AI dapat Meningkatkan Pengetahuan dengan Cepat

Perwakilan Urusan Informasi PSDMBP mengikuti Seminar “Artificial Intelligence untuk Pengembangan Kompetensi ASN” di Ruang Sarulla, Sekjen KESDM, Jakarta, Senin (20/5). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Aparatur, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM. Seminar ini menghadirkan narasumber founder startup yang disebut Artificial Intelligence (MASA AI), Davyn Sudirdjo.
 
Acara yang diselenggarakan secara luring dan daring ini dibuka oleh Kepala PPSDM, Bambang Utoro. Dalam sambutannya di antaranya ia menyampaikan bahwa ASN dituntut untuk meningkatkan pelayanan. Pelayanan tersebut dapat ditingkatkan dengan AI, karena mempunyai kemampuan analitik dan membantu membuat keputusan.
 
Dalam sesi pemaparan, Davyn Sudirdjo antara lain menyampaikan poin-poin yang berkaitan dengan perkembangan AI hingga etika AI. Katanya, sejarah AI sudah berlangsung sejak lama, paling tidak sejak tahun 1940-an dan 1950-an. Namun, perkembangannya sangat pesat. Ia menunjukkan bahwa AI itu ada dua model, yaitu yang regular machine learning (ML) dan deep learning (DL, model yang mencerminkan seperti otak manusia). Sementara jenis-jenis AI ada Supervised Machine learning, unsupervised Machine learning dan Reinforcement Machine learning. Cara kerja AI seperti otak, yaitu ada inputs (faktor-faktor, setiap faktor memiliki bobot masing-masing, label signifikansinya), sum, activation function, dan output.
 
Untuk lingkungan KESDM, AI bisa digunakan untuk membantu dalam pemrosesan Perizinan; Analisa dan Sertifikasi; Testing dan Maintenance; serta SDM dan Human Capital. Semua hal tersebut dapat diidentifikasi, dianalisis, dan dipercepat proses pengerjaannya dengan bantuan AI. 
 
Dalam konteks pengembangan SDM, seorang ASN bisa mendapatkan pengetahuan dengan cepat melalui personalized knowledge journey yang dibawa oleh AI secara bertahap, dengan bekal pengetahuan yang ada sebelumnya menuju ke depan. Cara pengembangannya yang itu dengan mendiagnosa (diagnose), mempersonalisasi (personalize), memperoleh dari pengalaman masa lampau (acquire, past), dan mempelajari pengetahuan yang baru untuk masa yang akan datang (upskill, future).
 
Namun, kata Davyn, AI tidak hanya melulu berkaitan dengan sains komputer, melainkan berkaitan dengan aspek-aspek lainnya. Misalnya dengan etika. AI bekerja dengan logika tetapi juga mesti menerapkan etika. Dalam hal ini, penggunaan AI bergantung pada orang yang menggunakannya. Karena AI belajar dari data yang diberikan. Kalau datanya bias makanya hasilnya pun juga bias. 
 
Sebagai kesimpulannya, Davyn menyampaikan bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi; apabila membuat yang baru tentu membutuhkan waktu; dan siapa saja dapat mengembangkan AI asal saja mempunyai rasa keingintahuan yang besar dan mau belajar.

Ikuti Berita Kami