LAPORAN PENYELIDIKAN BENCANA GERAKAN TANAH DI KECAMATAN NAGREG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

Bersama ini kami sampaikan laporan penyelidikan bencana gerakan tanah di Kp. Gamblung Timur RW 04 RT 03 Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Berdasarkan informasi dari BPBD Provinsi Jawa Barat pada hari Minggu, 18 Desember 2022 sebagai berikut:

1.Lokasi dan waktu kejadian :

Gerakan tanah terjadi di Kampung Gamblung Timur RT 04 RW 03 Perumahan Pesona Parahiangan Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg. Koordinat gerakan tanah berada pada 107? 53' 40,7" BT dan 7? 01' 05,2" LS. Gerakan tanah awalnya terjadi pada hari Minggu, 18 Desember Pukul 01.00 WIB, kemudian pada pukul 04.00 terjadi pergerakan lagi dan pukul 09.00 VVIB masih terjadi pergerakan. Kondisi saat ini masih terjadi longsoran kecil dan rembesan air pada batas tanah pelapukan dan tuff.

2.Kondisi daerah bencana :

a.Morfologi

Secara umum daerah bencana di Kp, Gamblung berada di Kaki Gunung Batu atau Bukit Sangianganjung. Bukit terjal dengan kelerengan mencapai 20? - 30?. Pada kaki lereng kaki bukit tersebut dipotong untuk pemukiman. Pemukiman berada tepat di bawah tebing/kaki bukit yang dipotong. Beda tinggi mahkota Iongsor dengan pemukiman berkisar 20 - 25 m. Lokasi gerakan tanah atau tanah longsor berada pada ketinggian 850 mdpl

b.Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar dkk, 1992) (Gambar 2) batuan penyusun di daerah bencana termasuk dalam Batuan Gunung Sangianganjung yang tersusun oleh perselingan breksi tuff, breksi lahar, dan lava basalt -- andesit. Berdasarkan pengamatan lapangan bagian yang longsor merupakan tanah pelapukan insitu yang tebal dan gembur. Pada batas kontak antara tanah dan batuan dengan kandungan tuff yang tinggi muncul mata air. Batuan yang tersingkap merupakan produk vulkanik tua berupa breksi tuff yang telah lapuk dan mengandung fragmen obsidian.

c.Keairan

Kondisi keairan di komplek perumahan muka air tanah sangat dangkal berkisar 2 - 4 m. Pada tekuk lereng muka air tanah positif atau muncul rembesan air pada tekuk lereng. Hal ini menunjukan tekanan airpori yang tinggi sehingga rentan longsor. Untuk keperluan sehari-hari menggunakan air sumur dari tampungan mata air maupun air tanah dangkal.

d.Tata guna lahan

Tata guna lahan di Kampung Gamblung Timur RT 04 RW 03 Perumahan Pesona Parahiangan Desa Nagreg Kendan, pada bagian atas berupa ladang dan kebun jagung dan setempat terdapat pohon bambu, waru, sengon. Namun pada bagian bawah merupakan perumahan penduduk.

e.Kerentanan Gerakan Tanah

Berdasarkan Peta Prakiraan Gerakan Tanah Kabupaten Bandung bulan Desember 2022 (PVMBG, Badan Geologi) (Gambar 3), daerah bencana terletak pada Prakiraan gerakan tanah Menengah - Tinggi, artinya daerah tersebut mempunyai potensi menengah -- tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

3. Jenis bencana dan dampak yang ditimbulkan

Bencana gerakan tanah yang terjadi berupa iongsoran dengan bidang gelincir berbentuk rotasional/busur. Mahkota Iongsoran membentuk gawir dengan tinggi 15 - 20 m, panjang mahkota ke 1 mencapai 40 m, mahkota ke 2 sepanjang 64 m, serta longsoran di bagian tenggara dimensi panjangnya 18 m. Pada bagian ujung longsoran di bagian tenggara terjadi deformasi dan muncul rembesan air. Dampak gerakan tanah pada lokasi ini adalah :

  • Pada saat ini 9 rumah terdampak longsor (rusak) dan tertimbun material longsor.
  • 28 KK dievakuasi/mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
4. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena :

  • Kemiringan lereng tebing yang terjal;
  • Pemotongan kaki lereng tanpa perkuatan sehingga mengurangi gaya penahan longsor
  • Tanah pelapukan yang tebal dan dibawahnya berupa batuan vulkanik (tuff) bersifat impermeable sehingga muncul banyak rembesan pada kontak tersebut.
  • Perubahan tata guna lahan secara tidak langsung turut berperan dalam terjadinya lonngsoran
  • Curah hujan yang tinggi dengan durasi lama sebelum terjadi gerakan tanah;
5. Mekanisme terjadi gerakan tanah

Daerah sekitar lokasi bencana mempunyai material dengan tanah pelapukan yang tebal dan berlereng curam serta merupakan kaki lereng yang dipotong sebelumnya, sehingga gaya penahannya berkurang dampaknya material tanah lebih mudah bergerak ketika curah hujan tinggi. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan peresapan air meningkat, kondisi lereng jenuh sehingga terjadi penambahan bobot massa tanah dan peningkatan tekanan air pori. Karena pemotongan lereng tanpa perkuatan sehingga ketika curah hujan tinggi dan terjadi peningkatan tekanan air pori sehingga lereng mudah longsor. Dibeberapa lokasi tataguna lahan berupa kebun jagung menyebabkan erosi dan aliran air permukaan menjadi lebih meningkat. Dampak dari longsoran ini membentuk mahkota dengan lereng terjal dengan beda tinggi mencapai 20 m sehingga membahayakan pemukiman yang berada di bawahnya. 6. Rekomendasi Teknis :

  • Pemotongan kaki lereng bukit harus diikuti kajian teknis karena akan mengurangi gaya penahan longsor seiring dengan waktu jika curah hujan tinggi akan menjadi mudah longsor.
  • Daerah tersebut masih berpotensi terjadi longsoran susulan karena membentuk mahkota dengan gawir setinggi 2? m, sehingga jarak yang aman berkisar 40 m atau 2 kali tinggi gawir tersebut.
  • Rumah yang rusak berat sebaiknya direlokasi ke tempat yang aman serta dilakukan perkuatan lereng pada tebing yang longsor sesuai kaidah geoteknik.
  • Masyarakat terancam sebelum dilakukan perkuatan lereng sebaiknya mengungsi ke lokasi yang lebih aman terutama pada saat dan setelah turun hujan.
  • Pohon yang berada pada ujung gawir longsor/ mahkota longsor sebaiknya di tebang dikhawatirkan tumbang dan menjatuhi rumah dibawagnya.
  • Pola tanam pada bukit sebaiknya tanaman keras berakar dalam bukan merupakan tanaman perkebunan seperti jagung.
  • Masyarakat dan pekebun harap memantau munculnya retakan pada bagian atas lereng/ disekitar mahkota dan bukit. Jika muncul retakan harap segera ditutup serta mewaspadai munculnya retakan berbentuk tapal kuda.
  • Agar masyarakat di sekitar daerah bencana lebih waspada, terutama saat maupun setelah hujan deras yang berlangsung lama, karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan.
  • Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.
  • Masyarakat di sekitar daerah bencana lebih waspada, terutama saat maupun setelah hujan deras yang berlangsung lama, karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan.
  • Pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi yang longsor untuk meningkatkan kewaspadaan.
  • Penanganan longsoran agar memperhatikan cuaca, agar tidak dilakukan pada saat dan setelah hujan deras, karena daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan yang bisa menimpa petugas.
  • Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.
  • Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah 1 BPBD setempat.
LAMPIRAN HI-RES: Link Drive

Ikuti Berita Kami