Layer: Peta global Bahaya Penurunan Tanah (source : https://www.landsubsidence-unesco.org)
https://geologi.esdm.go.id/airtanah/geoportal/
Peta di atas menggambarkan distribusi tingkat bahaya amblesan tanah (subsidence) di Pulau Jawa. Warna yang digunakan menunjukkan variasi tingkat bahaya, di mana:
- Merah: Tingkat bahaya sangat tinggi.
- Kuning/oranye: Tingkat bahaya sedang hingga tinggi.
- Hijau: Tingkat bahaya rendah.
Amblesan tanah merupakan fenomena geologi yang terjadi akibat penurunan muka tanah secara perlahan atau tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh aktivitas manusia maupun proses alamiah, seperti pengambilan air tanah berlebihan, konsolidasi alami sedimen, atau aktivitas tektonik.
Daerah dengan Bahaya Subsidence Tinggi
Beberapa daerah di Pulau Jawa yang ditunjukkan dengan warna merah dan oranye menandakan tingkat bahaya tinggi, seperti:
1. Jakarta: Sebagian wilayahnya, terutama di utara, menghadapi ancaman amblesan tanah yang signifikan. Penyebab utama adalah eksploitasi air tanah secara besar-besaran, beban infrastruktur yang tinggi, dan sedimentasi aluvial yang lunak.
2. Pekalongan dan Semarang: Daerah pesisir ini juga menunjukkan tingkat bahaya tinggi, terutama akibat intrusi air laut dan pengambilan air tanah yang berlebihan.
3. Sidoarjo: Selain masalah amblesan, daerah ini juga berpotensi dipengaruhi oleh faktor geologi lain seperti dampak semburan lumpur Lapindo.
Persentase Cakupan Wilayah Bahaya Subsidence di Pulau Jawa
Sangat Tinggi | 5% |
Wilayah yang ditandai warna merah pada peta, Wilayah ini didominasi oleh daerah perkotaan padat, seperti Jakarta Utara, Pekalongan, dan pesisir Semarang. Terutama yang mengalami pengambilan air tanah dan intrusi air laut.
Tinggi | 15% |
Wilayah oranye, mencakup dataran rendah perkotaan yang terpengaruh aktivitas manusia yang intensif, namun dengan dampak yang sedikit lebih ringan dibandingkan wilayah merah. Termasuk daerah sekitar Jakarta, pesisir utara Jawa, dan beberapa area di Surabaya dan Sidoarjo.
Sedang | 30% |
Wilayah kuning, meliputi dataran rendah yang tidak terlalu padat penduduk tetapi memiliki potensi amblesan akibat konsolidasi alami tanah. Mencakup area pesisir yang lebih luas, dataran rendah, dan beberapa daerah urban di Jawa Tengah.
Rendah | 50% |
Wilayah hijau, yaitu area perbukitan, pegunungan, dan pedesaan, dengan risiko amblesan yang minimal karena struktur geologi yang lebih stabil. Sebagian besar wilayah perbukitan, pegunungan, dan pedesaan dengan aktivitas manusia yang lebih terbatas.
Implikasi dari Cakupan Bahaya Subsidence
- Wilayah Urban dan Pesisir Berisiko Tinggi: Sebanyak 20% dari wilayah Pulau Jawa berada dalam kategori "Sangat Tinggi" dan "Tinggi", yang sebagian besar merupakan area perkotaan dan pesisir. Wilayah ini rentan terhadap dampak seperti banjir rob, kerusakan infrastruktur, dan kerugian ekonomi.
- Wilayah Dataran Rendah Berpotensi: Sebanyak 30% wilayah berada dalam kategori sedang. Wilayah ini berisiko jika tidak ada pengelolaan tanah yang baik.
- Wilayah Stabil: Sebagian besar wilayah (50%) masih memiliki risiko rendah, terutama daerah pegunungan dan perbukitan. Namun, potensi pengembangan infrastruktur harus memperhatikan stabilitas tanah
Strategi Berdasarkan Tingkat Bahaya
- Wilayah Sangat Tinggi dan Tinggi: Prioritaskan mitigasi, termasuk penghentian eksploitasi air tanah, penguatan struktur tanah, dan pemantauan rutin.
- Wilayah Sedang: Lakukan pemetaan rinci untuk mencegah bahaya yang lebih besar akibat perubahan penggunaan lahan.
- Wilayah Rendah: Pertahankan kondisi lingkungan dan hindari aktivitas yang dapat meningkatkan risiko subsidence.
Faktor Penyebab Utama
1. Eksploitasi Air Tanah: Pengambilan air tanah secara berlebihan, terutama di wilayah perkotaan dan kawasan industri, menjadi penyebab utama amblesan tanah di daerah padat penduduk seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
2. Beban Infrastruktur: Daerah dengan bangunan berat, jalan tol, dan kawasan industri meningkatkan tekanan pada lapisan tanah, mempercepat proses penurunan muka tanah.
3. Kondisi Geologi Alami: Daerah yang tersusun oleh sedimen aluvial, seperti delta dan dataran rendah, lebih rentan terhadap konsolidasi tanah yang menyebabkan amblesan.
4. Intrusi Air Laut: Wilayah pesisir menghadapi risiko tambahan dari intrusi air laut yang melemahkan struktur tanah.
Dampak Bahaya Subsidence
- Kerusakan Infrastruktur: Bangunan, jalan, dan fasilitas umum dapat mengalami kerusakan permanen akibat pergeseran tanah.
- Banjir Rob: Penurunan muka tanah di daerah pesisir meningkatkan risiko banjir rob, terutama di Semarang, Pekalongan, dan Jakarta Utara.
- Kerugian Ekonomi: Biaya perbaikan infrastruktur dan hilangnya lahan produktif dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
- Kerusakan Lingkungan: Penurunan tanah dapat mengganggu ekosistem lokal, termasuk habitat alami.
Rekomendasi Mitigasi
- Pengelolaan Air Tanah: Membatasi dan mengontrol eksploitasi air tanah dengan mengganti sumber air dari sumur bor dengan pasokan air permukaan.
- Reklamasi dan Penguatan Tanah: Menggunakan teknologi injeksi material stabilisasi untuk memperkuat struktur tanah di daerah rawan.
- Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan: Mengurangi beban infrastruktur di wilayah rawan amblesan.
- Peningkatan Kesadaran Publik: Edukasi kepada masyarakat tentang risiko dan dampak amblesan tanah serta pentingnya pelestarian lingkungan.