Pendakian puncak G. Semeru yang dilakukan mulai tanggal 20-8-1969, telah kembali dengan selamat pada tgl. 22/8-1969 djam 11.00, ketempat pemberangkatann yaitu pos Tawongsongo, djadi memakan waktu 2,5 hari.
Gempa Gunungapi kita kelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan klasifikasi tertentu, misalnya berdasarkan kedalaman sumber, bentuk sinyal gempa, spektrum gempa, durasi gempa dan lain sebagainya.
Dengan adanja kegiatan G. Someru sedjak bulan September 1967 dan peristiwa-peristiwa terdjadinja lahar di Besuk Ko-bokan (K. Redjali) dan K. Glidik, telah diminta oleh Koman-do Pelaksana Penanggulangan Bentjana Alan Djawa Timur di Surabaja, petugas Volkanologi untuk mengadakan survey di G. Semeru,
Sebenarnja Peta Daerah Bahaja G. Sameru ini pa-da th. 1968 telah dibuat oleh Sår. Suparto S. B.Sc. bersama penulis sendiri. Tetapi mengingat waktu dan biaja terbatas, sehingga laporan pendahuluan terse-but, terutama hanja mementingkan daerah bahaja un tuk penjebaran lahar, sedang untuk bahaja letusan bersifat sementara.
Indonesia memiliki banyak sekali gunung api. Gunung-gunung tersebut berada di sepanjang zona subduksi. Indonesia berada pada zona seismic yang aktif yang menghasilkan gunung-gunung api aktif pula.
Pada bulan Juni 1961 dari Jawatan geologi. Ururan volkanologi dilancarkan pemeriksaan kepuncak mahameru kawah Djonggring seloko dan penulis berkenan mengikuti rombongan ekspedisi yang di pimpin oleh Sdr. I. Soenarja
Pengertian sebagian besar rakyat hingga saat ini masih tetap sebagaimana pengertian beberapa puluh tahun yang lampau, apabila G. Semeru meletus tidak takut karena tidak berbahaya, terutama rakyat yang tempatnya sangat berdekatan tinggal di daerah terlarang dan daerah berbahaya, berhubung dengan telah lamanya G. semeru giat dianggap biasa.
Skripsi ini ditulis beradasarkan pekerjaan lapangan disekitar daerah bahaya lahar dingin disebelah tangara dari G. Semeru. Gunung ini mempunyai tipe vulkaan dan merupakan puncak tertinggi diseluruh pulau Jawa.
G. Semeru sampai saat ini masih terus berkeja aktif sehingga membahayakan penduduk yang bertempat tinggal disekitarnya. Dalam hal ini bahaya G. Semeru dibagi dalam dua macam: a. Bahaya Primer (langsung); yakni bahaya letusan (erupsi) dan awan panas (nuee ardente) b. Bahaya sekunder (tidak langsung); yakni bahaya yang timbul sesudah terjadinya letusan, yaitu banjir lahar yang mengangkut bahan-…
Skripsi utama ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang penulis lakukan sendiri dari tanggal 24 Agustus s/d 19 Oktober 1964. Skirpsi mana harus dibuat dalam semester ke VI, kurikulum akademi geologi dan pertambangan, dan merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian terakhir pada akademi geologi dan pertambangan di Bandung.