Setiap menjelang peringatan Hari Pertambangan dan Energi yang jatuh pada 28 September, Kementerian ESDM selalu melaksanaan ziarah dan tabur bunga pada makam salah satu pahlawan nasional yang terletak di TPU Sasanalaya, Jl. Ireda Yogyakarta. Makam tersebut adalah makam Arie Frederick Lasut. Siapa sebenarnya Arie Frederich Lasut, berikut riwayat singkatnya.
Arie Frederick Lasut Lahir di Desa Kapataran, Sulawesi Utara pada 6 Juli 1918 sebagai anak kedua dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang guru dan sangat disiplin dalam mendidik anakanaknya, mereka dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat.
Pendidikan dasar dan menengah Arie, ditempuh di sekolah berbahasa Belanda, dan lulus AMS (Algemeene Middlebare School). Arie juga sempat mengenyam perguruan tinggi (sekolah kedokteran di Jakarta, kemudian pindah ke sekolah teknik di Bandung yang sekarang menjadi ITB). Ketiadaan biaya membuat Arie batal menjadi dokter dan insinyur.
Arie adalah pemuda pemberani, lugas. dan merupakan tipe pejuang yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Dia berjuang secara frontal di medan pertempuan dan bergabung dengan KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) sebuah laskar rakyat yang anggotanya berasal dari Sulawesi. Dalam rangka perjuangannya itu, Arie sering memasok bahan-bahan kimia untuk membuat bom molotov yang diperlukan oleh para pejuang kemerdekaan. Bahan-bahan kimia itu diperoleh dari laboratorium geologi. Selain itu Arie juga tergabung dalam KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan terlibat dalam berbagai perundingan dengan Belanda untuk mendapatkan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Dia adalah salah satu anggota delegasi Mohamad Roem dalam berunding dengan Van Roijen.
Keterlibatan Arie dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan berakhir. Arie dijemput dari kediamannya di Yogyakarta oleh tentara Belanda kemudian dibawa ke Pakem (Sleman), dan di sanalah Arie ditembak oleh tentara Belanda. Pada waktu. jenazahnya ditemukan terbujur mengenakan celana dan kaus putih serta tangannya memegang granat.
Gugurnya Arie sampai saat ini masih diliputi misteri namun sebagian besar orang berpendapat Arie gugur karena mempertahankan dokumen geologi dan pertambangan (saat itu Arie menjabat sebagai Kepala Pusat Djawatan Tambang dan Geologi). Arie gugur pada hari ditandatanganinya perjanjian Roem- Roijen, yaitu 7 Mei 1949.
Atas jasa-jasanya, terutama dalam menyelamatkan dokumen geologi dan pertambangan, Arie Frederick Lasut ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 012/T.K/1969 tanggal 20 Mei 1969. Prasasti untuk mengenang jasa-jasa Arie dipasang di tangga menuju lantai 2 Museum Geologi di Bandung.
Sumber berita : Tim Museum Geologi
Dokumentasi : Humas BG
Nara Sumber :
M.M. Purbo Hadiwidjojo (Geolog Senior, murid Arie F. Lasut)
Budiharto (Geolog Senior, mantan anggota Tentara Pelajar)
Nelly Lasut (adik kandung Arie F. Lasut)
Jhonny Mandagi (keponakan Arie F. Lasut)