Text
Laporan eksplorasi pendahuluan penyelidikan umum batubara untuk carbon capture storage,material maju dan agroindustri Daerah Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun penghasil devisa negara. Batubara disamping dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan gas karbon yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global. Selain itu, batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku material maju dan agroindustri. Hasil penyelidikan di daerah penyelidikan menunjukkan bahwa formasi pembawa batubara adalah Formasi Muaraenim yang berumur Miosen Akhir s.d. Pliosen. Seam yang muncul di daerah penyelidikan adalah Seam Mangus, Burung, Benuang, Kebon dan Benakat. Secara megaskopis, kenampakan lapisan batubara mempunyai warna hitam kecoklatan hingga hitam, kilap agak terang hingga kusam, mengotori tangan, gores-garis coklat, keras, brittle, cleat terlihat jelas, setempat struktur kayu masih terlihat. Berdasarkan hasil analisis kimia, fisika dan petrografi organik, batubara di daerah penyelidikan termasuk peringkat lignit hingga subbituminous C (ASTM). Hasil modelling yang dilakukan dengan menggunakan CRESS menunjukkan
potensi sumberdaya batubara permukaan dengan kedalaman < 100 meter adalah sebesar 1.1 juta ton dengan klasifikasi inventori tereka. Sedangkan untuk batubara dengan kedalaman > 100 m, nilai inventori tereka adalah sebesar 3.8 juta ton. Total keseluruhan inventori tereka di daerah eksplorasi blok Sekayu adalah sebesar 4.9 juta ton. Apabila digunakan sebagai tempat untuk menyimpan gas CO2 (carbon capture and storage, CCS), pada kedalaman lebih dari 100 m dari permukaan tanah asal, jumlah kandungan gas CO2 yang dapat disimpan pada blok Sekayu untuk Rf 20% dan C 40% adalah sebesar 84.7 juta scf, sementara untuk rf 60% dan C 60% adalah sebesar 381.3 juta scf. Untuk pembuatan grapena dan graphene quntum dots (GQDs), dari empat belas sampel batubara daerah penyelidikan menunjukkan bahwa dengan metodologi ekstraksi menggunakan ultrasonikasi multitahap, dapat menghasilkangrafena (Gs), reduced graphene oxide (rGO) dan graphena quantum dots (GQDs). Spektroskopi FTIR dan UV-Vis memastikan sintesis grafena dari batubara dalam bentuk grafena (Gs) atau rGO dan GQDs. Analisis XRD juga menunjukkan adanya GO dan rGO yang terbentuk. GQDs yang terbentuk memiliki warna yaitu kuning, hijau dan biru. Untuk asam humat, batubara di daerah penyelidikan memiliki yield ekstraksi senyawa humat (asam humat dan asam fulvat) yang cukup bervariasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa proses ekstraksi pada suhu 650C memiliki nilai yield asam humat yang lebih besar dibandingkan dengan proses ekstraksi pada suhu 300C. Nilai yield senyawa humat untuk proses ekstraksi pada suhu 300C berkisar antara 9 – 33%, sementara untuk proses ekstraksi dengan suhu 650C berkisar antara 13 – 54%. Ini menunjukkan bahwa suhu pada saat ekstraksimerupakan hal yang harus diperhatikan. Sementara itu, yield asam humat menunjukkan nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam fulvat. Nilai terendah dimiliki oleh sampel ASD-01A dengan yield 6% dan tertinggi berada pada sampel SAK-01B dengan yield 34%. Dengan minimum yield asam humat yang baik adalah 20%, maka tidak semua batubara di daerah penyelidikan baik untuk dikembangkan asam humatnya.
Tidak tersedia versi lain