Sesar Aktif Cileunyi-Tanjungsari sudah diidentifikasi Badan Geologi sejak Tahun 2008

Bandung - Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,8 mengguncang wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar), menjelang pergantian tahun 2023, Minggu (31/12/2023) pukul 20.34 WIB. Sumber gempa tersebut diidentifikasi oleh Badan Geologi sebagai Sesar Aktif Cileunyi-Tanjungsari, salah satu sesar aktif yang telah diidentifikasi sejak tahun 2008, dalam publikasi yang berjudul “Identifikasi Sesar Aktif Daerah Cekungan Bandung berdasarkan Data Citra Landsat dan Kegempaan” (Marjiyono, dkk). Sesar ini memiliki kelurusan timurlaut-baratdaya, dengan tipe sesar mendatar mengiri.

Sebagai upaya untuk mengidentifikasi kemenerusan sesar tersebut di bawah permukaan, pada tahun 2019, Pusat Survei Geologi melakukan studi geofisika terpadu pada lima sesar yang sudah teridentifikasi sebelumnya, seperti Sesar Lembang, Sesar Jati, Sesar Geulis, Sesar Cicalengka, termasuk Sesar Cileunyi-Tanjungsari (Gambar 1). Koordinator kegiatan tersebut,  Asep Kurnia Permana, menyampaikan bahwa survei geofisika dilakukan dengan menggunakan metode gayaberat, geolistrik, magnetotelurik dan Passive Seismic Tomography untuk mengungkap keberadaan sesar aktif sebagai upaya mendukung mitigasi bencana geologi di Cekungan Bandung dan sekitarnya.

Hasil analisis terhadap data geolistrik yang memotong Sesar Aktif Cileunyi-Tanjungsari menunjukkan mengungkap adanya ketidakmenerusan lapisan yang dapat diidentifikasi melalui perbedaan nilai resitivity yang teridentifikasi sebagai bidang sesar Cileunyi – Tanjungsari (Gambar 2). Bidang sesar Cileunyi-Tanjungsari diakui keberadaannya oleh Hidayat, yang mengkonfirmasi temuan tersebut melalui analisis gayaberat bawa terdapat Anomali kontras yang tinggi dalam arah timurlaut-baratdaya (Gambar 3) menimbulkan kemungkinan kelangsungan sesar ke bagian utara dengan orientasi relatif barat-timur (Gambar 4).

Lebih lanjut, Junursyah, dkk. melakukan pengukuran Magnetotellurik di sekitar Jatinangor, dengan lintasan melintasi jalur Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Hasilnya menunjukkan perkembangan sesar aktif Cileunyi-Tanjungsari yang memisahkan tahanan jenis tinggi di selatan dan rendah di utara. Hal ini mengakibatkan penumpukan sedimen di bagian utara sesar, menunjukkan efek dimensionalitas 3D dengan skewness 0.1-0.2, dan kedalaman sesar dapat mencapai lebih dari 3000 m (Gambar 5). Sesar ini ditafsirkan berkembang di bawah cekungan Bandung Timur, memotong Fasies Endapan Danau berdasarkan pengukuran TEM (Junursyah, 2011). Di bagian utara, terdapat penumpukan batuan sedimen dan vulkanik ke arah sesar dengan ketebalan mencapai sekitar ± 2000 m, hasil dari data Magnetotelurik 1D (Junursyah dan Harja 2013; 2014). Temuan ini diperkuat oleh data gayaberat regional yang membentuk deposan.

Pusat Survei Geologi melanjutkan penelitian pada tahun 2023 di sekitar utara Sesar Cileunyi-Tanjungsari dengan memasang jaringan Passive Seismic Tomography (PST) yang dimaksudkan untuk membuat tomogram yang merekam secara simultan kejadian gempabumi dari bulan Agustus – November 2023 (Gambar 6). Pengolahan data sementara dari hasil perekaman Agustus – September berhasil mendokumentasikan 69 event gempa, beberapa di antaranya berlokasi dekat dengan episenter gempa Sumedang pada 31 Desember 2023 – 1 Januari 2024.

Selain mengidentifikasi sesar aktif sebagai sumber gempabumi di Cekungan Bandung dan Sekitarnya, Pusat Survei Geologi juga telah melakukan studi mikrozonasi gempa untuk menilai tingkat kerentanan suatu wilayah terhadap getaran gempa bumi, yang dikenal sebagai kerentanan seismik. Dalam rangka mitigasi bencana geologi, Pusat Survei Geologi menerbitkan Atlas Karakteristik Fisis Sedimen Permukaan Cekungan Bandung (Gambar 7). Atlas ini dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan tata ruang berbasis risiko bencana geologi serta sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan oleh pemangku kepentingan.

Lampiran Gambar: https://bit.ly/3NRhy0e

Ikuti Berita Kami