Dua In-House Reference Material Baru Produksi PSG: Derap Langkah Menuju Kemandirian Laboratorium Nasional

Certified Reference Material (CRM, material acuan standar tersertifikasi) merupakan komponen penting dalam memastikan validitas, akurasi, dan ketelusuran hasil pengujian laboratorium. Pada eksplorasi mineral, CRM dimanfaatkan khususnya dalam analisis logam dasar, logam kritis, maupun logam tanah jarang. Penggunaan CRM yang tepat sangat krusial untuk menjaga mutu hasil uji dan mendukung akreditasi laboratorium pengujian sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025:2017. Namun demikian, keterbatasan jenis matriks serta tingginya biaya pengadaan merupakan tantangan utama dalam pemanfaatan CRM. Kondisi tersebut mendorong lembaga analisis dari berbagai belahan dunia untuk membuat In-house Reference Material (IRM) sebagai pengganti CRM.

Sebagai salah satu satuan kerja dalam lingkup Badan Geologi, Pusat Survei Geologi (PSG) dilengkapi dengan fasilitas laboratorium pengujian. Beberapa metode uji di laboratorium tersebut telah tersertifikasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Oleh sebab itu, ketersediaan CRM adalah mutlak dalam pengujian di Laboratorium PSG. Untuk mengatasi kendala keterbatasan matriks dan biaya, PSG turut aktif mengembangkan IRM secara mandiri.

PSG berhasil membuat dua IRM baru yang mewakili matriks geologi logam kritis dan strategis. IRM tersebut adalah hasil kegiatan tahun 2023 dan 2024. Masing-masing berlabel IGSC- RS 23AA07C dan IGSC- RS 23AA09A. IGSC-RS adalah singkatan dari Indonesian Geological Survey Center – Reference Standard, sebagai cerminan IRM produksi PSG. Kedua IRM ini menunjukkan tingkat homogenitas yang baik. Pengujian homogenitas dilakukan terhadap sekitar 10% dari total kemasan secara acak dan dianalisis secara statistik, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kedua kandidat layak dijadikan sebagai bahan acuan.

Berdasarkan data dari 14 kali pengukuran (7 sample duplo) kedua IRM menunjukkan nilai yang konsisten. IGSC-RS 23AA07C mengandung Au (emas) dengan rerata 0,22 ppm dan dengan standar deviasi 0,01. Sementara itu, rerata kadar emas pada IGSC-RS 23AA09A adalah 1,39 ppm dan dengan standar deviasi 0,1.

Rentang kadar Cu, Pb, Zn, dan Ag pada IGSC-RS 23AA07C berdasarkan hasil analisis AAS (Atomic Absorption Spectrometry) masing-masing adalah 31–32 ppm, 71–76 ppm, 82–89 ppm, dan <7 ppm. Sedangkan rentang hasil analisis keempat logam tersebut menggunakan ICP-OES (Inductively Coupled Plasma – Mass Spectrometry) adalah 30–34 ppm, 78–81 ppm, 81-85 ppm, dan 2 ppm secara berurutan. Hasil ini membuktikan konsistensi hasil uji pada perbandingan pengukuran empat logam dasar antara kedua metode analisis.

Kemudian, kedua IRM milik PSG telah diujikan ke lima laboratorium eksternal menggunakan teknik AAS, ICP-OES, dan Au-aquaregia. Konsep z-score dipergunakan untuk memeriksa seluruh hasil uji internal maupun eksternal yang menjadi ukuran statistik yang menunjukkan seberapa jauh suatu data menyimpang dari rata-rata (mean) dalam satuan standar deviasi. Dalam konteks pengujian laboratorium, z-score digunakan untuk menilai konsistensi dan keakuratan hasil pengujian dibandingkan nilai acuan atau hasil laboratorium lain. Z-score pada IGSC-RS 23AA07C dan IGSC- RS 23AA09A untuk analisis Cu, Pb, Zn, Ag, As, dan Ni bernilai <2 (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada data outlier untuk logam-logam tersebut. Namun demikian, parameter Co pada IGSC-RS 23AA07C belum dapat dijadikan nilai rujukan karena memiliki z-score di atas 2.

Secara keseluruhan, Laboratorium PSG telah menghasilkan dua IRM yang cukup bagus. Homogenitas, stabilitas, presisi, dan konsistensi hasil uji laboratorium eksternal mendukung kesimpulan tersebut. Inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mendukung kemandirian laboratorium nasional serta efisiensi pengujian geokimia logam kritis.

Visi kami ke depan adalah mengembangkan IRM yang telah tersedia untuk dimajukan menjadi CRM. Hal ini tentu memangkas biaya analisis dengan menghilangkan ketergantungan Indonesia terhadap CRM impor. Memang butuh langkah panjang dan usaha keras untuk mencapai tujuan tersebut, terutama terkait ketersediaan sumberdaya untuk uji banding/uji profesiensi dengan setidaknya minimal 10 fasilitas uji terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017. Perjalanan ke Mekah dimulai dengan satu langkah. Studi ini adalah perwujudan langkah Laboratorium PSG menuju CRM produksi Indonesia untuk kemandirian laboratorium nasional.

 

Penulis              : Asep Rohiman, Kurnia, Ernawati, Erik Nugraha,

                           Gun Gun Guntara, Niken Puspaningtyas, dan

                           Deny Mundary

Penyunting       : Tim Scientific Board - PSG

Ikuti Berita Kami