Bumi, planet yang kita huni, kiranya merupakan landasan paling kuat dari keberadaan diri kita. Ungkapannya terbersit dalam kearifan Marjorie Kinnan Rawlings (1896-1953), pengarang terkemuka yang sering menghadirkan bentang alam dalam novel-novelnya. "Kita lahir dari bumi sebelum kita lahir dari rahim ibu kita. Setelah lahir, kita bisa saja hidup tanpa ibu atau ayah, kerabat, teman, atau kasih sayang manusia. Namun, kita tidak bisa hidup tanpa bumi atau terpisah darinya, dan ada yang layu di hati manusia ketika ia berpaling dari bumi dan hanya memperhatikan masalah manusia," tulisnya dalam Cross Creek (1945), kisah otobiografis tentang kehidupan di sebuah desa kecil nun di pedalaman Amerika.

Geologi adalah salah satu jalan yang dapat ditempuh agar orang dapat mengenali, juga mencintai, rincian permukaan bumi. Ahli geologi turun ke lapangan, mendaki bukit dan gunung, menyusuri lembah dan dataran, menyigi bongkah-bongkah bebatuan, sedemikian rupa sehingga terangkumlah gugusan pengetahuan, yang kerap menimbulkan rasa takjub, mengenai sejarah alam, keadaannya kini, dan kemungkinannya di kemudian hari.

Jalan demikian terbentang sedemikian panjangnya di Indonesia. Negeri kepulauan ini diberkati dengan bentang alam yang amat menakjubkan, dan sudah lama menjadi tempat penjelajahan para ahli ilmu kebumian. Potensi kebumian Indonesia bisa dikatakan tak terhingga. Pulau-pulau terhampar luas dari Sabang sampai ke Merauke, begitu pula gunung-gunungnya yang menjulang, bukit• bukitnya yang berjajar, sungai-sungainya yang meliuk, danau membiru, lembah menghijau, dan lautan yang membentang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri yang potensi kebumiannya terkaya di dunia.

Tidak tersedia versi lain

Tidak Ada Data