Magnetotelurik
(MT) adalah salah satu metode geofisika pasif yang memanfaatkan medan listrik
(E) dan medan magnet (M) alami bumi sebagai sumber energi, yang berasal dari
aktivitas petir (> 1 Hz) dan aktivitas matahari (< 1 Hz). Dengan rentang
frekuensi 10 kHz hingga 10⁻⁵ Hz, metode ini termasuk dalam kategori
penyelidikan geofisika dalam, dengan kedalaman penetrasi mulai dari puluhan
meter hingga ratusan kilometer. Kedalaman tersebut ditentukan oleh variasi
distribusi sifat kelistrikan batuan bawah permukaan.
Metode MT
sangat sesuai digunakan di daerah dengan relief permukaan tidak rata, karena
peralatan yang digunakan relatif mudah dimobilisasi dan diinstalasi. Selain
itu, metode ini tidak membutuhkan sumber buatan yang berbahaya, sehingga
akuisisinya tergolong mudah, cepat, dan ramah lingkungan. Untuk menggambarkan
distribusi tahanan jenis bawah permukaan, data MT multi-site dapat ditampilkan
dalam bentuk penampang pemodelan 1D, 2D, hingga 3D, bahkan untuk pemodelan
monitoring time-lapse (4D), dengan masukan berupa impedansi TE, TM, dan
invariant.
Badan
Geologi, melalui Pusat Survei Geologi (PSG), memiliki tugas utama dalam
penyelidikan, pelayanan, dan perekayasaan di bidang survei dan pemetaan
geologi, geosains, serta sumber daya minyak dan gas bumi. Dalam konteks ini,
metode MT memberikan kontribusi penting untuk menafsirkan gejala geologi bawah
permukaan. Selain dimanfaatkan secara luas dalam eksplorasi panas bumi, MT juga
terus dikembangkan untuk berbagai kebutuhan, seperti survei potensi minyak dan
gas bumi, potensi sumber daya hidrogen, pemetaan sesar aktif, pelestarian
kawasan cagar alam geologi dan Geopark, serta pengembangan konsep dan
metodologi MT itu sendiri.
Kawasan
cagar alam geologi dan Geopark umumnya berada di sekitar daerah rawan bencana
dan sesar aktif yang melahirkan keunikan keragaman geologi. Oleh karena itu,
penyelidikan bawah permukaan secara terintegrasi, salah satunya dengan metode MT,
sangat diperlukan. Informasi yang dihasilkan dapat membantu melokalisasi
zona-zona lemah dan sesar aktif, serta menafsirkan perkembangan pembentukan
struktur bawah permukaan, sehingga mendukung pengembangan, perlindungan, dan
pelestarian kawasan tersebut, contoh salah satu hasil kegiatan yang telah
dikerjakan oleh Pusat Survei Geologi pada tahun 2023 adalah di daerah Geopark Ciletuh
dan sekitarnya (Gambar 1).
Dalam
penyelidikan potensi minyak dan gas bumi, integrasi metode MT dapat memperjelas
interpretasi komponen sistem perminyakan, terutama pada daerah yang tertutupi
oleh batuan dengan kecepatan gelombang seismik tinggi di permukaan (misalnya
batuan vulkanik, batugamping, dan batuan metamorf). Contoh salah satu hasilnya
adalah mengetahui model perangkap di daerah Biak dan sekitarnya, berupa
struktur sesar normal ataupun sesar naik pada Neogen bagian tengah hingga
Pliosen bagian akhir, seiring dengan adanya aktifitas rifting (Gambar 2). MT
juga berperan sebagai pelengkap dalam meningkatkan status eksplorasi pada 128
cekungan sedimen di Indonesia. Secara berkesinambungan, metode ini juga
digunakan untuk mengkaji potensi hidrogen di daerah dengan sebaran batuan
ultrabasa, melalui interpretasi zona serpentinisasi dan sesar aktif bawah
permukaan, contoh salah satunya adalah di daerah Ampana dan sekitarnya yang
telah dikerjakan oleh PSG sejak tahun 2024 hingga tahun 2025 ini dengan
bekerjasama dan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait.
Penulis : G.M. Lucki Junursyah dan Robby
Setianegara
Penyunting : Tim Scientific Board PSG