Gas Hidrogen Alami (Natural Hydrogen Gas) merupakan salah
satu alternatif sumber energi bersih masa depan yang dimiliki Indonesia. Salah
satu mekanisme pembentukan Gas Hidrogen Alami adalah serpentinisasi. Proses
tersebut terjadi akibat interaksi antara batuan ultramafik dengan air pada
temperatur tertentu. Studi terdahulu membuktikan bahwa puncak pembentukan gas
hidrogen alami berada pada rentang temperatur 200 oC – 320oC. Pada rentang
temperatur tersebut, diperkirakan sistem hidrogen alami telah terbentuk dan
dapat terperangkap dalam fase gas sehingga memungkinkan untuk terakumulasi
dengan skala komersial.
Tahun 2024, Badan Geologi melalui Pusat Survei Geologi (PSG)
melakukan survei geofisika terintegrasi mengenai hidrogen alami. Studi ini
menggunakan metode gravity, magnetik dan magnetotelurik untuk mengetahui
keberadaan struktur patahan bawah permukaan. Struktur tersebut berpotensi
sebagai zona recharge untuk sistem hidrogen alami di Kawasan Ampana,
Provinsi Sulawesi Tengah.
Hasil penyelidikan geofisika tersebut dapat dilihat pada
montase. Gambar 1 menunjukkan komparasi antara anomali magnetik (kiri) dan
anomali gravity (kanan) yang menunjukkan adanya kontras anomali yang
berarah ralatif barat laut – tenggara (dikarakterisasi oleh garis hitam
putus-putus). Kontras anomali ini menjadi indikasi pertama akan adanya struktur
patahan bawah permukaan yang berada dekat dengan lokasi manifestasi gas
hidrogen alami di Tanjung Api (titik berwarna merah). Keberadaan zona patahan
ini memberikan harapan adanya peluang terjadinya serpentinisasi di bawah
permukaan.
Untuk mengetahui zona puncak pembentukan gas hidrogen alami,
data magnetik yang memiliki sensitifitas terhadap temperatur digunakan dalam
menghitung gradien temperatur secara matematis dengan perhitungan Currie
Point Depth (CPD) berdasarkan spektrum data magnetic (baca:
Penggunaan Data Magnet untuk Penentuan Curie Point Depth dan Manfaatnya dalam
Eksplorasi Hidrogen Alami).
Gambar 2 merupakan hasil perhitungan gradien temperatur yang
menunjukkan adanya pola gradien temperatur tinggi dengan pola sebaran yang sama
dengan pola kontras anomali pada Gambar 1. Diasumsikan bahwa tingginya gradien
temperatur pada zona ini berkorelasi dengan aktifitas sesar bawah permukaan
tersebut. Di sisi lain, lokasi manifestasi Tanjung Api juga memiliki nilai
gradien temperatur yang tinggi berdasarkan hasil perhitungan CPD.
Dengan mengetahui gradien temperatur pada area studi ini,
perhitungan nilai temperatur pada setiap kedalaman dapat disimulasikan untuk
mengetahui zona puncak pembentukan gas hidrogen alami. Berdasarkan Gambar 3,
temperatur sekitar 200oC telah tercapai pada sekitar kedalaman 3000 m di
beberapa lokasi, yaitu di bagian selatan dari area studi dan di sekitar kawasan
manifestasi gas hidrogen alami di Tanjung Api.
Gambar 4 menunjukkan sayatan vertikal A – A’ yang merupakan
hasil pemodelan data gravity untuk mengetahui top horizon dari
kompleks ultramafik bagian bawah (horizon berwarna hijau) berdasarkan
nilai literatur densitas batuan. Berdasarkan studi tersebut, diindikasikan
bahwa rentang densitas >3gr/cc kemungkinan berasosiasi dengan Kompleks
ofiolit bagian bawah yang berdasarkan studi geologi sebelumnya (Sanjaya dkk,
2024) terdiri dari peridotit, sedikit dunit dan serpentinite.
Subsurface imaging dari keberadaan patahan bawah
permukaan juga dilakukan dengan analisis derivative menggunakan
operator First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical
Derivative (SVD) yang mengindikasikan adanya keberadaan indikasi sesar
bawah permukaan yang memotong kompleks ofiolit bagian bawah (dikarakterisasi
oleh garis hitam putus-putus). Perhitungan temperatur pada lintasan yang sama
dengan sayatan vertikal A – A’ menunjukkan bahwa temperatur 200oC telah
tercapai pada kedalaman 3000 m di bagian utara dan selatan dari penampang A –
A’.
Keberadaan anomali densitas tinggi (> 3 gr/cc), patahan
bawah permukaan sebagai zona recharge yang memungkinkan water –
rock interaction, dan perhitungan temperatur yang sudah mencapai 200oC pada
kawasan ini menambah tingkat keyakinan dalam menjawab dimanakah zona puncak
pembentukan gas hidrogen alami di bawah permukaan dan bagaimana rembesan gas
hidrogen alami di Tanjung Api dapat tersingkap di permukaan.
Referensi
Sanjaya, I., Fatturakhman, M. L., Arifin, A. S., Maryanto,
S., & Kim, H. S. (2024). Evaluating the Natural Hydrogen System in Ampana
Basin, Central Sulawesi; An Implication for Natural Hydrogen Exploration in
Indonesia. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 25(3), 135-149.
Penulis
: Hidayat
Penyunting : Tim Scientific Board –
Pusat Survei Geologi