šDalam bagian akhir seri ini, kita menelusuri potensi logam
dari Kepulauan Maluku hingga Papua, termasuk tambang kelas dunia di Grasberg
dan kawasan nikel strategis Pulau Obi.
Kepulauan Maluku dan Sekitarnya
Wilayah Maluku menyimpan kekayaan geologi yang luar biasa dengan
keberadaan tiga zona metalogeni utama, yaitu North Moluccas AuāAgāCu
Province, Eastern Indonesia NiāFe Province, dan Banda Arc Polymetallic
Province. Tiga nama tersebut sepadan dengan sebutan lain yaitu Halmahera
Arc, Obi Ultramafic Belt, dan WetarāDamar Arc. Masing-masing zona
memiliki ciri khas geologi dan potensi mineralisasi yang berbeda, mencerminkan
keunikan tektonik Indonesia Timur yang sangat aktif. Dari logam mulia hingga
logam dasar dan mineral kritis, kawasan ini memainkan peran penting dalam peta
eksplorasi dan industri tambang nasional.
Zona pertama adalah North Moluccas AuāAgāCu Province dan
dikenal juga sebagai Halmahera Arc atau Halmahera Metallogenic Belt.
Zona ini membentang dari Halmahera Utara hingga Halmahera Tengah dan Selatan,
dan berasosiasi dengan aktivitas busur magmatik Neogen hingga Kuarter.
Halmahera Arc terkenal sebagai rumah bagi sistem epitermal emas-perak kadar
tinggi dan porfiri tembaga-emas. Mineralisasi tersebut adalah hasil dari
intrusi magmatik dan sistem hidrotermal yang kompleks. Tambang emas Gosowong,
Kencana, dan Toguraci adalah contoh endapan kelas dunia yang telah menghasilkan
jutaan ons emas. Potensi baru juga terus dikembangkan di wilayah seperti Buli
dan Gane.
Zona kedua adalah Eastern Indonesia NiāFe Province yang
sefrekuensi dengan wilayah Obi Ultramafic Belt. Jalur ini mencakup
wilayah Pulau Obi di bagian selatan Maluku Utara. Zona ini merupakan pusat
endapan nikel laterit, terbentuk dari pelapukan batuan ultramafik (seperti
peridotit dan harzburgit) yang tersingkap akibat pengangkatan ofiolit. Endapan
nikel di sini terdiri dari dua lapisan utama: saprolit (nikel tinggi, cocok
untuk Nickel Pig Iron) dan limonit (nikel dan kobalt, bahan baku baterai
EV). Saat ini, Pulau Obi berkembang menjadi kawasan industri strategis dengan
kehadiran perusahaan seperti Harita Nickel. Perusahaan tersebut telah membangun
fasilitas HPAL dan smelter terintegrasi.
Zona ketiga adalah Banda Arc Polymetallic Province atau WetarāDamar
Arc yang berada di bagian selatan Provinsi Maluku. Zona tersebut meliputi
gugusan pulau seperti Wetar, Romang, dan Damar. Zona ini merupakan bagian dari
busur vulkanik aktif yang menghasilkan endapan Volcanogenic Massive Sulfide
(VMS), terutama tembaga dan emas. Pulau Wetar sendiri pernah menjadi lokasi
tambang tembaga produktif, sementara Romang dan Damar menunjukkan potensi
sistem epitermal emas-perak yang menjanjikan. Meskipun belum tergarap maksimal,
zona ini menjadi target eksplorasi penting untuk masa depan mineral logam dasar
Indonesia.
Ketiga zona metalogeni ini menunjukkan bahwa Maluku bukan sekadar
kawasan kepulauan biasa, tetapi justru menjadi salah satu simpul utama mineral
strategis nasional. Keberadaan emas, tembaga, dan nikel dalam berbagai sistem
geologi memberikan peluang besar untuk pengembangan eksplorasi berkelanjutan.
Potensi tersebut perlu didukung dengan infrastruktur, kebijakan, dan sinergi
antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Dengan pemahaman geologi
yang terus diperbarui dan pendekatan eksplorasi yang adaptif, Maluku siap
tampil sebagai motor pertambangan di Indonesia Timur.
Papua
Pulau Papua, di ujung timur Indonesia, merupakan kawasan dengan
kompleksitas geologi tinggi dan potensi logam yang sangat besar. Dalam kerangka
metalogeni, wilayah ini kerap disebut sebagai bagian dari Papua CuāAu
Province. Hal tersebut menegaskan dominasi sistem porfiri dan epitermal
emasātembaga berskala raksasa. Nama ini secara geografis mengacu pada jalur
mineralisasi yang mencakup Tambang Grasberg, Ertsberg, Wabu, dan sejumlah
prospek lainnya di pegunungan tengah Papua. Istilah ini sebenarnya merangkum
apa yang juga disebut oleh banyak geolog sebagai bagian dari New Guinea
Highlands Arc atau Papua Metallogenic Belt sebagai jalur busur
magmatik dan zona tektonik kompleks yang telah menghasilkan salah satu sistem
tembagaāemas paling produktif di dunia.
Namun Papua bukan cuma tentang porfiri dan emas. Dalam beberapa peta
metalogenik regional, bagian selatan dan barat Papua ā termasuk wilayah seperti
Bintuni, Kaimana, Fakfak, dan sekitarnya ā masuk dalam cakupan yang disebut
sebagai Western Indonesia Bauxite Province. Kawasan ini memang bukan
dikenal karena endapan batuan beku pembawa logam dasar, tapi justru karena
proses pelapukan tropis terhadap batupasir, batulempung, dan batuan kaya
alumina, yang berpotensi menghasilkan endapan bauksit laterit. Sejumlah
indikasi bauksit memang telah dilaporkan di daratan Papua Barat, meski belum dieksploitasi
secara intensif seperti di Kalimantan atau Riau.
Dengan demikian, tidak ada kontradiksi antara klasifikasi Papua
CuāAu Province dan Western Indonesia Bauxite Province. Keduanya
merujuk pada komoditas dan proses geologi yang berbeda. Yang pertama adalah
hasil dari sistem hidrotermal magmatik dalam setting subduksi dan
pengangkatan tektonik (CuāAu), sementara yang lainnya terbentuk dari pelapukan
intensif batuan kaya aluminium dalam iklim tropis lembap (bauksit). Dua
provinsi ini menunjukkan bahwa Papua adalah ladang geologi yang tidak hanya
besar, tapi juga beragam ā dari logam dasar bernilai tinggi, hingga sumber daya
industri seperti alumina.
Keberadaan data metalogeni yang disusun oleh Pusat Survei Geologi ā Badan Geologi tidak hanya berperan dalam eksplorasi, tapi juga menjadi acuan dalam perencanaan wilayah, tata kelola tambang, dan pengambilan kebijakan nasional terkait sumber daya mineral strategis. Ke depan, kajian yang lebih rinci sangat dibutuhkan untuk memperkuat pemetaan dan eksplorasi di kedua zona ini. Di satu sisi, eksplorasi tembagaāemas masih menjanjikan peluang tambang baru, sementara di sisi lain, potensi bauksit yang selama ini belum tergarap dapat dikembangkan sebagai bagian dari hilirisasi industri logam ringan. Papua, dengan kekayaan geologi berlapis-lapis, memang layak disebut sebagai panggung besar metalogeni Indonesia Timur.
š Terima kasih telah mengikuti seri
ini! Jangan ragu untuk membaca ulang tiga bagian sebelumnya untuk memperdalam
pemahaman Anda tentang jalur metalogeni Indonesia.
Peta Metalogeni Indonesia Skala 1:5.000.000 dapat diunduh pada link
berikut (https://geoportal.esdm.go.id/home/storage/images/file/wE8oI_Peta_Metalogeni_Indonesia_1186d2ff1eb73c43298c2f964d59164b.jpg).
š Sudah baca Bagian 1 hingga 3? Kalau belum, yuk kita buka link berikut (Berita | Portal Layanan Satu Pintu Badan Geologi), (Berita | Portal Layanan Satu Pintu Badan Geologi), dan (Berita | Portal Layanan Satu Pintu Badan Geologi)
Penulis : Ronaldo
Irzon
Penyunting :
Tim Scientific Board ā PSG