Mengenal Evolusi Sesar Paternoster di Selat Makassar

Tahukah kamu bahwa dasar laut di Selat Makassar menyimpan jejak sejarah geologi yang luar biasa? Salah satu fitur menarik di sana adalah Sesar Paternoster sebuah zona di dasar laut yang terbentuk akibat pergerakan kerak bumi jutaan tahun lalu. Bentuknya yang terdiri dari deretan naik-turun seperti anak tangga yang dalam ilmu geologi disebut horst dan graben. Akibat proses tektonik ekstensional, batuan di area tersebut patah dan membentuk blok-blok yang naik dan turun secara berurutan.

Pusat Survei Geologi – Badan Geologi telah melaksanakan survei untuk mempelajari Sesar Paternoster. Studi ini berbasis pada data DEM (Digital Elevation Model), SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) batimetri, dan data seismik. Data DEM digunakan untuk menafsirkan bentang permukaan daratan, sedangkan SRTM batimetri digunakan untuk merekonstruksi relief dasar laut. Sementara itu, metode seismik memberikan informasi struktur bawah permukaan bumi secara lebih mendalam.

Pembentukan Sesar Paternoster dimulai oleh proses bukaan ketika Eosen Tengah yang juga terkait dengan Selat Makasar. Sesar tersebut aktif ketika Oligosen hingga Miosen. Daerah bagian barat wilayah studi diduga bahwa pensesaran terhenti tepat sebelum Miosen Tengah bagian atas. Sesar Paternoster di daerah timur terdeteksi aktif ketika akhir Miosen dengan pergeseran vertical yang cepat. Penyebab terjadinya longsor pada akhir Miosen diperkirakan karena pembebanan di Sulawesi bagian barat. Hal tersebut didukung oleh studi sebelumnya (Puspita et al., 2005) yang menerangkan bahwa pembebanan ini juga terkait dengan pembentukan pegunungan di barat Sulawesi dan sedimentasi raksasa di perairan sebelah barat Sulawesi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Sesar Paternoster terbagai menjadi dua, yaitu bagian barat dan bagian timur. Bagian baratnya aktif selama Oligosen hingga Miosen Tengah. Aktifitas pensesaran di bagian ini berhenti sejak akhir Miosen Tengah. Pada sisi lain, bagian timur Sesar Paternoster kembali aktif selama Miosen bagian akhir hingga permulaan Pliosen. Reaktivasi tersebut diduga terkait pembebanan pada bagian barat Sulawesi.

Perlu diperhatikan bahwa berdasarkan data seismik maupun SRTM Sesar Paternoster tidak menerus hingga daratan Kalimantan maupun daratan Sulawesi. Detail mengenai evolusi Sesar Paternoster ini dapat diunduh pada link berikut (http://bit.ly/3Hn0QFD).

Dari semua temuan ini, jelas bahwa Sesar Paternoster bukan sekadar retakan biasa di dasar laut. Ia menyimpan cerita panjang tentang bagaimana lempeng bumi bergerak, patah, dan membentuk wajah Indonesia seperti sekarang. Walau tidak menyambung hingga ke daratan Kalimantan atau Sulawesi, keberadaan sesar ini jadi bukti nyata betapa aktif dan dinamisnya geologi bawah laut kita..

 

 

 

Referensi

Guntoro, A. (1999). The formation of the Makassar Strait and the separation between SE Kalimantan and SW Sulawesi. Journal of Asian Earth Sciences, 17(1-2), 79-98.

Puspita, S. D., Hall, R., & Elders, C. F. (2005). Structural styles of the offshore West Sulawesi fold belt, North Makassar straits, Indonesia. Proceeding Indonesian Petroleum Association, 30th Annual Convention & Exhibition, p.519-542.

 

 

Penulis            : Edy Slameto

Penyunting     : Tim Scientific Board – PSG

Ikuti Berita Kami