Dalam rangka memperkuat ketahanan energi nasional dan memperluas basis informasi eksplorasi migas, Tim Penyiapan Rekomendasi Wilayah Keprospekan (RWK) Migas Blok Puri melakukan studi menyeluruh untuk mengevaluasi kembali potensi hidrokarbon di wilayah ini. Blok Puri terletak di bagian selatan Cekungan Sumatera Tengah, Provinsi Riau, dan membentang seluas 8.714,41 km². Wilayah ini bukanlah pemain baru—sejarah eksplorasinya telah dimulai sejak abad ke-19, termasuk penemuan ikonik Lapangan Duri yang mulai berproduksi pada tahun 1958.
Tim yang dikomandoi oleh Achmad Fahruddin ini merupakan gabungan tenaga ahli multidisiplin dari bidang geosains dan geokimia. Syamsir, Dzul Fadli, dan Jaka Satria Perwana, bertindak sebagai geolog, sementara Asep Rohiman, memegang peran sebagai ahli geokimia. Di bawah koordinasi yang solid, tim ini menjalankan serangkaian kegiatan teknis, mulai dari pengumpulan dan interpretasi data seismik, analisis geologi regional, hingga pemodelan cekungan satu dan tiga dimensi.
Salah satu sorotan utama dalam studi ini adalah pengambilan langsung sampel batuan, minyak, dan air dari lokasi-lokasi kunci di lapangan. Pengumpulan data primer ini menjadi krusial untuk mengevaluasi karakteristik batuan induk, kualitas reservoir, kandungan hidrokarbon, serta potensi sistem perangkap yang terbentuk secara geologis.
Tak hanya menyoroti data baru, tim juga melakukan analisis post-mortem terhadap 12 sumur eksplorasi terdahulu, termasuk PURI-1, SEGAR-1, dan KERAMPOL-1. Meskipun mayoritas sumur tersebut tergolong dry hole, keberadaan jejak hidrokarbon menunjukkan bahwa sistem petroleum pernah aktif di wilayah ini—meski belum terakumulasi secara optimal, kemungkinan besar akibat keterbatasan elemen perangkap. Interpretasi struktur seismik menunjukkan arah barat laut–tenggara, yang mencerminkan riwayat tektonik dari Eosen hingga Plio–Plistosen. Posisi Blok Puri sendiri berada di zona flexural margin dari Cekungan Sumatera Tengah, dibatasi oleh border fault di sisi barat daya.
Secara stratigrafi, Formasi Kelesa dan Lakat diidentifikasi sebagai batuan induk utama dengan tingkat kematangan awal hingga menengah. Beberapa lokasi, seperti sumur Belilas-1 dan Segar-1, bahkan menunjukkan tingkat transformasi hidrokarbon yang telah melebihi 50 persen—indikator penting bahwa potensi sistem petroleum masih terbuka lebar untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dari hasil integrasi seluruh data, tim berhasil mengidentifikasi tiga lead utama yang memiliki potensi signifikan untuk tahap eksplorasi lanjutan, yaitu di wilayah Kerampol, Segar, dan Enggang. Ketiganya memperlihatkan indikasi sumber daya migas menjanjikan, baik minyak maupun gas.
Studi ini juga memperlihatkan pentingnya kerja sama lintas sektor. Dalam proses penyusunan rekomendasi, tim menjalin koordinasi aktif dengan Pemerintah Provinsi Riau, Dinas ESDM setempat, Laboratorium Uji Energi Terpadu Universitas Islam Riau (UIR), serta Badan Usaha Milik Daerah seperti PT Riau Petroleum. Kolaborasi ini memastikan bahwa hasil teknis yang diperoleh tidak berdiri sendiri, melainkan selaras dengan arah kebijakan dan kebutuhan daerah.
Lebih jauh lagi, kegiatan ini menjadi
wujud nyata kontribusi Pusat Survei Geologi (PSG) – Badan Geologi dalam
meningkatkan Indeks kinerja lembaga, khususnya pada indikator pemanfaatan hasil
survei geologi untuk mendukung tata kelola energi nasional. Studi Blok Puri
menunjukkan bahwa data geologi bukan sekadar dokumentasi teknis—tetapi fondasi
ilmiah dalam merancang keputusan strategis. Melalui pendekatan yang ilmiah,
kolaboratif, dan adaptif terhadap tantangan zaman, PSG menegaskan perannya
sebagai penggerak awal dalam rantai eksplorasi migas yang berkelanjutan dan
berbasis bukti.
Penulis : Asep Rohiman, Achmad Fahruddin, Dzul Fadli , Jaka Satria Perwana, dan
Syamsir
Penyunting : Tim
Scientific Board - PSG