Garut – Kabupaten Garut memiliki banyak objek destinasi yang beragam dan menarik minat wisatawan nusantara dan mancanegera, khususnya daya tarik alam dan budaya yang dikenal dengan sebutan Gurilapss (Gunung, Rimba Alam, Laut, Pantai, Sungai, dan Seni Budaya). Multiplier effect dari kegiatan jasa pariwisata di wilayah Priangan Timur ini tentunya memiliki dampak yang signifikan untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Di balik keindahan alam dan budaya, serta potensi pengembangan wisata, Kabupaten Garut juga menyimpan potensi bencana geologi yang harus diwaspadai, karena dilalui oleh Patahan Aktif Garsela (akronim: Garut Selatan). Aktivitas patahan tersebut tentunya akan berdampak terhadap kegiatan pariwisata dan ekonomi di kawasan tersebut.
Patahan Aktif Garsela beberapa kali menunjukkan aktifitasnya, terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 2024, gempa yang diakibatkan patahan tersebut mengguncang Garut Selatan dengan magnitudo 3,2 SR. BMKG mengkonfirmasi menyatakan bahwa pusat gempa berkaitan dengan Patahan Aktif Garsela, dengan kedalaman relatif dangkal sekitar 3 Km. Aktivitas dari patahan ini harus terus diwaspadai perkembangannya untuk mengurangi risiko bila terjadi gempa yang lebih besar.
Pada tahun ini, Badan Geologi melalui Pusat Survei Geologi (PSG) menargetkan 10 Lembar peta patahan aktif, salah satunya adalah peta patahan aktif Kabupaten Garut. Aktivitas dari Patahan Aktif Garsela menjadi alasan prioritas kegiatan dilakukan di Kabupaten Garut, Rio Alcanadre, Ketua Tim Pemetaan Patahan Aktif Garsela menyampaikan bahwa penyelidikan patahan aktif dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari Patahan Aktif Garsela, meliputi: jenis, segmen, kinematik, mekanisme dan potensial maksimum dari patahan tersebut (Gambar 1).
Hasil penyelidikan sementara menunjukkan adanya bukti patahan berupa longsoran, offset dan kekar. Dari hasil pengukuran di lapangan memperlihatkan Patahan Aktif Garsela secara umum berarah timur laut – baratdaya, dengan jenis patahan mendatar menganan (strike slip dextral) yang teridentifikasi terdiri dari 4 (empat) segmen. Data pengukuran lapangan juga memperlihatkan adanya potensi patahan naik yang memotong dan diduga mengaktifkan kembali Patahan Aktif Garsela (Gambar 2).
Selain mengidentifikasi karakteristik Patahan Aktif Garsela sebagai sumber gempabumi, PSG juga akan melakukan pemetaan mikrozonasi di Kabupaten Garut, untuk mengukur dampak kerentanan seismik (seismic mikrozonasi) di Kota Garut dan sekitarnya, sehingga dapat memberikan masukan yang komprehensif dalam mitigasi bencana gempabumi yang akan dilakukan, baik dari aspek sumber gempanya maupun dari dampak yang diakibatkan oleh aktivitas patahan tersebut.
Secara terpisah, Kepala Pusat Survei Geologi, Edy Slameto, menyampaikan bahwa PSG sebagai walidata peta patahan aktif harus menjamin ketersedian data dan informasi patahan aktif di Indonesia yang dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam perencanaan ruang wilayah dan pertimbangan dalam strategi mitigasi bencana gempabumi, serta berkontribusinya dalam menurunkan risiko bencana gempabumi, baik korban jiwa maupun kerugian material. Lebih lanjut, Edy berharap kegiatan pemetaan yang sedang dilakukan di Kabupaten Garut, dapat menjadi masukan untuk upaya mitigasi bencana gempabumi dan pembangunan yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
Oleh: Asep Kurnia Permana