Wujudkan Data Geologi Terpusat dan Akurat, Badan Geologi Kembangkan Database untuk Dukung Big Data


Badan Geologi terus berupaya menghadirkan pengelolaan data yang terpusat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pengembangan database geologi guna mendukung pemanfaatan Big Data, sebuah sistem penyimpanan dan pengolahan kumpulan data dalam jumlah besar, kompleks, dan variatif yang bersumber dari berbagai platform.
 
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL), Agus Cahyono Adi, menegaskan pentingnya peran metadata dalam pengembangan Big Data. Metadata menjadi elemen krusial untuk memastikan data yang dihasilkan valid, terintegrasi, dan mudah ditelusuri. “Kita harus menyiapkan dan menyediakan data geologi yang akurat. Setiap pegawai berperan untuk menjaga orisinalitas dan keakuratan data, dan wajib menggunakan metadata dalam survei dan analisis,” tegas Agus saat membuka kegiatan SUMUR (Sarasehan Umum sareng Manajemen Unggal Rabu) Season 6 di PATGTL Bandung pada Rabu (23/4). 
 
Kegiatan SUMUR sendiri merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh PATGTL sebagai wadah diskusi strategis, yang mengangkat isu-isu aktual dari berbagai perspektif. Kegiatan ini menghadirkan narasumber ahli di bidangnya untuk memperkaya wawasan dan mendorong kolaborasi lintas fungsi. Pada Season ke-6 kali ini, lebih dari 80 Aparatur Sipil Negara (ASN) aktif di lingkungan PATGTL turut hadir dan berpartisipasi dalam sesi diskusi dan pemaparan yang berlangsung dinamis.
 Agus menambahkan bahwa metadata tidak hanya memudahkan pencarian dan pemanfaatan data, tetapi juga menjadi alat penting untuk mengatasi banjir informasi umum yang beredar di internet. “Mulailah peduli dengan data, simpan dalam media elektronik. Minimal metadata tersimpan secara digital agar dapat terkoneksi dalam database Big Data,” pungkasnya.

Joko Parwata, Perencana Ahli Madya Sekretariat Badan Geologi selaku Ketua Tim Layanan Terpadu, turut menjelaskan bahwa Big Data akan memberikan manfaat strategis, seperti peningkatan efisiensi operasional, pengambilan keputusan yang lebih baik, serta deteksi dan pencegahan risiko. “Saat ini data di Badan Geologi masih tersebar di individu pegawai. Harapannya, melalui Big Data, semua data termasuk sejak era kolonial dapat terkumpul dalam satu sistem,” jelas Joko.

Pengembangan database ini tentu memerlukan strategi, infrastruktur, dan kolaborasi lintas unit kerja. Tahap awal yang dilakukan saat ini adalah pengumpulan data (collecting) dan penyiapan ruang penyimpanan (storage). Tujuannya adalah untuk menginventarisasi dan mengintegrasikan seluruh data dari unit kerja ke dalam satu platform terpadu, yang akan meningkatkan kecepatan dan akurasi analisis serta model geologi, sekaligus memperkuat layanan publik melalui visualisasi data yang lebih mudah diakses.

Big Data Badan Geologi nantinya akan dihimpun dari berbagai sumber, seperti sensor geofisika (seismograf, gravimeter, magnetometer, extensometer, GPS, geolistrik), citra satelit dan drone, data geologi lapangan (pemetaan, pengeboran, sampling), hasil laboratorium (geokimia, mineralogi, geoteknik, air), data historis dan arsip, hingga data real-time dari Internet of Things (IoT) terkait pemantauan gunung api, gempa bumi, dan air tanah.

Manfaat yang diharapkan dari Big Data antara lain mencakup: deteksi dini bencana melalui analisis sensor streaming, prediksi longsor dan gempa dengan model berbasis AI/ML, optimalisasi eksplorasi sumber daya alam, serta rekomendasi tata ruang berbasis geologi. Selain itu, integrasi data antar kementerian dan lembaga akan mendukung penanganan bencana yang lebih cepat dan kolaboratif.

Joko menutup paparannya dengan harapan bahwa di masa depan, setiap hasil penelitian lapangan dapat langsung tersimpan ke dalam sistem Big Data dan menjadi aset nasional Badan Geologi yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan lintas sektor.

Unduh materi presentasi

Ikuti Berita Kami