Jalur
metalogeni (metallogenic belt) merupakan zona geologi tertentu yang kaya
akan endapan logam spesifik. Endapan tersebut terbentuk sebagai hasil dari
kondisi geologi yang mendukung dan relatif seragam, seperti aktivitas tektonik,
proses magmatisme dan metamorfisme, keberadaan batuan sumber, serta pergerakan
fluida hidrotermal pembawa logam. Di Indonesia, jalur-jalur metalogeni tersebar
luas dari bagian barat hingga timur, mencerminkan keragaman geotektonik dan
sejarah evolusi kerak bumi yang kompleks.
Untuk
memahami dan memetakan potensi jalur-jalur logam ini, Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berperan penting sebagai garda depan penyedia data dan informasi
geologi nasional. Melalui program pemetaan dan pembaruan data metalogeni, PSG
menyediakan landasan ilmiah bagi eksplorasi sumber daya mineral strategis dan
kebijakan pengelolaannya. Kajian semacam ini merupakan fondasi penting dalam
mendukung eksplorasi mineral nasional secara terarah dan berkelanjutan, serta
menyusun basis data geologi untuk pembangunan sektor mineral ke depan.
Pada
tahun 2013, Badan Geologi telah merilis Peta Metalogeni Indonesia Skala
1:5.000.000 yang dapat diunduh pada link berikut (https://geoportal.esdm.go.id/home/storage/images/file/wE8oI_Peta_Metalogeni_Indonesia_1186d2ff1eb73c43298c2f964d59164b.jpg).
Nah, supaya lebih mudah dipahami, yuk kita telusuri jalur-jalur metalogeni di
Indonesia dengan membaginya berdasarkan pulau utama.
Sumatra
Di
Pulau Sumatra, kekayaan mineral tak hanya tersebar luas, tapi juga membentuk
pola-pola tertentu yang disebut jalur metalogenik. Secara umum, para geolog di
Indonesia mengenal dua zona utama yaitu Mendala Metalogenik Barisan dan Sabuk
Timah Asia Tenggara yang tergolong jalur metalogenik kelas dunia. Jalur pertama
memanjang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari utara ke Selatan. Zona
tersebut dikenal dengan potensi emas (Au), tembaga (Cu), hingga logam dasar
lainnya. Tambang Martabe di Tapanuli Selatan dan Lebong Tandai di Bengkulu
Utara adalah contoh penting dari endapan emas di zona ini.
Namun
dalam beberapa publikasi internasional, Mendala Metalogenik Barisan
diklasifikasikan menjadi beberapa metallogenic provinces yang lebih spesifik.
Misalnya, bagian utara Sumatra dikenal sebagai Northern Sumatra Zn-Pb Province
yang kaya akan seng dan timbal. Sementara itu, zona Bukit Barisan bagian barat
masuk dalam NW Sunda Arc Cu-Au Province yang mengindikasikan dominasi tembaga
dan emas. Hal ini sejalan dengan keberadaan sistem porfiri dan epitermal di
sepanjang jalur vulkanik ini.
Di
sisi timur dan tenggara Sumatra, Sabuk Timah Asia Tenggara telah lama menjadi
ikon geologi regional. Jalur ini merupakan bagian dari Western Indonesia Sn
Province, yang membentang dari Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, hingga
Kepulauan Bangka Belitung. Sesuai namanya, logam utama di sini adalah timah
(Sn) yang berasosiasi erat dengan batuan granit tipe-S. Penambangan timah
bahkan telah dimulai sejak era kolonial Belanda dan masih berlanjut hingga
kini.
Menariknya,
sejumlah studi terbaru menunjukkan bahwa Kawasan Sabuk Timah Asia Tenggara
tidak hanya kaya timah, tapi juga menyimpan potensi logam kritis masa depan
seperti unsur tanah jarang (REE) dan litium (Li). Sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan industri teknologi hijau dunia, klasifikasi internasional pun
memperjelas potensi Sumatra dalam jalur lain seperti Central Sunda Arc Au-Ag
Province, yang menyoroti peran logam emas dan perak di wilayah tengah pulau.
Dengan memahami berbagai klasifikasi ini, kita bisa melihat bahwa Sumatra bukan
hanya kaya sumber daya alam, tapi juga strategis dalam peta tambang global.
🔜 Nantikan Bagian 2! Kita akan lanjutkan
penjelajahan ke Kalimantan dan Sulawesi, yang tak kalah kaya akan logam
strategis.
Penulis :
Ronaldo Irzon
Penyunting : Tim
Scientific Board – PSG