Penanggalan Paleomagnet dan Bukti Keberadaan Manusia Tertua di Sulawesi saat ini.

Sebuah tulisan ilmiah yang bertajuk “Hominins on Sulawesi during the Early Pleistocene” oleh Hakim, dkk (2025) telah terbit di Jurnal Ilmiah terkemuka Nature pada hari Kamis, 7 Agustus 2025. Tulisan yang disusun oleh para ahli multidisiplin  dari  Australia dan Indonesia ini disebut dapat merubah timeline dari migrasi manusia di Indonesia.

Tulisan tersebut membahas penemuan tujuh buah alat batu dari penggalian di Situs Calio, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Hal yang menarik mengenai alat batu ini adalah umurnya yang mencapai sekitar 1-1,5 juta tahun lalu sehingga dapat dinobatkan sebagai bukti dari keberadaan manusia tertua di daratan Sulawesi hingga saat ini. Sebelumnya, bukti keberadaan manusia purba tertua di Indonesia bagian timur berada di Situs Matamenge, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur dengan ditemukannya sebagian rahang dan gigi spesies manusia purba yang menyerupai homo floresiensis yang berumur ~700 Ribu tahun yang lalu (Brumm dkk, 2016).

Beberapa macam metode penanggalan digunakan untuk memperkuat kesimpulan. Metode Coupled Uranium Series-Electron Spin Resonance (US-ESR) diterapkan pada fosil gigi Celebochoerus heekereni, spesies babi purba yang telah punah yang berasosiasi dengan keberadaan alat-alat batu tersebut. Selain itu, penanggalan paleomagnet dilaksanakan pada lapisan sedimen yang mengandung alat-alat batu tersebut. Metode-metode ini sukses dalam menentukkan umur alat-alat batu tersebut diatas sehingga menjadi dasar validasi ilmiah yang kokoh dalam tulisan tersebut.

Laboratorium Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, dalam hal ini, Laboratorium Lingkup Uji Fisika Batuan dan Paleomagnet turut serta berkontribusi dalam penyusunan tulisan ilmiah tersebut dengan membantu melakukan penanggalan paleomagnet. Penanggalan paleomagnet adalah penanggalan batuan berdasarkan “fosil” atau rekaman magnet bumi yang direkam ketika batuan terbentuk. Rekaman magnet ini berupa perubahan polaritas kemagnetan bumi yang setiap waktu selalu dinamis yang kemudian terekam oleh mineral-mineral besi didalam batuan.

Sebanyak 47 (empat puluh tujuh) spesimen terorientasi dari Situs Calio diuji dan dianalisa di Laboratorium Laboratorium Lingkup Uji Fisika Batuan dan Paleomagnet, Pusat Survei Geologi, di Jalan Dr. Djundjunan No. 236, Bandung. Analisa Paleomagnet meliputi proses demagnetisasi menggunakan alternating field demagnetizer  seri DS-1 dari Schonstedt dan Thermal demagnetizer seri MMTD-80 dari magnetic measurement, serta proses pengukuran intensitas dan arah kemagnetan menggunakan dualspinnermagnetometer seri JR-6A dari AGICO. Analisa paleomagnet tersebut berhasil menemukan perubahan arah polaritas kemagnetan bumi dari mulai polaritas membalik (Reverse) lalu polaritas Normal dan kemudian polaritas membalik (Reverse) kembali. Analisa paleomagnet ini berhasil mengunci keberadaan alat-alat batu Calio pada subkron Olduvai and Jaramillo dengan rentang umur antara 1,787 hingga 1,070 Juta Tahun Yang Lalu. Umur ini mendukung umur hasil penanggalan Coupled Uranium Series-Electron Spin Resonance (US-ESR) yang berada pada sekitar 1 juta Tahun Yang Lalu dan hasil Uranium Series yang menunjukkan batas bawah 1,5 Juta Tahun Yang Lalu.

Tulisan ilmiah diatas adalah bukti dari keikusertaan Badan Geologi dalam penyelidikan ilmiah internasional yang komprehensif. Sumber daya manusia maupun peralatan yang dimiliki oleh Badan Geologi terbukti mampu mendukung kegiatan-kegiatan yang memerlukan standar ilmiah internasional.

Bagi yang ingin mendalami lebih jauh, artikel lengkapnya tersedia di tautan berikut (https://www.sciencenews.org/article/stone-tools-hominids-indonesia-hobbit).

Penulis          : Dida Yurnaldi (Kegiatan Pengelolaan Laboratorium – PSG)

Penyunting   : Tim Scientific Board - PSG 

Ikuti Berita Kami