LAPORAN PEMERIKSAAN GERAKAN TANAH DI KACAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pemeriksaan tanggap darurat bencana gerakan tanah yang melanda Kecamatan Cisompet di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat:

I. Lokasi Bencana dan Waktu Kejadian

Bencana gerakan tanah terjadi di Kp. Solokaso, Desa Panyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.75980833 BT dan -7.56067500 LS. Berdasarkan informasi dari perangkat desa setempat, gerakan tanah terjadi pada tanggat 27 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi. Gerakan tanah juga pernah terjadi pada tanggal 22 September 2022.

2, Kondisi Daerah Bencana

  • Morfologi
Secara umum morfologi lokasi bencana di Desa Panyindangan berupa morfologi perbukitan bergelombang dengan ketinggian 200-597 mdpi. Lokasi gerakan tanah berada pada ujung punggungan yang memiliki kemiringan lereng curam (9*-20?) dengan ketinggian antara 215-235 mdpi. Lokasi ini diapit oleh dua sungai, yaitu Ci Tomo sebelah barat dan Ci Patebuh sebeiah timur yang bergabung di sebelah selatan.

  • Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (Alzwar, 1992) batuan penyusun daerah bencana adalah Breksi Tufan terdiri dari Breksi, tuf dan batupasir (Tpv). Terdapat intrusi andesit yaitu G. Kolotok dan G.Wiru. Terdapat struktur geologi yang berupa sesar geser di sebelah selatan yang berarah baratdaya - timurlaut.



Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan berupa secara umum pelapukan batuan vulkanik dengan tanah perapukan berupa tuf bemarna coklat dengan tebai tanah lapukan 1-3 meter.

  • Keairan
Keairan dilokasi bencana berupa air permukaan yang mengalir di Ci Tomo sebelah barat dan Ci Paiebuh sebelah timur yang bergabung di sebelah selatan. Muka air tanah di daerah ini pada kedalam 10 m. Saluran air di sekitar permukiman terbuka dan tidak kedap air.

  • Tata Guna Lahan
Secara umum di lokasi yang mengalami pergerakan tanah berada pada kemiliringan lereng curam. Tata guna lahan Berupa sawah di lereng atas dan bawah, kebun campuran di lereng atas, dan pemukiman pada bagian tengah. Jalan desa berada di tengah-tengah pemukiman.

  • Kerentanan Gerakan Tanah
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2022 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi, artinya daerah tersebut mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

3. Kondisi dan Dampak Gerakan Tanah

Gerakan tanah yang terjadi berupa retakan pada jalan, lantai rumah, dan sawah. Besaran retakan yang terjadi 1-20 cm dengan arah retakan bervariasi dengan arah umum N 45?E. Di bagian lereng atas pada tekukan lereng juga dijumpai amblesan tanah pada sawah hingga 30 cm. Sebagian besar retakan dan ambiesan berada dekat pada tekukan lereng dan jalur air. Dampak bencana menyebabkan:

  • 22 bangunan rumah rusak
  • 1 mushoia rusak
  • Jalan sepanjang 250 meter rusak
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah

Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan adalah:

  • Kemiringan lereng yang curam;
  • Tanah pelapukan dari endapan vulkanik yang gembur, sarang dan mudah luruh terkena air dengan batuan di bawahnya yang lebih kedap air; Kontak antara keduanya berpotensi menjadi bidang gelincir gerakan tanah;
  • Sistem penataan air permukaan (drainase) yang kurang baik dan tidak kedap air;
  • Curah hujan tinggi sebelumnya sebagai pemicu utama gerakan tanah;
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah

Mekanisme terjadinya gerakan tanah terjadi akibat adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan lapisan di bawahnya yang kedap air. Kelerengan yang curam, kondisi geologi tuff yang kedap air berpotensi menjadi bidang gelincir pada lokasi tersebut sehingga menyebabkan daerah tersebut rentan longsor. Curah hujan yang tinggi serta sistem keairan yang kurang baik menyebabkan air hujan masuk ke dalam tanah sehingga jenuh air dan menyebabkan bobot masanya bertambah, kuat gesernya menurun, sehingga tanah tidak stabil (mudah bergerak) dan terjadilah retakan-retakan kemudian berkembang menjadi rayapan pada tanah. Karena kemiringan lereng yang curam maka berpotensi menjadi longsoran tipe cepat.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis

Kesimpulan

  • Gerakan tanah di Desa Panyindangan, Kecamatan Cisompet secara umum dikontrol oleh kondisi geologi dan morfologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi;
  • Daerah bencana di wilayah Kecamatan Cisompet pada saat ini masih berpotensi terjadi pergerakan tanah berupa retakan dan rayapan, serta berpotensi untuk terjadi gerakan tanah tipe longsoran;
  • Rayapan merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat, umumnya jarang menimbulkan korban jiwa, namun demikian seringkali menyebabkan rusaknya bangunan, sarana jalan dan ketidaknyaman bertempat tinggal.
Rekomendasi

Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, untuk menghindari terjadinya gerakan tanah susuian dan mengurangi dampak akibat bencana gerakan tanah, maka direkomendasikan:

  • Masyarakat yang berada dan beraktivitas di sekitar lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama untuk mengantisipasi terjadinya gerakan tanah susulan yang berkembang kembali;
  • Rumah yang rusak terkena retakan agar tidak ditempati kembali sebelum ada penataan Iereng atau agar direlokasi ke tempat lain;
  • Rumah yang cocok untuk daerah ini adatah rumah dengan konstruksi ringan;
  • Untuk rumah yang berada dekat dengan lereng terjal sebaiknya memindahkan kamar atau ruang berkumpul ke bagian rumah yang paling jauh dari lereng;
  • Penutupan retakan dengan tanah {empung atau material kedap air dan dipadatkan untuk mencegah resapan air ke dalam retakan yang dapat mempercepat pergerakan tanah;
  • Penataan drainase (air hujan, buangan air limbah rumah tangga) harus dikendatikan dengan saluran yang kedap air, dengan ditembok atau pemipaan, diarahkan menjauhi daerah longsoran;
  • Sawah yang berada diatas lokasi gerakan tanah agar dikeringkan;
  • Membuat perkuatan pada bagian tebing/lereng yang memiliki kemiringan curam;
  • Melestarikan pepohonan berakar kuat dan dalam terutama pada lereng terjal guna mempertahankan kestabilan lereng dan mencegah erosi air permukaan;
  • Untuk jalan desa diperlukan perkuatan lereng yang sesuai dengan kaidah geoteknik;
  • Melaporkan ke Pemerintah Daerah setempat bila terjadi perkembangan retakan/longsor lanjutan;
  • Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah;
  • Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah/BPBD setempat.
LAMPIRAN HI-RES: Link Drive

Ikuti Berita Kami