Dalam rangka mendukung arah
kebijakan energi nasional ke depan yaitu pemanfaatan energi yang mengarah pada
transisi energi menuju energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah
lingkungan (Net Zero Emission), maka pemanfaatan
energi baru terbarukan berada pada momentum yang tepat dan sangat mendesak
untuk diterapkan. Dalam hal tersebut, Kementerian
ESDM telah menyusun rancangan peta jalan transisi energi Indonesia.
Strategi utamanya antara lain meningkatkan pengembangan semua pembangkit
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) secara massif
termasuk EBT berbasis kelautan. Penyebabnya karena potensi energi
laut Indonesia sekitar 63 GW tersebar di seluruh perairan Indonesia.
Di sisi
lain, dalam visi Indonesia 2045, maritim menjadi pilar penting dalam
membangun strategi transformasi ekonomi Indonesia melalui Blue Economy
yang bertujuan menciptakan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas ekonomi
berbasis kelautan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut, energi
terbarukan terkait kemaritiman seperti PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus
Laut) merupakan teknologi yang dapat diterapkan ke depan untuk berkontribusi
pada pengembangan Blue Economy. Sumber energi arus laut ini merupakan
potensi energi setempat/lokal yang sangat cocok dikembangkan di wilayah kepulauan
Indonesia untuk meningkatkan rasio elektrifikasi pada daerah-daerah
terpencil/marjinal.
Balai Besar Survei dan Pemetaan
Geologi Kelautan (BBSPGL) sebagai salah satu institusi di bawah Badan Geologi,
Kementerian ESDM, memiliki tugas dan fungsi dalam melaksanakan survei dan
pemetaan di bidang potensi sumber daya energi kelautan. Sejak tahun 2006,
BBSPGL telah memetakan potensi energi laut dengan keluaran berupa data dasar
dan lokasi potensi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan serta
merancang teknologi pembangkit energi arus laut.
PEMILIHAN LOKASI DAN METODOLOGI
Tahapan
terpenting dalam pengembangan potensi energi arus laut adalah Pemilihan
lokasi potensi yang menghasilkan informasi hidro-oseanografi, geologi,
kebencanaan, dan rasio elektrifikasi serta data kondisi lingkungan sosial
ekonomi yang dibutuhkan sebagai parameter penilaian pada lokasi terpilih.
Kriteria dasar
yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi potensi energi arus laut untuk
memastikan efektivitas dan kelayakannya, di antaranya:
1. Dipilih daerah yang
terdapat selat-selat sempit yang secara alami mempercepat aliran massa air
laut, menciptakan arus kuat dan potensial untuk dimanfaatkan;
2. Kecepatan arus laut
merupakan faktor paling krusial karena kecepatan arus sangat menentukan besar
energi yang bisa dihasilkan. Adapun syarat-syarat terkait kecepatan arus laut:
· Memiliki
kecepatan arus dua arah (bidirectional), idealnya di atas 2 m/detik;
· Kecepatan
arus relatif seragam dari permukaan sampai dasar laut;
· Penting
untuk mengetahui berapa lama kecepatan arus yang kuat dan stabil berlangsung di
suatu Lokasi, karena semakin lama durasi
arus kuat terjadi maka semakin desar dan konsisten produksi energi
yang dihasilkan.
3. Kedalaman
laut di lokasi terpilih tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau
50 meter (Thake, 2005);
4. Morfologi
dasar laut relatif landai dengan jenis material dasar laut yang kuat untuk
penyangga turbin;
5. Tidak
terlalu jauh dari garis pantai (idealnya
kurang dari 1 km) dengan area cukup luas dan tidak jauh dari lokasi pemukiman,
karena hal ini akan mempengaruhi kemudahan instalasi, penganggaran, pemeliharaan,
dan distribusi listrik;
6. Tidak
dipengaruhi gelombang dari laut lepas, analisis pengaruh gelombang laut
diperlukan untuk memastikan stabilitas dan keamanan struktur turbin;
7. Bukan daerah dengan konflik kepentingan (daerah konservasi, daerah pelayaran, daerah militer, dan kepentingan sosial lainnya).
Gambar 1. Salah satu metodologi pengambilan data lapangan pada survei dan pemetaan potensi arus laut dengan peralatan survei ADCP (BBSPGL, 2015)
Beberapa metode yang digunakan
pada site survey potensi energi arus laut adalah
Penentuan Posisi, Pengukuran Pasang Surut, Pengukuran Kedalaman Laut,
Pengukuran Sub Bottom Profiling, Pengukuran Arus Laut, Pengukuran
Gelombang laut, Pengamatan Meteorologi Maritim, Pemetaan Karakteristik Pantai,
Pengambilan Contoh Sedimen Dasar Laut, Pengambilan Sampel Air Laut, Pengukuran
Sifat Fisika Air Laut, dan Pemodelan Numerik.
PERALATAN SURVEI YANG DIGUNAKAN
Tabel 1. Daftar Peralatan Survei yang Digunakan
OUTPUT YANG DIHASILKAN
Hasil
survei dan pemetaan lokasi potensi energi arus laut adalah tersedianya data
batimetri, kecepatan dan arah arus, tinggi dan periode gelombang, pasang surut,
kecepatan dan arah angin, serta kondisi geologi dan geofisika sehingga
diperoleh potensi rinci di lokasi terpilih.
Selanjutnya hasil survei dan pemetaan potensi ini menghasilkan besaran konversi energi arus laut menjadi energi listrik serta rekomendasi lokasi yang tepat untuk menempatkan turbin tenaga arus laut dengan mempertimbangkan kondisi geomorfologi, informasi hidro-oseanografi, informasi geologi, kebencanaan, dan rasio elektrifikasi serta data kondisi lingkungan sosial ekonomi.
Gambar 2. Hasil Survei dan Pemetaan Potensi Arus Laut
Data lapangan hasil pengukuran
kemudian digunakan untuk mendapatkan nilai potensi dengan menggunakan pemodelan
numerik yang tervalidasi dengan baik dan dituangkan dalam peta potensi arus
laut.
Author and Cover Photo : Ai Yuningsih*
Reviewer :
Luli Gustiantini**
Editor : Tim Humas Badan
Geologi
*Penyelidik Bumi Ahli Utama, BBSPGL Badan Geologi Kementerian ESDM
**Penyelidik Bumi Ahli Madya, BBSPGL Badan Geologi Kementerian ESDM