerah Lumajang pada 2017; serta pada 2018 dilakukan di daerah Banyumas.

Metode akuisisi PST dilakukan, apabila akuisisi seismik 2D konvensional tidak dapat diterapkan di area-area yang akan disurvei. Misalkan di daerah rawa yang tertutup batu gamping tebal, atau pada cekungan sedimen yang tertutup endapan vulkanik tebal, yang mengabsorbsi gelombang seismik konvensional.

Berdasarkan hasil akuisisi PST yang dilakukan di Blok Boka, telah diidentifikasi 4 lead yaitu Jurassic sand play, dengan total sumberdaya potensial untuk skenario gas sebesar 1,1 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 930 MMBO.

Sedangkan pada Blok Atsy yang telah dilakukan PST dan rembesan mikro, telah diidentifikasi 11 lead dengan Paleozoic Rift Graben play dengan target reservoir batu gamping Formasi Modio dan batu pasir Formasi Tuaba. Total sumber daya potensial untuk skenario gas sebesar 0,9 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 750 MMBO.

Hasil interpretasi seismik 2D yang telah dilakukan, di antaranya pada Blok Selaru yang dilakukan di laut Arafura sekitar 250 km arah timur dari Blok Masela, telah diidentifikasi dua lead pada Mesozoic deltaic play dengan total sumberdaya potensial untuk skenario gas sebesar 4.8 Trillion Cubic Feet (TCF) dan skenario minyak sebesar 4060 MMBO, dengan menggunakan analogi lapangan yang sudah berhasil yaitu Lapangan Abadi.

Selanjutnya, Blok Arafura Selatan sepanjang 1.600 km di Arafura Selatan, telah diidentifikasi dua lead pada Aptian Prograding shoreface play (sudah terbukti pada lapangan-lapangan di Papua New Guinea) dan Permian fluvio-deltaic lacustrine pinchout (terbukti di lapangan migas Australia bagian utara). Total sumber daya potensial untuk skenario gas sebesar 7,36 TCF, dan skenario minyak sebesar 6144.54 MMBO.

Akuisisi seismik selanjutnya adalah Blok Agats Barat dengan target reservoir batu pasir Neoproterozoic-Cambrian yang seumur dengan Formasi Bitter Springs yang telah menjadi reservoir produktif pada Cekungan Amadeus di onshore Australia. Hasil interpretasi seismik mengindentifikasi 8 lead dengan Neoproterozoic sand play, dengan sumber daya potensial untuk skenario gas sebesar 0,7 TCF, dan untuk skenario minyak sebesar 575 MMBO.

Hal ini merupakan salah satu tugas dari Badan Geologi untuk menyediakan data dasar untuk menunjang kegiatan eksplorasi migas nasional, serta dalam rangka mempercepat temuan cadangan migas baru. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut, Pusat Survei Geologi berupaya mengumpulkan dan menganalisis data-data geologi, geofisika, dan geokimia, baik dari permukaan maupun data bawah permukaan.

Data-data tersebut bersifat terbuka dan bisa diakses oleh semua stakeholders yang berkepentingan untuk meningkatkan kegiatan ekplorasi migas nasional, tanpa dipungut biaya, asal mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Khusus untuk perolehan data akuisisi seismik oleh PSG, dapat diakses melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian ESDM, sebagai wali data yang mendukung kegiatan eksplorasi sumber daya minyak dan gas bumi.

Disamping itu, adanya peta cekungan sedimen ini akan sangat bermanfaat untuk menjadi acuan dalam kegiatan studi eksplorasi hirdokarbon di Indonesia agar terlaksana dengan lebih terarah. Peta tersebut tersedia dalam skala regional 1 : 5.000.000.

Untuk mendapatkan peta tersebut, dapat mengunduh pada link di bawah ini:


Penulis: Yaya Mulyana, Hardikna Agasta

Editor: Ryandi Adlan

Ikuti Berita Kami