Textbook
Lembah sadeng : Morfogenesis & perkembangannya berdasarkan analisis kelurusan struktur geologi
Sebagai sebuah fenomena geologi, keberadaan Lembah kering Sadeng di kawasan Kars Gunung Sewu sudah dikenal orang sejak pertengahan tahun 1800-an. Namun, publikasi tentang unsur topografi kars ini sangat sedikit, sedangkan kehadirannya sebagai unsur penyusun keragaman geologi (geodiversity) dan warisan geologi (geoheritage) tidak diragukan lagi. Upaya menemukenali kembali sejarah pembentukan dan perkembangan lembah kering selama ruang dan waktu geologi di zaman geologi terakhir (Kuarter) ini diawali dengan inventarisasi gejala topografi dan identifikasi morfogenesisnya berdasarkan pendekatan struktur geologi dan tektonik. Supaya hasil analisisnya tidak terbantahkan (undebatable), digunakan pola pikir deducto hipotetico-verifikatif, yaitu melalui pendekatan probabilistik terhadap populasi yang menjadi objek penelitian sebelum akhirnya diuji dengan alat uji statistik. Penguraian kembali hasil uji statistik terhadap variabel-variabel arah kelurusan struktur, arah kelurusan lembah, lebar, dan tinggi lembah akan menguji hipotesis yang telah ditentukan. Semua itu akhirnya akan menjadi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan dimaksud yang memberi gambaran tentang mulajadi pembentukan dan perkembangan Lembah Sadeng adalah bahwa arah-arah kelurusan lembah berhubungan atau merupakan respons dari arah-arah kelurusan struktur. Teruji bahwa 99% ragam kelurusan lembah dapat dijelaskan oleh kelurusan struktur, sehingga mulajadi rekahan di dalam dan di sekitar Iembah memengaruhi morfogenesis dan perkembangan lembah kering yang fenomenal tersebut. Di bawah pengaruh tektonik pengangkatan pada Zaman Kuarter yang menyebabkan terbentuknya undak sungai ( dan undak • pantai), segmen lembah bagian selatan (hilir, terpengaruh oleh pengangkatan, berundak sungai) mempunyai nilai morfometri lebar dan tinggi yang berbeda dengan segmen lembah bagian utara (hulu, tidak terpengaruh oleh pengangkatan, tidak berundak sungai). Nilai Vf atau nisbah antara lebar dan tinggi lembah di segmen lembah bagian selatan lebih besar daripada segmen bagian utara.
Rekahan batuan yang memfasilitasi pengikisan dan pelarutan mulai terbentuk sejak permulaan Miosen Tengah hingga Pliosen Akhir. Gerakan tegak selama permulaan Kuarter memicu terbentuknya empat sistem rekahan utama yang nantinya berkembang menjadi lembah. Curah hujan yang tinggi selama selangan interstadia (zaman panas yang pendek) di zaman interglasial Riss- Wurm menyebabkan terbentuknya sungai permukaan yang mengisi lembah. Aktifnya pengangkatan yang dipicu kegiatan penunjaman Lempeng Samudra Hindia di bawah pinggiran Lempeng Benua Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan seri undak sungai dan undak pantai. Pengeringan lembah yang dipicu oleh masuknya aliran sungai permukaan ke dalam tanah melalui sistem rucutan (ponora) dan percelah-rekahan yang ada terjadi ketika permukaan laut turun pada zaman es terakhir Wurm.
Ketersediaan
#
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi - Jln. Soekarno Hatta No. 444, Bandung, Jawa Barat
PMB 551.442 ANG l
PMB 551.442 ANG l
Tersedia
Informasi Detail
- Judul Seri
-
-
- No. Panggil
-
PMB 551.442 ANG l
- Penerbit
-
Jakarta :
LIPI Press.,
2017
- Deskripsi Fisik
-
xxv, 209p. : ill. ; 14.5 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
978-979-799-923-0
- Klasifikasi
-
551.442 ANG l
- Tipe Isi
-
-
- Tipe Media
-
-
- Tipe Pembawa
-
-
- Edisi
-
-
- Subjek
-
- Info Detail Spesifik
-
-
- Pernyataan Tanggungjawab
-
Tantrina Dwi Apriani
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Tidak Ada Data