Mengungkap Jejak Kehidupan Purba di Cekungan So'a, Flores, NTT

Situs Kobatuwa dan Malahuma Menjadi Fokus Ekskavasi Tahun 2024

Sejak penemuan fosil manusia purba pertama kali di Situs Mata Menge pada tahun 2014, eksplorasi terhadap sejarah kehidupan di Flores terus menghasilkan temuan signifikan. Kali ini, Cekungan So'a, yang terletak di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Negekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menjadi pusat perhatian para peneliti internasional.

Pusat Survei Geologi bersama University of Wollongong Australia telah menjalankan program ekskavasi sejak tahun 2010 dengan tujuan mencari bukti kehidupan purba. Pada tahun 2024, fokus ekskavasi dilakukan di Situs Kobatuwa dan Situs Malahuma. Kolaborasi dengan ahli arkeologi dan paleontologi dari BRIN, ITB, Kemendikbud Indonesia, serta University of Bergen Norwegia, semakin memperkaya pengetahuan tentang masa lalu manusia di wilayah ini.

Temuan Menarik di Cekungan So'a

Situs Kobatuwa, yang terletak di bagian barat cekungan, mengungkapkan keberadaan fosil vertebrata seperti gajah purba, buaya, dan tikus. Selain itu, artefak-alat batu yang ditemukan mengindikasikan bahwa manusia purba telah beraktivitas di sini sekitar 1 juta hingga 700 ribu tahun yang lalu. Di bagian timur cekungan, Situs Malahuma juga menjadi sasaran ekskavasi dengan harapan menemukan temuan yang sebanding dengan penemuan di Kobatuwa.

Cekungan So'a tidak hanya kaya akan sisa-sisa kehidupan purba, tetapi juga menawarkan lanskap geologi yang beragam, termasuk endapan piroklastik, lahar, serta endapan sungai dan danau. Temuan fosil manusia purba yang berumur 700 ribu tahun di Situs Mata Menge menunjukkan potensi besar kawasan ini sebagai situs warisan geologi yang berperingkat nasional bahkan internasional.

Kedepannya, diharapkan bahwa Cekungan So'a dapat dikembangkan menjadi kawasan konservasi sebagai laboratium alam untuk kegiatan pendidikan maupun penelitian, serta rencana untuk membangun situs Museum di sini akan mendukung pendidikan dan wisata edukasi bagi masyarakat lokal maupun internasional. Disamping itu, pengembangan jalur trekking untuk geowisata juga menjadi salah satu langkah penting untuk mempromosikan kekayaan ilmiah dan sejarah alam di wilayah ini.

Ikuti Berita Kami