Sejak letusan terakhir tahun 1957, Gunung Gede sering menunjukkan kegiatan, tanpa diakhiri letasan. Peningkatan kegiatan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah gempabumi vulkanik dan tektonik. Pemantauan kegempaan dilakukan secara terus menerus dengan satu stasiun, direkam dengan cara analog.
Gunung Gede merupakan salah satu gunungapi tipe A yang masih aktif. Aktivitas letusan gerakhir Gunung Gede terjadi Maret 1957 berupa letusan dengan suara gemuruh disertai awan.
Seismologi gunungapi merupakan cabang ilmu seismologi yang khusus mempelajri hubungan antara kegiatan vulkanik dan kegempaannya. Cabang ilmu ini melihat aktifitas kegempaan melalui proyeksi sinyal yang dihasilkan oleh kegiatan isi dalam gunungapi.
Pada pengamatan kegempaan gunungapi, seringkali dijumpai sinyal asal gunungapi dengan ciri menerus dan kuasi harmonik. Dari sinyal jenis ini, dipelajari kandungan frekuensi dominan yang merupakan pencerminan dari viskositas dan dimensi kantung fluida. Guna mengetahui kandungan frekuensi dominan, dilakukan perhitungan/estimasi spektral menggunakan transormasi fourier cepat/diskrit.
Zonasi risiko bahaya gunungapi dibuat terhadap semua jenis tutupan lahan (elemen bencana) yang ada di kawasan G. Gede. Faktor yang diperhitungkan dalam penentuan tingkat kerentanan suatu elemn bencana terhadap ancaman bahaya erupsi gunungapi adalah faktor manusianya yaitu keberadaan serta aktifitas manusia di dalam suatu elemen bencana tersebut.
Gunung Gede sering menunjukkan peningkatan kagiatan, antara lain tahun 1990 hingga 1992, tanpa diakhiri letusan. Peningkatan kegiatan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah gempa gunungapi. Pemantauan kegempaan dilakukan secara menerus dengan satu stasiun, direkam dengan cara analog.
Gunung Gede (Jawa Barat, Indonesia), terletak sejauh 60 km di sebelah selatan Jakarta dengan ketinggian 2.598 m di atas permukaan laut. Gunung gede dikategorikan sebagai gunung api tipe A dan memiliki densitas populasi yang cukup padat di sekitarnya.