Sistem Panas Bumi Non-Vulkanik di Indonesia
Sistem panas bumi Indonesia umumnya memiliki korelasi dengan wilayah gunungapi (vulkanik), namun di Indonesia dengan tatanan tektonik yang kompleks dapat pula menghasilkan sistem panas bumi di lingkungan non-vulkanik (yang tidak ada kaitannya dengan aktifitas gunungapi muda).
Berdasarkan kajian yang dilakukan Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) dengan mempertimbangkan parameter sesuai publikasi sistem panas bumi di dunia yang dilakukan oleh Lund (2007), Hochstein dan Browne (2000), maka beberapa sistem panas bumi non-vulkanik di Indonesia dikelompokkan menjadi: 1). Sistem panas bumi pada lingkungan sedimen (cekungan dalam dan geopressure); 2). Sistem panas bumi intrusi - radiogenik; 3). Sistem panas bumi sesar - tektonik; 4). Sistem panas bumi vulkanik tua.
Sistem yang terbentuk pada lingkungan sedimen berkaitan dengan pembentukan cekungan sedimen yang terisi secara cepat oleh produk sedimentasi, sehingga fluida hidrotermal yang terbentuk mengalami tekanan tinggi. Akuifer yang terbentuk pada cekungan sedimen sebagian terisi oleh air laut, hingga 60% dan terperangkap saat proses kompaksi dan litifikasi. Sedimentasinya sangat tebal, bisa mencapai 3 km s.d. 4 km, dan mengakibatkan akumulasi panas (heat flow). Daerah cekungan Sumatera, Jawa dan Kalimantan sangat berpotensi dalam pembentukan seperti tipe ini. Umumnya berhubungan dengan kawasan minyak dan gas bumi.
Sistem panas bumi intrusi - radiogenik berkaitan dengan peristiwa peluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan potasium yang dapat menghasilkan sumber panas, daerah seperti ini biasanya didominasi oleh batuan granitic seperti di Bangka Belitung, dan Sulawesi Tengah.
Sistem panas bumi sesar - tektonik biasa disebut heat sweep. Berkaitan dengan zona sesar dan rekahan pada kedalaman di daerah yang memiliki heat flow yang tinggi. Umumnya terjadi pada tumbukan antar lempeng (plate collision), atau pada sesar aktif. Sumber panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi. Di Indonesia banyak dijumpai di sepanjang Sesar Sumatera, Sesar Palu-Koro dan Sesar Sorong.
Sistem panas bumi pada daerah vulkanik tua tidak terkait dengan gunung berapi Kuarter. Sumber panas diasumsikan sebagai sisa magma yang terakumulasi dari aliran panas konduktif, bukan magma cair gunung berapi Kuarter. Umumnya berhubungan dengan patahan aktif atau kaldera tua yang terkubur dan juga batuan intrusi. Beberapa lokasi di Jawa bagian selatan, Sumatera bagian barat dan Maluku menunjukkan sistem ini.
Hasil penyelidikan PSDMBP hingga tahun 2018 telah teridentifikasi sistem panas bumi non-vulkanik di Indonesia sebanyak 136 lokasi (38% dari total lokasi). Besarnya sumber daya panas bumi yang berada di lingkungan non-vulkanik sebesar 4035 MWe, terdiri dari sumber daya spekulatif sebesar 2473 MWe, sumber daya hipotetik sebesar 607 MWe, dan cadangan (mungkin) sebesar 955 MWe. Besarnya potensi dibanding total sumber daya adalah 16%.