Pendirian Gedung Museum Geologi pada 1928

Pendirian Gedung Museum Geologi pada 1928
Pada 1928, pemerintah Hindia Belanda membangun gedung untuk Dienst van Mijnbow di Rembrandt Straat/ Wilhelmina Boulevard (Jalan Diponegoro No. 57, Bandung sekarang). Gedung yang disebut Geologisch Laboratorium itu diresmikan bertepatan saat pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik IV (Fourth Pacific Science Congress), pada 16 Mei 1929, di Rechts-hogeschool (Jakarta), dan Technische Hogeschool (Bandung). Tanggal inilah yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Museum Geologi.

Gedung Geologisch Laboratorium berfungsi sebagai perkantoran, yang dilengkapi dengan laboratorium geologi dan dua ruang utama yaitu, sayap barat dan sayap timur di lantai 1 (bawah). Ruang ini berfungsi untuk memperagakan hasil survei geologi. Penataan materi peragaan geologi berupa batuan dan fosil berada di bawah pengawasan para ahli pada waktu itu antara lain, Oostingh (ahli moluska), Tan Sin Hok (ahli foraminifera) dan Von Koenigswald (ahli vertebrata) serta para ahli geologi lainnya seperti Van Es, Oppenoorth, dan Neumann van Padang.

Peragaan materi disajikan dengan penataan yang artistik serta memberikan informasi sistematis dan menarik tentang kemajuan kegiatan survei dan hasil yang dicapai para pakar geologi yang bekerja di Indonesia waktu itu. Hal ini sangat memberikan kesan yang baik bagi para peserta yang menghadiri kongres ilmu pengetahuan Pasifik tersebut. Peragaan geologi ini terbuka untuk umum dan merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Hingga 1930 pengunjung Museum Geologi telah mencapai 894 orang.

Gedung yang semula disebut Geologisch Laboratorium itu kemudian lebih dikenal sebagai Geologisch Museum yang merupakan cikal bakal Museum Geologi sekarang. Sejak itu, peningkatan peragaan terus berlanjut dan makin disempurnakan seiring bertambahnya data hasil survei dan penelitian lapangan serta tambahan koleksi baik dari sumbangan maupun hasil tukar-menukar dengan pihak luar negeri. Penataan peragaan ini dapat dikatakan mencapai puncaknya sekitar tahun 1935, saat rekonstruksi kerangka Stegodon trigonocephalus, Rhinoceros sondaicus, Bubalus palaeokerabau dan Hippopotamus simplex turut menghiasi peragaan Museum Geologi.

Ikuti Berita Kami