LAPORAN KHUSUS
Nomor: 132/GL.03/BGL/2025
Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan intensitas tebal. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dengan tinggi sekitar 50-100 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga mendung, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 20-35°C. Terjadi guguran, namun secara visual, jarak dan arah luncuran tidak teramati.
Erupsi terakhir terjadi pada 18 Oktober 2025 pukul 00.44 WITA. Setelah itu, belum tercatat erupsi lagi hingga saat ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Lewotobi Laki- laki mulai menurun, terlihat dari berkurangnya jumlah gempa vulkanik dalam yang menandakan suplai magma dari kedalaman mulai melambat. Meski demikian, tremor non- harmonik masih fluktuatif, yang berarti aktivitas magma di kedalaman dangkal menuju permukaan masih berlangsung. Sementara itu, gempa tektonik lokal yang biasanya menjadi penanda adanya suplai besar penyebab erupsi eksplosif juga menurun. Dengan demikian, potensi erupsi masih ada, namun kemungkinan hanya dalam skala kecil.
Data kegempaan dari tanggal 19-20 Oktober hingga pukul 12.00 WITA yaitu, 4 kali gempa Guguran, 3 kali gempa hembusan, 8 kali Gempa Tremor Non-Harmonik, 13 kali Gempa Vulkanik Dalam, 1 kali Gempa Tektonik Lokal dan 15 kali Gempa Tektonik Jauh.
Secara visual maupun
kegempaan, aktivitas G. Lewotobi mulai menunjukkan tren penurunan
namun aktivitasnya tergolong
masih tinggi. Hasil pemantauan data deformasi tiltmeter masih terlihat tren mendatar dan
belum menunjukkan adanya inflasi. Sementara itu, data Global Navigation Satellite System (GNSS) dalam periode yang sama memperlihatkan kenaikan pada komponen vertikal (inflasi) namun pasca erupsi explosif menunjukkan penurunan.
Berdasarkan analisis visual dan instrumental tersebut, aktivitas Gunung api Lewotobi Laki-laki masih tinggi, sehingga tingkat aktivitas Gunung api Lewotobi Laki-laki masih ditetapkan pada Level IV (AWAS) dengan rekomendasi sebagai berikut: masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 km dan 7 km sektoral barat laut - timur laut dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah. Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.
Selain itu, masyarakat di sekitar wilayah
rawan bencana agar mewaspadai potensi
banjir lahar apabila terjadi
hujan lebat, terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak G.
Lewotobi Laki-laki, seperti
di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen.
Warga yang terdampak hujan abu dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.
Abu vulkanik erupsi G. Lewotobi Laki - l ak i juga dapat mengganggu operasional bandara dan jalur penerbangan apabila sebarannya mengarah ke area bandara dan j alur perlintasan pesawat.
Pemerintah daerah diharapkan terus berkoordinasi dengan Pos
Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera serta Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi. Informasi terkini mengenai
aktivitas gunungapi dapat diakses melalui situs resmi Magma Indonesia maupun
media sosial resmi Badan Geologi.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Gambar 1. Visual G. Lewotobi Laki-laki
.
Gambar 8. Zona Rekomendasi Kawasan
Rawan Bencana G. Lewotobi Laki-laki