LAPORAN PEMERIKSAAN BENCANA GERAKAN TANAH KEC. BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:


1.Lokasi dan waktu kejadian:

Gerakan tanah terjadi di Gang Barjo, RT 03/RW 02, Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, secara geografis terletak pada -6.5936333 LS dan 106.7860639 BT (Gambar 1). Bencana tersebut terjadi pada hari Rabu, 12 Oktober 2022. Sehari sebelumnya juga terjadi Gerakan tanah di dekat lokasi tersebut, yaitu di RT 05/RW01.

2.Kondisi Daerah Bencana

  • Morfologi
Secara umum, morfologi daerah bencana berupa punggungan lembah sungai dengan kemiringan lereng terjal mencapai > 30? (derajat). Daerah bencana berada pada ketinggian 240 -- 360 meter di atas permukaan laut (mdpl).

  • Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (1998), daerah bencana termasuk dalam kelompok batuan endapan G. Pangrango yang terdiri atas lahar dan lava basalt andesit (Qvpo
Berdasarkan pengamatan dilapangan, batuan di lokasi bencana tanah pelapukan dari tuff berwarna coklat kemerahan dengan ketebalan lebih dari 3 meter. Sedangkan di atas batuan tersebut terdapat tanah urugan.

  • Tataguna Lahan
Secara umum tataguna lahan daerah bencana berupa pemukiman padat pada bagian tengah dan bawah, dan saluran irigasi pada bagian atas. Juga terdapat kebun campuran di sebelah utara.

  • Keairan
Terdapat saluran irigasi Cidepit yang berada di sebelah timur yang dialirkan melewati daerah longsoran untuk mengisi kolam pemancingan di RW 01/RT 05. Selain itu terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan. Terdapat juga sungai Cisadane di sebelah barat dengan jarak 100 m dari lokasi bencana.

  • Kerentanan Gerakan Tanah
Berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah di Kabupaten dan Kota Bogor Provinsi Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeoIogi)(Gambar 3), bulan Oktober 2022, lokasi bencana termasuk dalam zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi. Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

3.Kondisi dan Dampak Gerakan Tanah:

Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran pada tebing yang terjadi di sekitar permukiman. Terdapat 2 longsoran yaitu pada Gang Kapatihan (Kejadian Selasa) dan Gang Barjo (Rabu). Dimensi longsor Gang Kepatihan yaitu panjang landaan 31 m dengan mahkota longsor 21 m. Dimensi longsor Gang Barjo yaitu panjang Vandaan 38 m dengan lebar mahkota longsor 29 m. Sedangkan tinggi tebing/longsor sekitar 4 -- 5 m (Gambar 4). Berdasarkan analisis DTM (Digital Terrain Model) terlihat adanya bentukan depresi berbentuk tapal kuda pada lereng tersebut yang diperkirakan hasil longsoran yang pernah terjadi sebelumnya

Kejadian ini mengakibatkan:

  • 5 orang meninggal dunia,
  • 6 orang luka-luka
  • 136 jiwa (57 KK) mengungsi

4.Faktor penyebab gerakan tanah

Secara umum, faktor penyebab gerakan tanah di lokasi ini adalah:

  • Kemiringan lereng yang curam-sangat curam;
  • Bangunan dibagian atas dibangun terlalu dekat di bibir lereng dan menambah beban lereng.
  • Saluran drainase yang kurang baik (aliran air permukaan yang dibuang ke arah lereng) serta adanya rembesan dari saluran Cidepit yang melimpas saat hujan besar.
  • Sifat tanah pelapukan yang poros, mudah meluruh ketika jenuh, dan mudah tererosi limpasan air permukaan;
  • Kondisi infrastruktur yang sudah tua dan sudah mulai retak retak
  • Curah hujan dengan intensitas tinggi sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.

5.Mekanisme gerakan tanah

Gerakan tanah pada lokasi ini terjadi pada lokasi yang disusun oleh batuan vulkanik yang lapuk dan material rombakan yang bersifat sarang, yang mudah menyerap air. Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air Cidepit bertambah dan sebagian terlimpas dan mengalir ke lereng. Aliran air permukaan meresap ke lereng terjal dan membuat tanah pelapukan menjadi jenuh air. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan air pori dan berkurangnya daya ikat tanah. Akibatnya lereng tersebut menjadi sangat jenuh dan mengakibatkan terjadinya longsor pada lereng tersebut. Hal ini diperparah dengan curah hujan yang terus tinggi menyebabkan longsor susulan yang terjadi di Kelurahan Kebon Kalapa.


6.Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis:

Kesimpulan:

  • Gerakan tanah di Gang Barjo, RT 03/RW 02, Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, berupa longsoran yang secara umum dikontrol oleh kondisi geologi kelerengan yang terjal, kondisi infrastruktur dan drainase dengan curah hujan sebagai pemicu.
  • Berdasarkan kajian lapangan, area bahaya (Gambar 6) disusun dengan memperhatikan kelerengan dan juga daerah terdampak berdasarkan analisis DTM (Digital Terrain Model) dan juga area sempadan dengan jarak kurang lebih 2 kali dari tinggi lereng.
  • Daerah bencana di wilayah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan terutama pada bagian sekitar area longsoran.

Mengingat curah hujan yang masih tinggi dan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda yang lebih besar, direkomendasikan sebagai berikut:

  • Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi khususnya yang berdekatan dengan area bahaya (Gambar 6) untuk tetap waspada apabila terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan;
  • Warga yang terdampak disarankan untuk mengungsi tempat yang lebih aman dan menjauh dari lokasi bencana;
  • Untuk memperlambat/menghindari peresapan/penjenuhan air ke tanah dan mengantisipasi terjadinya perkembangan gerakan tanah agar dilakukan:
    • -Penataan drainase (air hujan, buangan air limbah rumah tangga) harus dikendalikan dengan saluran yang kedap air, dengan ditembok atau pemipaan, diarahkan menjauhi daerah longsoran. Selain itu aliran air permukaan tidak dibuang/diarahkan ke lereng.
    • -Kolam yang berada dekat dengan daerah longsor agar dikeringkan.
  • Dilakukan penataan dan perkuatan lereng sesuai dengan kaidah geologi teknik;Sedangkan bangunan di atas lereng sebaiknya tidak dikembangkan mendekati bibir lereng dengan memperhatikan batas sempadan (jarak 2 kali dengan tinggi lereng) (Gambar 6).
  • Melandaikan lereng pada bagian yang terjal (terasering) pada area bahaya (Gambar 6), mengatur drainase dan memperkuat kestabilan lereng dengan pembuatan penahan lereng dengan fondasi menembus batuan yang keras dengan mengikuti kaidah geologi teknik/ geoteknik;
  • Memelihara dan mempertahankan tanaman keras berakar kuat dan dalam di yang dapat berfungsi menahan lereng;
  • Pihak BPBD dan aparat pemerintah setempat agar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.
  • Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah / BPBD setempat.
Sumber : Pvmbg - Badan Geologi



Ikuti Berita Kami