Terletak di jantung Jawa Barat, Garut
bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, mulai dari
pegunungan hijau hingga kawah belerang yang eksotis. Kini, Garut juga dikenal
sebagai surga polen madu Indonesia. Keanekaragaman hayati dan iklim yang
mendukung di wilayah ini menciptakan kondisi ideal bagi lebah untuk
menghasilkan polen berkualitas tinggi, harta tersembunyi yang kaya manfaat.
Polen madu dari Garut menawarkan keunikan tersendiri. Dihasilkan dari nektar dan polen bunga-bunga endemik yang tumbuh subur di tanah vulkanis, polen ini memiliki profil nutrisi yang luar biasa. Setiap butiran kecilnya mengandung protein, vitamin, mineral, antioksidan, dan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh. Tak heran jika polen madu Garut kerap disebut sebagai "superfood" alami untuk membantu meningkatkan stamina dan menjaga daya tahan tubuh.
Peran Produsen Madu Lokal dan Pentingnya
Analisis Ilmiah
Di balik kualitas premium polen madu
dari Garut, terdapat kerja keras petani lokal. Untuk memastikan produk ini
menjangkau pasar yang lebih luas, Sarkara Madhu sebagai sebuah produsen madu
lokal yang didirikan oleh R. Vita Kusumawardhani dan Awan Kurniawan, berperan
krusial sebagai mitra strategis. Mereka tidak hanya menampung hasil panen,
tetapi juga aktif dalam pemasaran dan distribusi, meningkatkan nilai ekonomi
produk petani. Mereka juga berhasil meraih UMKM Awards pada 24 Juni 2025
sebagai pengakuan bergengsi atas kinerja dan kontribusinya.
Komitmen terhadap kualitas ini diperkuat dengan kerja sama strategis antara produsen madu lokal dan Laboratorium Palinologi di Pusat Survei Geologi (PSG) – Badan Geologi. Melalui analisis Melisopalinologi, laboratorium ini melakukan verifikasi ilmiah terhadap kandungan polen dalam madu.
Jaminan Kualitas: Verifikasi Palinologi
Analisis palinologi membantu
mengidentifikasi dan menganalisis kandungan polen dalam madu. Delapan sampel
madu dari produsen madu lokal, dengan volume masing-masing 30 ml
telah dianalisis kandungan polennya menggunakan metode preparasi asetolisis. Ini
bukan sekadar formalitas; analisis Melisopalinologi (analisis palinologi madu)
memungkinkan verifikasi sumber botani polen, membuktikan keasliannya dari flora
spesifik Garut, serta memastikan tidak adanya kontaminasi. Pemeriksaan polen
madu dengan menggunakan Mikroskop Olympus
BX 53, Cellsen 1,8 dengan pembesaran 1000x.
Hasil analisis palinologi ini seringkali
mengungkap fakta menarik yang krusial untuk pelabelan yang akurat. Misalnya,
sampel madu yang dilabeli sebagai "Madu Jeruk" dari produsen madu lokal
setelah dianalisis justru menunjukkan persentase polen Asteraceae yang melimpah.
Begitu pula bahwa madu yang diklaim sebagai "Madu Kaliandra"
mengandung polen dari jenis bunga lain, seperti sawi (Brassica rapa) dalam jumlah signifikan. Hal
ini juga sejalan dengan temuan dalam kegiatan Knowledge Sharing Badan Geologi,
"Menguak Keanekaragaman Polen Dalam Setetes Madu" pada 16 Mei 2025. Hasil
analisis polen dari salah satu sampel madu yang
dilabeli dengan Madu Jeruk (Citrus reticulata) dapat dilihat
pada Gambar.
Koreksi pelabelan menjadi sebuah keharusan demi transparansi dan edukasi konsumen. Ini juga mencegah kesalahpahaman tentang manfaat spesifik yang mungkin diasosiasikan dengan satu jenis bunga tertentu. Melalui data ilmiah dari Laboratorium Palinologi, dapat dipastikan apakah setiap tetes madu mengandung polen yang memiliki deskripsi yang akurat dan sesuai dengan sumber botani sebenarnya. Hal ini tidak hanya membangun kepercayaan konsumen, tetapi juga mengangkat standar kualitas industri madu di Indonesia. Delapan sampel madu seluruhnya mengandung polen, yang berarti madu dari petani Garut adalah madu alami.
Temuan Spesifik Analisis Polen Pada Madu
Jeruk
Famili Asteraceae yang mendominasi memiliki dua jenis polen yang berbeda, yaitu Ageratum conyzoides (40%), Tithonia diversifolia (7%), yang secara keseluruhan berjumlah 47% dalam madu. Polen Brassica oleracea (9 %), sedangkan Mimosa scrabella , Mimosa caesalpiniifolia, dan M. pudica berjumlah (8%). Polen lainnya berjumlah 36% yaitu (Manilkara kauki, Vachellia farnesiana, Senegalia polyphylla, Manihot esculenta, Elaeocarpus angustifolius, Solanum nigrum, Citrus reticulata, Syzygium cumini, Arenga pinnata, Altingia excelsa, Zea mays, Elaeis guineensis, Penisetum sp.) Dengan demikian disarankan untuk koreksi pelabelan yang semula monoflora Madu Jeruk (Citrus reticulata) disarankan dirubah menjadi Madu Asteraceae.
Manfaat
Polen Asteraceae dalam Madu
Polen dari
famili Asteraceae 47% mendominasi dalam madu terdiri dari dua spesies yaitu Ageratum
conyzoides (bandotan) atau Tithonia diversifolia (kipahit) yang
ditemukan dalam madu sangat penting. Polen tersebut adalah sumber protein,
vitamin, dan mineral esensial bagi lebah, mendukung kesehatan koloni, dan beberapa
senyawa di dalamnya merupakan antioksidan. Dominasi polen Asteraceae krusial
untuk verifikasi keaslian dan pelabelan produk yang akurat sehingga mencegah
klaim palsu tentang pelabelan jenis madu. Kehadirannya mencerminkan kekayaan
flora dan keragaman sumber pakan lebah di suatu area, menunjukkan ekosistem
yang sehat.
Edukasi perlu diberikan kepada petani
madu bahwa penempatan sarang di bawah satu jenis tanaman (misalnya kaliandra)
tidak serta-merta menjadikan polennya dominan dari tanaman tersebut. Oleh
karena itu, pelabelan madu sebaiknya didasarkan pada hasil uji palinologi
laboratorium yang akuntabel.
Melalui melisopalinologi, memberikan manfaat nyata dan langsung kepada masyarakat di luar aplikasi geologi. Jadi, ketika Anda mencari sumber nutrisi alami yang kaya dan berasal dari alam yang lestari, sebaiknya bisa langsung membeli ke petani madu dan ingatlah Garut sebagai Surga Polen Madu Indonesia. Dukungan ilmiah dari Laboratorium Palinologi – Pusat Survei Geologi – Badan Geologi turut menghadirkan kebaikan alam Priangan langsung ke tangan Anda.
Referensi
Poderoso, J. C. M., Correia-Oliveira, M.
E., Paz, L. C., da Silva e Souza, T. M., Vilca, F. Z., Dantas, P. C., &
Ribeiro, G. T. (2012). Botanical Preferences of Africanized Bees (Apis
mellifera) on the Coast and in the Atlantic Forest of Sergipe, Brazil. Sociobiology.
Silva, C. I., Radaeski, J. N., Arena, M.
V. N., & Bauermann, S. G. (2020). Atlas of pollen and plants used by
bees (1st ed.). Rio Claro-SP.
Stanski, C., Luz, C. F. P., Nogueira,
A., & Nogueira, M. K. F. S. (2013). Palynology of species in the Astereae
and Heliantheae tribes occurring in the region of Campos Gerais, Paraná State,
Brazil. IHERINGIA, Sér. Bot., 68(2), 203-214.
Koleksi Polen dan Spora Laboratorium Pusat Survei Geologi-Badan Geologi (Tidak dipublikasikan)
Penulis :
Woro Sri Sukapti, Sumarjadi, Niken Puspaningtyas, dan Ade Suryanti
Penyunting : Tim Scientific Board – PSG