Penurunan tanah Jakarta terjadi dengan kecepatan bervariasi.

Sobat Geologi,


Penurunan tanah Jakarta terjadi dengan kecepatan bervariasi. Secara umum, sisi utara lebih cepat daripada sisi selatan. Di sisi utara (daerah Ancol), muka tanah turun hingga sekitar 7 cm/ tahun didasarkan pada data peta zona kerusakan air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta pada tahun 2013 dan pada tahun 2018 hasil survei Badan Geologi.


Ibu Eni warga Rawa Buaya Jakarta Utara merasa resah karena di wilayahnya Rawa Buaya, musim hujan kebanjiran, musim kemarau kekeringan. Ia bingung bagaimana sih mengelola air itu agar banjir tidak berlebih dan kemarau tidak kekurangan air? Andiani Kepala PATGTL menjelaskan diperlukan pengelolaan di daerah imbuhan dan daerah lepasan air. Daerah imbuhan air Jakarta adalah Bogor dan Depok, disana perlu dilakukan resapan air, begitu pula peraturan terkait koefisien pemanfaatan bangunan (building ratio) perlu ketat dilaksanakan.

Sedangkan di daerah lepasan air, daerah pemanfaatan/pengambilan air harus dikendalikan. Maksudnya pengambilan air tanah perlu mendapat ijin, dimana ijin tersebut harus berdasarkan rekomendasi teknis. Dalam rekomendasi teknis pengambilan air tanah yang diambil disesuaikan dengan potensi yang ada, sehingga ijinnya disesuaikan dengan debit yang diperbolehkan diambil dan kedalaman sumur.


Ully Hary Rusady Aktivis Lingkungan Hidup yang peduli pada Air Tanah sangat mendukung kampanye seperti ini. Sosialisasi merupakan usaha yang komunikatif dengan masyarakat luas untuk mendapatkan hasil yang nyata "Alangkah baiknya, Kementerian ESDM terus melanjutkan gerakan peduli air tanah ini, karena masyarakat perlu tahu air tanah itu apa? Saling menginformasikan bahwa air tanah itu penting sebagai sumber kehidupan, bahwa punahnya mata air itu tidak kelihatan seperti kebakaran hutan yang terlihat." ujarnya.


Andiani menghimbau kepada masyarakat bahwa pengurangan penggunaan air tanah dapat menaikkan kembali muka air tanah dan mengembalikan muka tanah, meskipun tidak sampai ke posisi semula. Hal ini telah dibuktikan dengan pengurangan besar-besaran terhadap penggunaan air tanah di kota Tokyo dan Bangkok. Tidak mustahil, Jakarta bisa melakukan itu jika kita mampu berusaha untuk mengurangi penggunaan air tanah. Selain itu perlu juga dibangun sumur-sumur resapan dan sumur injeksi untuk menambah volume air tanah.


Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, direncanakan mengadakan kegiatan lanjutan ini berupa Talkshow Air Tanah dengan tema: "Selamatkan Air Tanah Jakarta: Sekarang Atau Tunggu Jakarta Tenggelam?" yang akan dilaksanakan pada 25 September mendatang di Kemnterian ESDM



Penulis : Titan roskusumah S. Sos

Ikuti Berita Kami