Evaluasi Aktivitas G. Anak Krakatau hingga 23 Agustus 2023 pada Level III (Siaga)

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat hasil evaluasi tingkat aktivitas G. Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan selama periode 16 – 23 Agustus 2023.
 
 

I.  Pengamatan Visual


Secara visual, tinggi hembusan asap dari arah Pos PGA Pasauran dan Kalianda serta dari CCTV umumnya tidak dapat teramati karena gunung tertutup kabut. Saat cuaca cerah teramati hembusan asap kawah menerus berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi kolom hembusan berkisar 5 – 50 meter dari atas puncak G. Anak Krakatau. Angin bertiup lemah hingga sedang dominan ke arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laur. 
 

II.  Pengamatan Instrumental


Kegempaan G. Anak Krakatau selama periode ini ditandai dengan terekamnya 7 kali gempa Vulkanik Dangkal, 10 kali gempa Vulkanik Dalam, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5 – 11 mm (dominan 2 mm). Terekam gempa yang berasosiasi dengan aktivitas Tektonik, yaitu: 1 kali gempa Terasa sengan skala II MMI dan 1 kali gempa Tektonik Jauh.

Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai perataan amplitudo RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) rekaman seismik menunjukkan adanya peningkatan energy dan di atas ambang batas normal.

Pemantauan deformasi dengan menggunakan metode Tiltmeter yang dipasang di Pulau Anak Krakatau, Stasiun Lava93 dan Stasiun Tanjung, secara umum menunjukkan nilai Tilt cenderung naik perlahan di kedua komponen, baik Y (Radial) maupun X (Tangensial). Sedangkan hasil pengukuran Global Positioning System (GPS) menunjukkan kecenderungan adanya pemanjangan di semua baseline, kecuali baseline GKLD (Kalianda, Lampung).

 

III.  Evaluasi 

Periode pengamatan 16 – 23 Agustus 2023 aktivitas Gunungapi Anak Krakatau masih dalam fase tenang dengan rendahnya data-data hasil pengamatan visual dan instrumental. Secara visual, aktivitas permukaan berupa hembusan asap, relatif sama dengan aktivitas periode 8 – 15 Agustus 2023. Tinggi asap dapat lebih tinggi dari yang dilaporkan karena kondisi cuaca yang umumnya berkabut sehingga mengganggu pengamatan visual. 
 
Kegempaan masih didominasi oleh Tremor menerus yang berasosiasi dengan hembusan asap menerus dari kawah aktif dan secara instrumental teramati amplitudo Tremor membessar bila dibandingkan periode 1 minggu sebelumnya, dengan amplitudo rata-rata 2 mm. Kegempaan vulkanik yang berkaitan dengan suplai fluida dangkal dan dalam, yakni gempa Vulkanik Dangkal dan Vulkanik Dalam terekam meningkat tetapi tidak signifikan. Meningkatnya seismisitas dalam periode ini teramati juga dari energi seismik yang cenderung meningkat dan di atas ambang batas normal. Data pengamatan deformasi periode panjang menunjukkan kawasan Anak Krakatau deflasi atau pengempisan, namun pada tubuh G. Anak Krakatau menunjukkan inflasi atau menggembung dengan laju rendah. Hal ini dapat diindikasikan magma dalam mulai naik ke kedalaman yang lebih dangkal.
 
Hasil pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) pada periode 16 – 23 Agustus 2023, tidak terdeteksi adanya emisi gas SO2, terakhir teramati pada tanggal 28 Juli 2023 dengan nilai emisi 33 ton/hari. Tidak terdeteksinya emisi SO2 ini, dapat mengindikasikan aktivitas G. Anak Krakatau saat ini masih rendah dan hembusan menerus yang teramati kemungkinan masih dominan uap air/steam.
 
Dapat disimpulkan berdasarkan data pemantauan visual dan instrumental menunjukkan adanya peningkatan aktivitas G. Anak Krakatau. Potensi erupsi baik freatik maupun magmatik masih dapat terjadi kedepannya.
 

 

IV.  Potensi Bahaya 

1.  Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh G. Krakatau yang berdiameter ± 2 km merupakan kawasan rawan bencana. Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktivitas G. Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi, namun kemungkinan lontaran akan menjangkau jarak yang lebih jauh. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin dapat menjangkau kawasan yang lebih jauh.
2.  Potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau secara historis merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi.
 
 
 
 
 

V.   Rekomendasi

1.    Berdasarkan data pengamatan visual, instrumental dan potensi bahaya erupsi hingga tanggal 23 Agustus 2023 tingkat aktivitas G. Anak Krakatau masih pada Level III (Siaga).
2.    Sehubungan dengan tingkat aktivitas G. Anak Krakatau masih berada pada Level III (Siaga), direkomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati G. Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif. 
3.    Kawasan di luar radius 5 km aman dari ancaman erupsi, kecuali sebaran abu vulkanik yang bergantung pada arah dan kecepatan angin.
4.    Badan Geologi akan terus berkordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) / Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten / Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung / Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan / Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang dan Pandeglang serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 
5.    Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi G. Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat. 
6.    Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 atau 085846324506 di Pasauran (Provinsi Banten).

Ikuti Berita Kami