Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pemeriksaan tanggap darurat bencana gerakan tanah yang melanda Kecamatan Caringin di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat:
A. Desa Caringin, Kecamatan Caringin
1. Lokasi Bencana dan Waktu Kejadian
Bencana gerakan tanah terjadi di beberapa lokasi, yaitu :
- Kp. Cisitu, Desa Caringin, Kecamatan Caringin. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.50877778 BT dan 7.45398056 LS serta 107.50779444 BT dan -7.45471111 LS. Berdasarkan informasi, kejadian gerakan ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi.
- Kp. Cibuluh, Desa Caringin, Kecamatan Caringin. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.50753889 BT dan 7.45576111 LS. Berdasarkan informasi, kejadian gerakan ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi.
- Kp.Babakan Cikalapa, Desa Caringin, Kecamatan Caringin. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.50652222 BT dan 7.45323333 LS. Berdasarkan informasi, kejadian gerakan ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi.
- Kp. Pasantren, Desa Caringin, Kecamatan Caringin. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.50846111 BT dan 7.45158056 LS. Berdasarkan informasi, kejadian gerakan ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi.
- Kp. Sawahbaru, Desa Caringin, Kecamatan Caringin. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.51461389 BT dan -7.45397222 LS. Berdasarkan informasi, kejadian gerakan ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi
2. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi fokasi bencana di Desa Caringin berupa morfologi perbukitan bergelombang dengan ketinggian 500-600 mdpl. Lokasi gerakan tanah memiliki kemiringan lereng landai - agak curam (5? -- 10?) di daerah pemukiman dan kemiringan lereng curam pada daerah lembah (10?- 15?). Gerakan tanah terjadi pada ketinggian antara 509-573 mdpl.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (Alzwar, 1992) batuan penyusun daerah bencana adalah Formasi Bentang, berupa batupasir tufan, tuf batuapung, batulempung konglomerat dan lignit (Tmpb).
Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan berupa tuf, batupasir tufan dan konglomerat. Tebal tanah lapukan 2-3 meter, berupa tuf pasiran berwarna merah.
Keairan dilokasi bencana beru air permukaan yang mengalir di sungai Ci Lana yang berada dibagian tenggara Kp. Cisitu dan Cibuluh, serta sungai Ci Sarua disebelah tenggara Kp. Sawahbaru. Muka air tanah di daerah ini 5-10m. Untuk keperluan sehari-hari di gunakan airmata air yang berjarak 100m ke arah utara dari Kp. Cisitu (Ci Banjar), dan air sumur pada musim kemarau mengering.
Secara umum di lokasi yang mengalami pergerakan tanah berada pada lereng agak curam - curam. Tata guna lahan Berupa pemukiman dan kebun campuran. Terdapat juga kolam-kolam penampungan air disekitar pemukiman yang mengafami retak-retak.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2022 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi, artinya daerah tersebut mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
3. Kondisi dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang terjadi berupa retakan pada jalan, lantai rumah, dan kebun. Besaran retakan yang terjadi 1-20 cm dengan arah retakan bervariasi di Kp. Cisitu berarah N70?E dan N50?E, Kp. Cibuluh berarah N80?E, Kp.Babakan Cikalapa berarah N100?E, Kp. Pasantren berarah N195?E dan N290?E. Gerakan tanah yang terjadi secara umum berupa gerakan tanah lambat (rayapan) yang menyebabkan kerusakan terutama jalan dan bangunan. Di daerah Kp. Cisitu terdapat longsoran bahan rombakan dengan arah N150?E. Longsoran tersebut terjadi akibat perkembangan retakan-retakan yang ada sebelumnya.
Dampak bencana menyebabkan:
- ?28 KK terdampak
- 28 bangunan rumah rusak
- 1 masjid rusak
- 1 lapangan sepak boia retak
- Jalan amblas selebar 1 meter
Untuk amblesan di Kp. Sawahbaru, jalan desa turun 30-50 cm sepanjang 25m dengan arah amblasan N100?E. Amblesan tersebut terjadi karena drainase/gorong-gorong yang kurang baik. Saluran drainase rusak yang menyebabkan air permukaan menjadi liar dan tidak terkendali. Ditambah dengan pembuangan air drainase yang langsung ke bawah lereng sehingga semakin menjenuhi lereng.
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan adalah:
- Kemiringan Iereng yang agak curam - curam;
- Tanah pelapukan dari endapan vulkanik yang gembur, sarang dan mudah luruh terkena air dengan batuan di bawahnya yang lebih kedap air; Kontak antara keduanya berpotensi menjadi bidang gelincir gerakan tanah;
- Sistem penataan air permukaan (drainase) yang kurang baik dan tidak kedap air;
- Curah hujan tinggi sebelumnya sebagai pemicu utama gerakan tanah;
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Mekanisme terjadinya gerakan tanah terjadi akibat adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan lapisan di bawahnya yang kedap air. Kelerengan yang agak curam - curam, kondisi geologi tuff yang kedap air berpotensi menjadi bidang gelincir pada lokasi tersebut sehingga menyebabkan daerah tersebut rentan longsor. Curah hujan yang tinggi serta sistem keairan yang kurang baik menyebabkan air hujan masuk ke dalam tanah sehingga jenuh air dan menyebabkan bobot masanya bertambah, kuat gesernya menurun, sehingga tanah tidak stabil (mudah bergerak) dan terjadilah retakan-retakan kemudian berkembang menjadi rayapan pada tanah karena kemiringan lereng yang curam.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
- Gerakan tanah secara umum di Desa Caringin, Kecamatan Caringin secara umum dikontrol oleh kondisi geologi dan morfologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi;
- Daerah bencana di wilayah Kecamatan Caringin pada saat ini masih berpotensi terjadi pergerakan tanah berupa retakan dan rayapan;
- Gerakan tanah di Kp Sawahbaru berupa amblesan karena saluran drianase yang rusak
- Rayapan merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat, umumnya jarang menimbulkan korban jiwa, namun demikian seringkali menyebabkan rusaknya bangunan, sarana jalan dan ketidaknyaman bertempat tinggal.
Rekomendasi
Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, untuk menghindari terjadinya gerakan tanah susulan dan mengurangi dampak akibat bencana gerakan tanah, maka direkomendasikan:
- Masyarakat yang berada dan beraktivitas di sekitar lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama untuk mengantisipasi terjadinya gerakan tanah susulan yang berkembang kembali;
- Rumah yang rusak terkena retakan agar tidak ditempati kembali sebelum ada penataan lereng atau agar direlokasi ke tempat lain;
- Rumah yang cocok untuk daerah ini adalah rumah dengan konstruksi ringan;
- Untuk rumah yang berada dekat dengan lereng terjal sebaiknya memindahkan kamar atau ruang berkumpul ke bagian rumah yang paling jauh dari lereng;
- Penutupan retakan dengan tanah lempung atau material kedap air dan dipadatkan untuk mencegah resapan air ke dalam retakan yang dapat mempercepat pergerakan tanah;
- Penataan drainase (air hujan, buangan air limbah rumah tangga) harus dikendalikan dengan saluran yang kedap air, dengan ditembok atau pemipaan, diarahkan menjauhi daerah longsoran;
- Kolam yang berada dekat dengan daerah gerakan tanah agar dikeringkan;
- Membuat perkuatan pada bagian tebing/lereng yang memiliki kemiringan curam;
- Melestarikan pepohonan berakar kuat dan dalam terutama pada lereng terjal guna mempertahankan kestabilan lereng dan mencegah erosi air permukaan;
- Untuk jalan desa di Kp. Cibuluh dan Kp. Sawahbaru dipeluan perkuatan lereng yang sesuai dengan kaidah geoteknik;
- Melaporkan ke Pemerintah Daerah setempat bila terjadi perkembangan retakan/longsor lanjutan;
- Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah;
- Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah/BPBD setempat.
B. Desa Sukarame, Kecamatan Caringin
1. Lokasi Bencana dan Waktu Kejadian
Bencana gerakan tanah terjadi di Kp. Pasirgedang, Desa Sukarame, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi bencana berada di titik 107.51697500 BT dan 7.44244444 LS. Berdasarkan informasi dari perangkat desa setempat, gerakan tanah terjadi pada tanggal 5 November 2022 setelah hujan dengan intensitas tinggi. Gerakan tanah juga pernah terjadi pada tahun 2000an, dimana rumah yang sekarang berada pada bekas longsorn lama.
2.Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi lokasi bencana di Desa Sukarame berupa perbukitan yang memiliki ketinggian 600-727 mdpl dengan kemiringan lereng agak curam sangat curam. Lokasi bencana berada kaki bukit Pasir Gedang yang memiliki ketinggian puncak 714 mdpl yang memiliki kemiringan lereng > 30?, sedangkan lokasi bencana berada pada pedataran di ketinggian 660 mdpl yang merupakan bekas longsoran lama.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (Alzwar, 1992) batuan penyusun daerah bencana adalah Formasi Bentang, berupa batupasir tufan, tuf batuapung, batulempung konglomerat dan lignit (Tmpb).
Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan dilokasi ini berupa breksi vulkanik, dengan tanah lapukan cukup tebal lebih kurang 4 meter yang berupa tuf pasiran berwarna coklat kemerahan.
Kondisi keairan dilokasi bencana berupa air permukaan yang bebasa tanpa ada saluran yang mengatur pergerakan air. Untuk keperluan sehari-hari dari mata air yang dilakukan pemipaan. Untuk kedalaman muka airtanah 12-15 meter.
Secara umum di lokasi yang mengalami pergerakan tanah berada pada lereng curam. Tata guna lahan pada lereng bagian atas dan tengah berupa kebun campuran yang ditanami pohon-pohon kayu. Pada lereng bagian bawah berupa pemukiman.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bulan November 2022 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi, artinya daerah tersebut mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
3. Kondisi dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah di Kp. Pasirgedang Desa Sukarame berupa gerkan tanah tipe cepat yaitu longsoran bahan rombakan dengan arah longsoran N 170?E relative utara-selatan dengan iebar mahkota 20 -- 25 m dan panjang landaan longsoran 120m. Dampak bencana menyebabkan:
- 1 rumah rusak sedang
- 1 KK mengungsi
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan adalah:
- Kemiringan lereng yang curam;
- Tanah pelapukan dari endapan vulkanik yang gembur, sarang dan mudah luruh terkena air dengan batuan di bawahnya yang lebih kedap air; Kontak antara keduanya berpotensi menjadi bidang gelincir gerakan tanah;
- Sistem penataan air permukaan (drainase) yang kurang baik dan tidak kedap air;
- Curah hujan tinggi sebelumnya sebagai pemicu utama gerakan tanah.
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Mekanisme terjadinya gerakan tanah terjadi akibat adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan lapisan di bawahnya yang kedap air. Kelerengan yang curam, kondisi geologi tuff yang kedap air berpotensi menjadi bidang gelincir pada lokasi tersebut sehingga menyebabkan daerah tersebut rentan longsor. Curah hujan yang tinggi menyebabkan banyak air hujan masuk ke dalam tanah sehingga jenuh air dan menyebabkan bobot masanya bertambah, kuat gesernya menurun, sehingga tanah tidak stabil (mudah bergerak). Lereng bukit yang curam menyebabkan tanah bagian atas (tanah pelapukan) bergerak dengan cepat.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
- Gerakan tanah di Kp. Pasirgedang, Desa Sukarame, Kecamatan Caringin secara umum dikontrol oleh kondisi geologi dan morfologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi;
- Daerah bencana di wilayah Kecamatan Caringin pada saat ini masih berpotensi terjadi pergerakan tanah susulan berupa longsoran bahan rombakan.
Rekomendasi
Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, untuk menghindari terjadinya gerakan tanah susulan dan mengurangi dampak akibat bencana gerakan tanah, maka direkomendasikan:
- Masyarakat yang berada dan beraktivitas di sekitar lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama untuk mengantisipasi terjadinya gerakan tanah susulan yang berkembang kembali;
- Tidak beraktifitas di sekitar zona gerakan tanah, terutama pada saat curah hujan tinggi sebagai antisipasi longsor susulan;
- Retakan agar ditutup dengan material kedap air (tanah lempung) untuk mencegah resapan air ke dalam retakan yang dapat mempercepat pergerakan tanah;
- Rumah yang terdampak di sarankan untuk direlokasi karena sudah dua kali terjadi gerakan tanah di lokasi yang sama dan potensi gerakan tanah masih tinggi;
- Membangun zona vegetasi berakar kuat /buffer zone pada lokasi bekas longsoran (pada lereng bagian atas dan tengah) untuk menjaga kestabilan lereng dan mencegah terjadinya kembali longsoran di tempat yang sama;
- Penggunaan kembali lahan pada lereng bagian bawah sebaiknya dialihfungsikan dari pemukiman menjadi kebun atau ladang;
- Tidak mendirikan bangunan/pemukiman dekat dengan tebing yang curam. Jarak antara bengunan/pemukiman dengan tebing adalah dua kali tinggi tebing;
- Melestarikan pepohonan berakar kuat dan dalam terutama pada lereng terjal guna mempertahankan kestabilan lereng dan mencegah erosi air permukaan;
- Melaporkan ke Pemerintah Daerah setempat bila terjadi perkembangan retakan/longsor lanjutan;
- Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah;
- Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah/BPBD setempat.