Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penyelidikan gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur berdasarkan surat permohonan survey gerakan tanah yang bernomor B/360/806/409.8.1/2022 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar. Hasil penyelidikan sebagai berikut:
a. Dusun Sumberasri, Desa Purworejo
a. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah
Terdapat 2 titik lokasi gerakan tanah yang secara administrasi berada di Dusun Sumberasri RT. 01, 02, 03 RW.02, Desa Purworejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Berdasarkan geografis lokasi gerakan tanah yang pertama berada pada koordinat 112.303111? BT, 8.278242?? LS dan lokasi kedua berada pada koordinat 112.310139? BT, 8.277939? LS. Menurut informasi dari warga setempat gerakan tanah pernah terjadi pada tahun 1952 dan aktif kembali pada hari Selasa 18 Oktober 2022.
b. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi di Dusun Sumberasri, Desa Panggungrejo dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan berelief sedang dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam 10? 25?. Secara setempat terjal pada lembah/gawir sungai.
Lokasi bencana berada pada catchment area atau daerah tangkapan air dimana air permukaan mengalir kedaerah tersebut. Daerah bencana berada pada ketinggian 174 211 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Blitar, Jawa (M.Z. Sjarifudin dan S. Hamidi, 1992) secara regional daerah gerakan tanah termasuk dalam Formasi Mandalika (Tomm). Satuan ini terdiri dari lava andesit-basal, porfiri dan dasit.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, batuan di daerah bencana berupa hasil pelapukan batugamping kristalin dari Formasi Campurdarat (Tmcl) yang berwarna putih kekuningan dan terdapat fosil foram besar. Sifat fisik batugamping ini memiliki fracture (kekar) sehingga mudah lepas atau hancur dan sangat rentan oleh air karena mudah larut.
Secara umum, tata guna lahan di daerah gerakan tanah berupa pemukiman dan kebun campuran. Jalan berada di bagian bawah lereng sedangkan pemukiman berada dibagian tengah. Kebun yang didominasi jenis tanaman tebu dan jagung mendominasi tataguna lahan disekitar lokasi bencana dari bagian atas hingga bawah lereng.
Kondisi keairan di daerah bencana relatif kurang baik, karena sifat tanah pelapukan dari tuf breksi yang tidak bisa menyimpan air terutama pada musim kemarau. Untuk keperluan sehari-hari warga menggunakan air dari sumber mata air yang dialirkan dengan pipa. Walaupun sudah terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan pada sisi jalan, namun dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik.
c. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang berada di bagian atas dan tengah pemukiman warga yang berupa retakan yang memanjang sekitar 500 meter dengan kedalaman 1 -- 3 meter dan lebar 10 30 cm. Retakan utama sudah membentuk setengah lingkaran yang melewati beberapa bangunan rumah warga sehingga bangunan tersebut menjadi rusak dan hancur. Di bagian bawah lereng di tengah pemukiman warga terdapat retakan -- retakan kecil dengan panjang 30 - 100 meter yang mengarah Barat Timur. Arah gerakan tanah N 20? E (relatif Utara). Luas area pertama yang terdampak sekitar 3,3 Ha sedangkan lokasi kedua sekitar 250 m2.
Gerakan tanah ini menyebabkan:
- 36 bangunan rusak sedang berat
- 25 bangunan terancam
- Lahan perkebunan warga yang didominasi kebun jagung dan tebu menjadi rusak dan terancam.
B. Dusun Sumberurip, Desa Purworejo
a. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah
Lokasi gerakan tanah berada secara administrasi berada di Dusun Sumberurip, Desa Purworejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Berdasarkan geografis lokasi gerakan tanah yang pertama berada pada koordinat 112.316890? BT, 8.277178? LS dan lokasi kedua berada di perkebunan warga pada koordinat 112.317964? BT, 8.277731 ? LS. Menurut informasi dari warga setempat gerakan tanah terjadi pada hari Selasa 18 Oktober 2022.
b. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi di Dusun Sumberurip, Desa Purworejo, dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan berelief sedang dengan kemiringan lereng 15? - 30? curam -- sangat curam. Secara setempat sangat terjal terutama pada lembah sungai dan tebing jalan.
Lokasi bencana berada pada catchment area daerah tangkapan air dimana air permukaan mengalir kedaerah tersebut. Daerah bencana berada pada ketinggian 245 - 275 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Blitar, Jawa (M.Z. Sjarifudin dan S. Hamidi, 1992) secara regional kedua daerah gerakan tanah termasuk dalam Formasi Campurdarat (Tmcl). Satuan ini terdiri dari batugamping kristalin dan sisipan lempung.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, batuan di daerah bencana berupa batugamping dengan sisipan batulempung dalam kondisi agak lapuk berwarna putih kekuningan untuk batu gamping dan abu-abu untuk batulempung. Sifat fisik Batugamping ini memiliki banyak kekar (fracture) sehingga mudah lepas atau hancur dan sangat rentan oleh air karena mudah larut di bagian bawahnya ada sisipan batulempung yang memiliki sifat impermeabiiitas (kedap air).
Secara umum, tata guna lahan di daerah gerakan tanah berupa kebun campuran dan pemukiman. Pemukiman berada di bagian atas lereng sedangkan kebun menyebar dari bagian bawah hingga atas lereng. Kebun yang didominasi jenis tanaman tebu dan jagung.
Kondisi keairan di daerah bencana relatif kurang baik, karena sifat tanah pelapukan dari batugamping yang tidak bisa menyimpan air terutama pada musim kemarau. Untuk keperluan sehari-hari warga menggunakan air dari sumber mata air yang dialirkan dengan pipa. Walaupun sudah terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan pada sisi jalan, namun dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik.
c. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang berada di tengah pemukiman warga yang berupa retakan dengan panjang retakan sekitar 100 meter. Retakan utama (mahkota longsor) sudah membentuk setengah lingkaran yang melewati jalan Desa dan beberapa bangunan rumah warga sehingga bangunan tersebut menjadi rusak berat. Di bagian tengah area terdampak terdapat retakan -- retakan kecil dengan panjang 5 - 20 meter yang mengarah Barat - Timur. Arah gerakan tanah lokasi pertama N 20? E (refatif utara) dan lokasi kedua N 90? E (relatif timur) yang mengarah ke alur sungai. Luas area yang terdampak kedua lokasi tersebut sekitar 500 m2.
Gerakan tanah ini menyebabkan:
- 2 bangunan rusak sedang
- 12 bangunan terancam
- Jalan Desa rusak
- Lahan perkebunan warga yang didominasi kebun jagung dan tebu menjadi rusak dan terancam.
C. Dusun Sumberasri, Desa Purworejo
a. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah
Lokasi gerakan tanah secara administrasi berada di Dusun Sumberejo, Desa Purworejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Berdasarkan geografis lokasi gerakan tanah berada pada koordinat 112.301369? BT, 8.271535? LS, Menurut informasi dari warga setempat gerakan tanah terjadi pada hari Selasa 18 Oktober 2022.
b. Kondisi Daerah Bencana
Secara umum morfologi di Dusun Sumberejo, Desa Purworejo dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan berelief sedang dengan kemiringan lereng agak curam sampai sangat curam 12? 30?. Secara setempat terjal pada lembah/gawir sungai. Daerah bencana berada pada ketinggian 196 - 203 meter di atas permukaan laut (mdp1).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Blitar, Jawa (M.Z. Sjarifudin dan S. Hamidi, 1992) secara regional daerah gerakan tanah termasuk dalam Anggota Tuf Formasi Mandalika (Tomt). Satuan ini terdiri dari tuf kaca, tuf Kristal, tuf breksi dan umumnya batuapung.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, batuan di daerah bencana berupa hasil pelapukan dari tuf breksi yang berwarna putih kekuningan, berukuran pasir halus-sangat halus, terpilah baik, dan terdapat komponen berukuran kerikil - bongkah. Sifat fisik tuf breksi ini mudah lepas atau hancur apabila sudah mengalami proses pelapukan sehingga sangat rentan oleh air karena mudah larut.
Secara umum, tata guna lahan di daerah gerakan tanah berupa kebun campuran. Pemukiman hanya setempat di bagian atas lereng. Kebun yang didominasi jenis tanaman tebu dan jagung mendominasi tataguna lahan disekitar lokasi bencana dari bagian atas hingga bawah lereng.
Kondisi keairan di daerah bencana relatif kurang baik, karena sifat tanah pelapukan dari tuf breksi yang tidak bisa menyimpan air terutama pada musim kemarau. Untuk keperluan sehari-hari warga menggunakan air dari sumber mata air yang dialirkan dengan pipa. Walaupun sudah terdapat saluran drainase untuk limpasan air permukaan pada sisi jalan, namun dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik.
c. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampak Gerakan Tanah
Gerakan tanah yang berada di tengah pemukiman warga yang berupa retakan yang mengarah barat -- timur yang memiliki panjang sekitar 100 meter, lebar 5 -- 20 cm dan kedalaman 0,2 -- 2 m. Retakan yang melewati beberapa bangunan rumah warga sehingga bangunan tersebut menjadi rusak dan hancur. Arah gerakan tanah N 185? W (relatif Selatan) mengarah ke sungai Kalibening. Luas area yang terdampak sekitar 200 m2.
Gerakan tanah ini menyebabkan:
- 1 bangunan rusak berat.
- 1 bangunan rusak ringan
- 3 bangunan terancam
Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Batuan tuf breksi dan batu gamping yang memiliki sifat mudah luruh/larut oleh air sehingga mudah hancur/lepas. Lokasi gerakan tanah yang merupakan daerah tangkapan air (Catchment area). Pada curah hujan tinggi dengan durasi yang cukup lama air terkonsentrasi di daerah tersebut yang menyebabkan penjenuhan tanah sehingga daya ikat tanah semakin berkurang yang menyebabkan gerakan tanah tipe lambat yang ditandai retakan pada permukaan tanah, jalan dan bangunan. ?rainase yang buruk membuat air permukaan meresap melalui retakan sehingga membuat retakan terus berkembang dan berulang setiap kali terjadi peningkatan curah hujan.
Kerentanan Gerakan Tanah
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Blitar, Jawa Timur Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Lokasi gerakan tanah termasuk kedalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Oktober 2022 di Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Oktober 2022), daerah bencana di Kecamatan Wates terletak pada potensi terjadi gerakan tanah Tinggi. Artinya, Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Faktor Penyebab Gerakan Tanah
Secara umum, faktor penyebab gerakan tanah di lokasi ini adalah:
- Kemiringan lereng yang agak curam sampai sangat curam 10? -- 30';
- Lokasi gerakan tanah berada pada area cekungan, daerah tangkapan air (catchment area) sehingga pada musim penghujan air berlimpah dilokasi tersebut;
- Sifat tuf breksi dan batu gamping yang memiliki sifat lepas/hancur sehingga mudah larut oleh air;
- Lokasi gerakan tanah berada dekat dengan zona struktur geologi berupa poia kelurusan atau sesar (peta geologi);
- Aliran air permukaan yang kurang tertata dengan baik;
- Curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
- Gerakan tanah di Dusun Sumberasri, Dusun Sumberurip dan Dusun Sumberrejo, Desa Purworejo, Kecamatan Wates secara umum dikontrol oleh kondisi geologi, keairan serta kelerengan yang curam dan membentuk cekungan/daerah tangkapan air.
- Gerakan tanah merupakan tipe lambat yang ditandai dengan adanya retakan namun bisa berkembang menjadi tipe longsoran rotasi (cepat) apabila faktor pemicunya sangat kuat;
- Daerah bencana di wilayah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan terutama pada bagian retakan;
- Beberapa bangunan rumah warga yang dilewati jalur retakan utama (mahkota longsor) dan didalam area terdampak sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman;
Rekomendasi Teknis
Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi pada dan gerakan tanah yang masih berpotensi berkembang, direkomendasikan sebagai berikut:
- Masyarakat di sekitar lokasi bencana agar selaiu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah turun hujan lebat dengan durasi yang cukup lama;
- Untuk memperlambatlmenghindari peresapan/penjenuhan air ke tanah dan mengantisipasi terjadinya perkembangan gerakan tanah agar dilakukan:
- Jangka pendek diupayakan penutupan retakan dengan tanah lempung atau material kedap lain dan dipadatkan.
- Jangka panjang periu penataan drainase (aliran air permukaan) harus dikendalikan dengan saluran yang kedap air, dengan ditembok atau pemipaan, diarahkan menjauhi daerah longsoran/area terdampak.
- Melandaikan lereng, bisa juga dengan membuat terasering yang berguna untuk memecah/mempersempit dimensi terjadinya gerakan tanah;
- Bangunan yang rusak dan terancam yang berada di dalam area terdampak dan dilewati jalur utama retakan (mahkota) yang berjumlah sekitar 45 unit sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman bencana gerakan tanah;
- Untuk rumah yang terancam masih bisa dihuni namun tetap waspada apabila terjadi perkembangan gerakan tanah terutama pada saat curah hujan tinggi dan durasi yang cukup lama;
- Jalur jalan Desa yang rusak sebaiknya diperbaiki dengan menutup retakan dengan material kedap air dan membuat saluran air pada setiap sisi jalan dengan dialirkan/dibuang menjauhi area yang terdampak;
- Merubah pola tanam/ vegetasi di zona gerakan tanah (daerah terdampak dan sekitarnya) yang sebelumnya vegetasi tanaman akar pendek (palawija) menjadi tanaman keras yang memiliki akar yang kuat dan dalam sehingga bisa memperkuat kestabilan lereng;
- Membuat rekayasa teknis seperti tembok penahan tebing (TPT) atau perkuatan lereng pada tebing sesuai dengan kaidah geologi teknik. Dinding penahan disarankan menembus batuan dasar/keras dan dilengkapi dengan lubang air dan parit atau selokan kedap air untuk aliran air permukaan;
- Memantau retakan secara mandiri baik oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat setempat dan waspada saat dan pasca terjadinya hujan, segera melaporkan jika retakan terus berkembang untuk langkah-langkah awal antisipasi ancaman.
- Pihak BPBD dan aparat pemerintah setempat agar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejaia-gejaia yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah;
- Masyarakat setempat dihimbau untuk selaiu mengikuti arahan dari pemerintah daerah / BPBD setempat.
Sumber: PVMBG - Badan Geologi