Pemantauan Aktivitas Gunung Semeru oleh Tim Kerja Gunungapi PVMBG

 PENDAHULUAN

Gunungapi Semeru, berlokasi di Kab. Lumajang dan Malang, Jawa Timur, mempunyai kawah aktif Jonggring-Seloko di sisi tenggara Puncak Mahameru.

Erupsi G. Semeru umumnya erupsi abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3–4 kali setiap jam.

Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk. Selanjutnya terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru.

Pada saat terjadi erupsi eksplosif biasanya diikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di G. Semeru.

Arah bukaan kawah G. Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

 Selain aktivitas erupsi dan aliran lava, pembentukan kubah lava juga menjadi ciri khas Kawah Jongring-Seloko. Potensi aliran piroklastik terjadi dari arah kubah lava tersebut.

• Beberapa peristiwa aliran piroklastik yang pernah terjadi hingga jarak lebih dari 5 km terjadi pada tahun 1963 (8 Km), 1977 dan 1981 (10 Km), 1994 (11,5 Km), 2002 (11 Km), dan 2003 (11 km) yang bermuara pada sungai Besuk Sat, Besuk, Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Kobokan (Solikhin, dkk., 2012, Thouret, J.C., dkk., 2014).

• 1 Desember 2020 terjadi aliran piroklastik dari kubah lava mencapai jarak 2 sampai 11 Km arah Besuk Kobokan menghasilkan endapan material aliran piroklastik dengan volume + 5 juta meter3 (Kristianto, dkk., 2021).

• 4 Desember 2021, aliran piroklastik mencapai jarak 16 km ke arah Besuk Kobokan, mengakibatkan 51 korban jiwa; 2.970 rumah rusak;10.395 orang mengungsi (Kristianto, dkk., 2022; Triastuty , dkk., 2022)

• 4 Desember 2022, aliran piroklastik mencapai jarak 13 km ke arah Besuk Kobokan 

 PEMANTAUAN G. SEMERU Jumlah Gempa

Aktivitas kegempaan di G. Semeru masih tinggi, didominasi gempa Letusan, Hembusan, Guguran dan Tremor Harmonik. Gempa Vulkanik masih terekam secara intensif.

EVALUASI

• Aktivitas erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.

• Kegempaan G. Semeru didominasi oleh gempagempa dekat permukaan, mengindikasikan bahwa aktivtias G. Semeru pada saat ini didominasi oleh aktivitas magmatik pada kedalaman yang dangkal.

• Nilai variasi kecepatan seismik (dv/v) menunjukkan nilai yang positif dengan simpangan yang besar, diinterpretasikan bahwa tekanan/ stress pada tubuh gunungapi masih relatif tinggi dan relatif dangkal.

• Data deformasi memperlihatkan bahwa tubuh gunungapi mengalami inflasi dengan sumber tekanan berlokasi dangkal, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunungapi ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.

• Emisi SO2 dan anomali thermal relatif mengalami penurunan sejak Januari 2024. E

 POTENSI BAHAYA

 • Potensi bahaya bersumber dari lontaran material erupsi di area puncak dan lereng. Akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan “scoria cones” berpotensi menjadi guguran lava pijar, atau pun awan panas.

• Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder.

• Potensi ancaman di sepanjang sungai yang berhulu di G. Semeru berupa aliran piroklastik/ awan panas dan lahar yang membawa material produk erupsi turun jauh di wilayah pemukiman. Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak G. Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.

• Lahar mempunyai potensi menimbulkan korban jiwa di pemukiman sepanjang bantaran sungai: Besuk Bang, Besuk Kobokan, Besuk Sat dan Besuk Kembar

REKOMENDASI

 1. Masyarakat/ pengunjung/ wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

 2. Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

 3. Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan 

Selengkapnya anda dapat mengakses ke PDF sebagai berikut
https://bit.ly/3wdVEOu

Ikuti Berita Kami