BERMA (Belajar Bersama): Bahasa Isyarat Menyatukan Kita Di Museum Geologi

Bandung. Sekitar 160 orang peserta dan undangan dari berbagai kalangan baik itu Mahasiswa, Disabilitas dan umum menghadiri acara BERMA (Belajar Bersama) dengan tema Bahasa Isyarat Menyatukan Kita pada Sabtu (9/9) di Auditorium Museum Geologi. Acara BERMA ini terlaksana atas kerjasama antara Museum Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNINUS.

Hadir memberikan laporan adalah Hani Rahmayanti, Ketua Pelaksana BERMA 2023. Kemudian sambutan diberikan oleh M. Andriana Gaffar, Wakil Dekan I FKIP UNINUS dan R. Isnu Hajar Sulistyawan selaku Kepala Museum Geologi. Selain itu hadir Kepala Prodi PLB, Kemahasiswaan serta DEMA UNINUS.

Hani dalam laporannya menyatakan bahwa acara BERMA (Belajar Bersama) ini mengangkat tema Bahasa Isyarat dengan tujuan ingin mengenalkan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh teman Tuli supaya dapat menjembatani komunikasi antara Tuli dan Dengar. Selain itu juga dalam rangka memperingati bulan kesadaran Tuli di bulan September dan juga Pekan Tuli Internasional serta Hari Bahasa Isyarat Internasional.

Narasumber pertama menghadirkan Kepala Museum Geologi yang memaparkan profil Museum Geologi serta upaya dan pengembangan yang dilakukan oleh Museum Geologi dalam mewujudkan museum yang ramah Disabilitas. Pada sesi diskusi didapatkan apresiasi dan masukan dari salah satu penyandang Disabilitas fisik untuk pengembangan fasilitas ramah Disabilitas di Museum Geologi atas pengalaman nya sendiri.

Kemudian narasumber kedua, yaitu Nirna Nurlelah dari PUSBISINDO Jawa Barat. Dalam presentasinya, Nirna menjelaskan bagaimana perbedaan dunia Tuli dan Dengar. “Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi di antara pihak Tuli dan Dengar. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan bahasa isyarat untuk menjembatani komunikasi di antara mereka”, tambah Nirna. Pada kesempatan tersebut pun Nirna mempraktekan huruf alfabet dalam Bahasa Isyarat kepada peserta, lalu peserta pun mengikutinya.

Selanjutnya narasumber ketiga yaitu Dadial, Peneliti Al Quran Isyarat. Dadial menjelaskan fakta bahwa Tuli disamaratakan dipaksa harus mengikuti cara orang dengar dalam membaca Al Quran. Akibatnya Tuli tidak mampu mencapai kesetaraan seperti orang Dengar ketika membaca dan memahami Al Qurán. Hingga muncul lah Al Qurán Isyarat yang paling tepat dan sesuai dengan fitrah Tuli yaitu komunikasi Bahasa Isyarat. Dadial pun kemudian mempraktekan huruf Hijaiyah dalam Al Quran Isyarat lalu peserta pun mengikutinya, serta menjawab pertanyaan dari peserta tentang cara Tuli dalam menjalankan Ibadah Sholat.

Untuk update keseruan kegiatan dan informasi Museum Geologi lainnya silakan untuk mengikuti media sosial kami di Instagram: @museum_geologi, kemudian Youtube Channel: Museum Geologi, Tiktok: museum_geologi dan Official website: museum.geologi.esdm.go.id. Museum Geologi, Smart Museum, Smart People, Smart Nation

Ikuti Berita Kami