Penulisan seri buku yang berjudul “Erupsi G. Kelud 2007” bertujuan untuk memberikan Gambaran tentang proses naiknya magma ke permukaan yang dipantau melalui beberapa metoda pemantauan antara lain metoda avisual, kegempaan, deformasi, dan kimia. Melalui data-data yang sudah diolah oleh para ahli Vulkanologi di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menghasilkan suatu informasi yang s…
Pemantauan deformasi tubuh gunungapi merupakan metoda pemantuan yang berbasis waktu panjang. Deformasi terjadi secara perlahan sesuai dengan perkembanan distribusi tekanan di dalam gunung.
Deformasi tubuh gunungapi merupakan gejala perubahan di permukaan gunungapi. Gejala ini juga berhubungan erat dengan kegiatan magma, dicerminkan dan diidentifikasikan sebagai perubahan tekanan di dalam tubuh gunungapi yang disebabkan oleh tekanan/gerakan magma di bawah permukaan.
Dengan menggunakan ilmu geodesi, kondisi aktivitas gunungapi dapat dipantau sehingga banyak sekali metode di bidang geodesi yang digunakan untuk pemantauan gunungapi, salah satunya metode deformasi. Metode deformasi membantu dalam pemantauan aktivitas gunungapi dengan memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi jauh di bawah permukaan tanah.
Salah satu fenomena alam yang terjadi sejak bumi ini terbentuk, yaitu erupsi gunungapi. Fenomena ini sejak adanya peadaban dan kehidupan manusia menjadi bencana alam yang kedatangannya tidak dapat diduga secara pasti kapan terjadinya, yang dapat merusak sarana dan prasarana untuk menunjang kelangsungan hidup.
Erupsi gunungapi pada umumnya didahului oleh peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan tekanan akobat aktivitas magmatik pada sistem konduit gunungapi. Aktivitas magmatik akan menimbulkan terjadinya gempa-gempa mikro di gunungapi serta mengakibatkan perubahan sifat fisis medium dan mempengaruhi kecepan gelombang seismik.
Gejala aktivitas vulkanik dan tektonik pada beberapa masa krisis di G. Kelut selama selang waktu antara letusan 1966 sampai 1990 dianalisis untuk mendapatkan pola kegiatan magmatik G. Kelut. Gejala tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan megmatik berhubungan dengan kalainan sebaran gempa tektonik mulai kedalaman 100km dan ativitas vulkanik merupakan lanjutan ativitas tektonik tersebut.
Gempa bumi vulkanik yang terjadi di suatu gunung api dapat terjadi karena berbagai faktor dan tiap event dapat mempunyai mekanisme sumber yang berbeda-beda, dengan melakukan klasifikasi sinyal dari berbagai jenis event volkano seismik yang terekam yaitu dengan melihat pola dari masing-masing sinyal dapat membantu proses indentifikasi mekanisme sumber yang terjadi di dalam tubuh gunung api.