Sesuai dengan salah satu saraa jang tertjantun pada kesimpulsa laporan penulis: "Daerah Bahaja Sementara G. Gelunggung berdastrkaa Peta daa Pustaka" (1967), dinusin hudjaa achir tahun 1968 catara tgl. 6-11-Noventer, telah dilakukna pengukurta kenbali terhadap puatjak sunbat lava G. Djadi di G. Galunggung.
Pada tgl. 8 hingga 19 Noi 1967 tolah diadakan pengukuran to-pografi disekitar G.Djadi, lava dona (love 1918, sunbat sunbat stea kubah) dalam kawah G.Onlunggung. Maksudnja ialah untuk mong tahui, apakah sedjak pengukuran terachir dalan th. 1922, Jada perubahan2 disekitar doma tab. Diketahui, bahwa sadjak tahun itu tidak lagi tardjadi letusan2, kotjusli kegiatan fungrola jang meningkat dalam th. …
Pada tgl. 2 Djanuari1958 diterima berita dari Kantor Kepresidenan Priangan dengan perantaraan telpun, bahwa bupati tasikmalaya mengabarkan G. Galunggung mengeluarkan asap terkepul membubung tinggi dan mengharap pemeriksaan dari Urusan Gunung Api.
Pada tanggal 25 Oktober 1988 sampai dengan 18 Nopember 1988, Sdr. Effendi, Sdr. M. SL. Tobing, Sdr. Nanang Rahardjo dan penulis dengan SPD No. 1359/P/88 melakukan Pengukuran Deformasi Ulang ke Gunung Galunggung, disertai Ka di Topografi dan Pengukuran Deformasi.
Menurut Surat Perintah Perjalanan Dinas No. 1401/0441/3402/1988, L. Djoharman, B.Sc. Komar R, dan pengemudi Kosim Al Sukar ditugaskan ke G. Galunggung dan G. Kelut dari 1 s//d 25-11-1998.
Untuk mengetahui perubahan situasi danau kawah G. Galunggung. Sebagaimana pembaca ketahui bahwa antara th. 1987 s/d 1988 telah terjadi kemarau yang cukup panjang. Oleh karena itu Kasi PETAPI menganggap perlu melakukan pengukuran kedalaman maupun situasi sekitarnya di gunung ini, guna mengetahui berapa volume air kawah pada saat ini.
Dengn menggunakan ilmu geodesi, kondisi aktivitas gunungapi dapat dipantau. Sehingga banyak sekali metode dibidang geodesi yang digunakan untuk pemantauan gunungapi, salah satunya metode deformasi.
Perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografi dan Digital Elevation Model (DEM) saat ini sesungguhnya sangat memungkinkan untuk memodelkan daerah bajiran aliran lahar dengan menggunakan pemodelan. Pemodelan yang dilakukan sebagai upaya untuk merepresentasikan keadaan alam ke dalam suatu model digital berbasis GIS.
Sebagai negara tkto-vulkanik aktif, maka Indonesia kaya akan gunungapi. Banyaknya gunungapi embuat kita mencoba memikirkan bagaimana meminimalisasi dan mencegak bahaya yang dapat ditimbulkan oleh letusan gunungapi tersebut.