Oleh: Asep Kurnia Permana
Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil batubara terbesar di dunia, dengan cadangan yang tersebar luas di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Namun, di balik lapisan batubara ini terdapat Coal Bed Methane (CBM), gas metana yang tersimpan di dalam lapisan batubara dan berpotensi menjadi sumber energi alternatif. CBM bukan sekadar potensi, melainkan bagian penting dari strategi transisi energi nasional berbasis gas, yang semakin relevan di tengah dorongan global menuju energi bersih.
Potensi CBM di Indonesia: Lebih Besar dari Gas Alam?
Merujuk pada data Kementerian ESDM (2022), potensi CBM Indonesia diperkirakan mencapai 450–453 TCF, tersebar di beberapa cekungan utama, antara lain:
Jumlah ini bahkan berpotensi melebihi cadangan gas alam konvensional Indonesia yang telah teridentifikasi. Kandungan metana di batubara bervariasi antara 1,2–6,6 scf/ton, dengan prospek utama di Formasi Muara Enim (Sumatera Selatan) dan Formasi Tanjung (Kalimantan Timur). Potensi besar ini menunjukkan bahwa CBM tidak hanya bisa menambah pasokan gas domestik, tetapi juga menjadi salah satu pilar energi transisi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang berkarbon tinggi.
Sejarah Eksplorasi: Badan Geologi sebagai Pionir
Eksplorasi CBM di Indonesia dimulai sejak awal 2000-an, dengan Badan Geologi sebagai salah pelopor utama. Badan Geologi melakukan penyelidikan awal terkait potensi CBM di berbagai cekungan, melakukan survei geologi, pemetaan formasi batubara, karakterisasi dan pengukuran kandungan metana dalam batubara seperti dapat dibaca lebih lanjut pada tautan berikut https://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/view/255 dan https://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/view/153. Kajian awal ini menjadi landasan ilmiah bagi perusahaan swasta maupun BUMN untuk mulai melakukan eksplorasi lebih lanjut dan uji coba produksi.
Beberapa proyek uji coba bahkan berhasil menghasilkan aliran gas, tetapi produksi komersial menghadapi kendala, antara lain:
Meski demikian, peran Badan Geologi sebagai pionir memberi fondasi ilmiah yang kuat, menjadikan CBM lebih dari sekadar potensi, dan membuka jalan bagi regulasi, investasi, dan pengembangan proyek selanjutnya.
Regulasi dan Dukungan Pemerintah
Salah satu faktor kunci adalah dukungan regulasi dalam pengelolaan wilayah kerja hulu migas. Regulasi tersebut dapat mendorong pengembangan CBM seperti penawaran skema gross split yang juga dapat memberikan fleksibilitas pada proyek nonkonvensional.
Upaya ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendorong CBM menjadi bagian dari energi domestik dan mendukung transisi energi berbasis gas. Selain itu, pengembangan CBM ke depan juga harus diintegrasikan dengan kebijakan energi nasional yang lebih luas, termasuk pengelolaan cadangan gas untuk pembangkit lokal, industri, dan sektor transportasi.
Momentum Baru: CBM Mulai Mengalir
Langkah bersejarah terjadi ketika SKK Migas berhasil menyalurkan CBM ke jaringan distribusi nasional melalui PGN (tersedia pada tautan berikut Kabar Baik dari SKK Migas: CBM Pecah Telor, Sejarah Baru Energi RI Tercipta! » Berita energi & Minerba Hari Ini - RuangEnergi.com). Peristiwa ini menandai perubahan signifikan: CBM tidak lagi hanya potensi, tetapi mulai dimanfaatkan secara nyata. Pemanfaatan ini membuka banyak peluang, antara lain:
Peluang dan Manfaat CBM
Dalam konteks hilirisasi batubara dan transisi energi, CBM menawarkan sejumlah manfaat strategis, antara lain:
Selain itu, CBM memiliki potensi untuk menghidupkan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan mengoptimalkan sumber daya alam yang sebelumnya terabaikan.
Tantangan Pengembangan CBM
Meski menjanjikan, pengembangan CBM ke depan menghadapi tantangan signifikan khususnya pengelolaan lingkungan, terutama terkait pengolahan air hasil dewatering dan mitigasi dampak tambang. Selain itu, regulasi perlu penyesuaian agar lebih menarik lagi bagi para investor melalui perbaikan aturan teknis, fiskal, mekanisme kontraktual yang fleksibel dan sesuai untuk pengembangan migas non konvensional.
Kesimpulan
Coal Bed Methane di Indonesia adalah potensi energi besar yang kini mulai terealisasi. Dengan dukungan regulasi yang tepat, integrasi ke jaringan distribusi, dan investasi infrastruktur, CBM bisa menjadi salah satu pilar energi transisi nasional, mengurangi emisi, menyediakan gas domestik, dan mendorong pertumbuhan industri lokal.
Peran Badan Geologi sebagai pelaksana survei, pemetaan, penyelidikan dan penyedia data kegeologian, memiliki peranan penting dalam pengembangan CBM nasional. Hal ini membuktikan bahwa langkah awal yang berbasis ilmiah menjadi fondasi bagi pemanfaatan CBM, menjadikannya bukan sekadar mimpi, tetapi sumber energi masa depan yang nyata.